Jangan Tinggalkan Dunia karena Akhirat

Manusia yang baik adalah mereka yang tidak terpengaruh akhiratnya oleh dunianya. Dan, sebaliknya tidak pula meninggalkan dunianya karena akhirat­nya. Jika dicermati lebih dalam, maka di situ harus ada keseimbangan antara dunia dan akhirat agar seseorang menja­di makhluk Allah yang baik. Bagaikan ikan yang hidup di laut, ia tidak ikut menjadi asin sebab air laut, bahkan ketika akan dimasak kita justru menambahkan garam ke ikan agar asin, dan ikan itu pun akan mati jika hidup tanpa air laut. Laut jadi media tempat hidupnya tetapi tidak terpengaruhi oleh kadar asin air laut. Begitu pula kita manusia, hidup di dunia tetapi jangan terpengaruh dengan kemegahan tipuan serta godaan dunia. Tanpa dunia kita tidak bisa beribadah, beramal soleh, jadi dunia inialha media kita hidup untuk meraih bekal menuju keakhiratan. Inilah salah satu pesan nasihat serta gambaran yang ditinggalkan tokoh sufi Al-Imam Al-Harist Al-Muhashibi.rhm

Didalam Al-Qur’an, Rasulullah SAW pun telah mengajarkan kepada kita untuk berdoa dengan suatu doa yang sangat agung yang diajarkan Allah SWT kepada para hambaNya:

“ Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Dan perihalah kami dari azab neraka.” (QS. Al-Baqarah 201)

maka dunia pun jangan kita tinggalkan….karena inilah syariat Islam yang diajarkan Allah SWT melalui Baginda Nabi Rasulullah Muhammad SAW kepada para pengikutnya yang setia…

 

Beliau mempunyai nama lengkap Abu Abdullah al Harist bin Asad al Bashri al Muhashibi. Dilahirkan di kota Basrah, Irak pada tahun 165 H. Tokoh ini dikenal pula dengan nama Al Muhashibi. Karena termasuk orang yang sangat menyukai  perhitungan atas dirinya (Muhasabah). Agar tidak ter­jatuh kepada perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan dirinya.

Sebagai seorang sufi Al Muhasibi mempunyai beberapa kelebihan dan keistimewaan dari  Allah. Di antaranya ia dijaga oleh Allah dari hal­-hal yang haram. Apabila ia tanpa sengaja hendak makan-makanan yang haram dan ia tidak tahu, maka urat dan jari-jarinya tidak berfungsi. Sehingga ia seolah-olah lumpuh tidak bisa memegang apalagi meng­angkat makanan itu. Bahkan, tenggorokannya secara tiba-tiba tidak bisa menelan apabila ada makanan yang akan masuk ke mulutnya.

Pada masanya Al Muhasibi demikian dicintai oleh orang-orang di sekitarnya. Bahkan, murid-muridnya selalu berlomba-lomba untuk bi­sa bersama-sama dengannya.

Ketika ia  meninggal dunia salah seorang muridnya yang terkemuka yang bernama Imam Junaid al Baghdad.rhm merasa sangat berduka karena ditinggal mati oleh gurunya, sampai menangis  hingga bercucuran air mata. Tidak itu saja dukanya yang mendalam diabadikan dalam sebuah syair ciptaannya.

Ketika masih anak-anak Al Harist al Muhashibi diajak ayahnya pin­dah ke Baghdad, dan di kota tersebut ia menghabiskan waktunya untuk memperdalam ilmu agama dan bergaul dengan ulama terke­muka di Baghdad.

Dari berbagai ilmu yang diperoleh dari para ulama dituangkan dalam berbagai tulisan tidak kurang dari 200 buah judul buku yang meliputi fikih, hadis, kalam, dan ilmu tasawuf. Di samping itu, ia banyak menelurkan ilmunya lewat tulisan. la juga menyebarkan ilmu­nya lewat kelompok-kelompok pengajian yang beliau bentuk. Dari kelompok pengajian itulah beliau banyak dikenal masyarakat Baghdad. Al Muhashibi juga dikenal sebagai guru terkemuka karena menguasasi Ilmu Ushul ilmu Mu'amalah, Tasawuf, dan menguasaitarekat hingga beliau menjadi penguasa dalam bidang tersebut.

Keistimewaan lainnya yang dimiliki Al Muhashibi sehingga jasa­-jasanya sangat dihargai oleh para muridnya di antaranya adalah kare­na mempunyai sifat yang terpuji dan mulia serta tingkah laku yang lemah lembut. Sehingga, murid-muridnya bahkan para tokoh sufi tasawuf merasa belum lengkap kalau mereka menulis kitab-buku tanpa membawa ajaran-ajaran tasawuf Al Muhashibi.

 

Nasihat Beliau.ra diataranya

Sebaik-baiknya kelakuan adalah  tahan menderita dalam kesusa­han dan penderitaan. Mempersempit  masa(mempergunakan waktunya dengan yang bermanfaat)  dan memperluas belas  kasih sayang terhadap seluruh makhluk Allah. Memperlembut tutur kata dan memperindah tingkah laku.

Orang yang zalim selalu berada dalam kiamat walau dipuji orang. Sedang yang terzalimi akan selamat meskipun dicela orang.

Orang yang selalu merasa puas akan termasuk golongan kaya meskipun ia dalam miskin dan lapar. Sedang orang yang selalu kece­wa termasuk golongan fakir meskipun punya harta yang berlimpah ruah.

Siapa saja yang menyucikan batinnya dengan mendekatkan diri kepada Allah dan ikhlas, niscaya akan memperoleh hiasan dari Allah sehingga tampak pada lahirnya (mudah dan istiqomah) dengan mujahadah dan mengikuti sunnah Rasul SAW.

Tawakal merupakan salah satu dari tingkat ahwal bukan termasuk maqamat. Sedangkan Ridha merupakan tingkat akhir dari maqamat dan kemudian memasuki ahwal (yaitu sebuah tingkatan di mana salah satu sisinya bertumpu pada cinta dan kegairahan, suatu pem­berian dari Tuhan). Karena menurutnya Ridha itu menyangkut dua aspek penting. Aspek yang pertama adalah Ridha Tuhan kepada manu­sia dan aspek kedua adalah ridha manusia kepada Tuhannya (atas segala yang telah dikaruniakanNya).

Sebenarnya ada beberapa karya Al-Muhashibi yang ditinggalkan, setelah ia meninggal. Sebuah karya penting yang berjudul Al Ri'ayah Li Huquq Allah. Yaitu sebuah kitab kajian sufi yang memuat masalah tasawuf melalui kajian psikologi Islam yang men­dalam. la meninggal di Baghdad pada tahun 243 H.

 

Semoga Allah meridhai ruh beliau dan senantiasa melimpahkan kepada kita semua yang mencintainya, rahasia, ilmu, asrar, madad, barokah dan karamahnya di dalam agama, dunia dan akhirat. Allahumma Amin.