Thariqah Syadzaliyah
Kitab Kitab Kajian Sulthonul Auliya' Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili
Dalam mengajarkan tasawuf kepada murid-muridnya, Sulthonul Auliya’ Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili menggunakan beberapa referensi kitab kitab diantaranya adalah :
Kitab Khatam al Auliya’ karangan al Hakim at Tirmidzi.
Sebuah kitab yang menghebohkan disaat terbitnya dan banyak menimbulkan kesulitan disebabkan karena pendapat-pendapat yang terkandung didalamnya.
Kitab ini cukup menarik dikalangan sufi karena didalamnya mengenalkan berbagai masalah, diantaranya masalah kewalian (wilayat) dan kenabian (nubuwwat) yang dalam beberapa masa kemudian mendapat pengembangan dalam karya karya Ibnu Arabi terutama dalam Futuhatul Makkiyah. Imam Syadzily dalam pengajiannya memberikan syarahan-syarahan terhadap kitab ini dengan jelas dan terperinci dan mendapat perhatian para ulama. Asy Syadzili menguraikan kitab khatamul auliya’ berupa ajaran, ajaran-ajaran itu sangat indahnya hingga Abul Abbas al Mursi sangat tekun memperhatikan. Setiap kali ajaran diberikan tak luput dari kehadirannya, karena ajaran-ajaran yang menguraikan perihal isi kitab itu menurut pandangan beliau amatlah penting artinya. Sampai-sampai kepentingan dakwah beliau tangguhkan karena untuk menghadiri penguraian oleh asy Syaikh berkenaan dengan isi kitab khatamul auliya’ tersebut.
Kitab Al Mawaqif wal Mukhtabah karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Jabbar al Naffari.
Kitab yang tidak mudah dipahami, karena didalamnya dipenuhi oleh hal-hal yang bersifat ruhiyah ; karena peliknya penguraian yang terkandung didalamnya, maka tak mungkin dipahami kecuali oleh ahli rasa (dzauqiyah), mereka itu adalah orang-orang khusus. Konon kitab ini adalah pemberiah Tuhan tatkala pengarangnya sedang berkhalwat. Dalam kitab ini pengarangnya menempatkan diri disuatu tempat (muaqif) sedang berdialog dengan Tuhan dan dari dialog itulah lahir ajaran sufi yang tinggi. Imam Asy Syadzili dalam hal ini ingin membuat penguraian untuk memudahkan pengertiannya dan beliau bersedia memberikan bimbingan bagi mereka yang condong dengan alam hikmat.
Masih dalam hubungan dengan kitab Al Mawaqif wal Mukhtobat, berkatalah Syaikh Ibn Attaillah tentang Asy Syaikh Abul Hasan yang pada saat itu berada di Kairo di kediaman Az Zaki as Sarah dimana kitab Al Mawaqif sedang dibacakan, maka berkatalah Asy Syaikh “dimana Abul Abbas?” ketika Abbul Abbas datang, berkatalah Asy Syaikh, Wahai anakku bicaralah ! semoga Allah memberkahi padamu, bicaralah ! semenjak dari saat sekarang ini sekali-kali engkau takkan tinggal diam ! Abul Abbas menjawab. Semenjak saat itu lesan asy Syaikh ada padaku.
Dalam terjemahan bahasa indonesia kitab ini berjudul “Melihat Allah”, Mustafa Mahmoud dengan Alih Bahasa Abu Bakar Basymeleh dan Ibrahim Mansur, Penerbit Bina Ilmu Surabaya, Cetakan kelima 2006. Atau dalam bahasa melayu kitab ini berjudul “Nikmatnya Melihat Allah” keluaran Pustaka Rumput Abadi.
Kitab Qut al Qulub karya Abu Thalib al Makky
Kitab ini ditulis menurut acuan syara dengan uraian-uraian dan pandangan-pandangan sufi hingga syariat dan hakikat sejalan dan bersatu. Kitab ini diuraikan dan disyarakan oleh Syaikh Syadzili pasal demi pasal hingga jelas. Kitab ini merupakan salah satu bacaan Imam Al Ghazali ketika meniti jalan sufi. Menurut Syaih Abul Hasan Asy Syadzili, Kitab Qut al Qulub ini ibarat makanan, beliau selalu membaca dan mengajarkannya.
Dalam terjemahan bahasa Indonesia kitab ini terdiri dari 2 jilid berjudul “Quantum Qolbu, Nutrusi untuk Hati”, Penerbit Pustaka Hidayah, Cetakan 1 April 2008
Kitab Ihya Ulumuddin karya imam al Ghazali
Kitab ini merupakan pengembangan dari apa yang telah ditulis oleh Abu Thalib al Makky dalam Qut al Qulub. Dengan berbagai luasan dan pengalaman yang dialami sendiri, al Ghazali lebih tepat memadukan antara syariat dan tasawuf dan dalam karyanya itu ia berhasil memadukannya. Asy Syadzili menyatakan bahwa kitab Ihya Ulumuddin mewariskan kepada kita dengan gemerlapan ilmu, sedang Qut al Qulub mewariskan kepada kita cahaya yang terang benderang.
Kitab ini ditulis oleh imam Al Ghazali ketika berkhalwat, beribadah dan dekat dengan Allah SWT. Buku ini adalah buah kedekatannya dengan Allah. Ia adalah sebaik-baik harta simpanan manusia. Imam al Nawawi pernah berkomentar “Ihya” nyaris laksana Alqr’an, sebab rujukannya adalah Alqur’an. Imam al Nawawi sendiri adalah pakar sunnah dan fiqih sehingga komentarnya itu tentu mempunyai nilai tersendiri. Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili selalu membacakan dan mengajarkan buku itu kepada murid-muridnya.
Kitab ini sudah banyak diterjemahkan dalam bahasa indonesia, dan tidaklah terlalu sulit untuk mencarinya di toko toko buku.
Kitab al Syifa yang di tulis oleh al Qadhi Iyadh.
Kitab ini di pergunakan oleh Syaikh Abul Hasan Asy Syazdili untuk mengambil berkah dan juga menjadi sumber syarahan-syarahan dengan melihat tasawuf dari sudut pandang ahli Fiqh. Kitab ini termasuk yang diberkahi dan mendapat penghargaan khusus di tengah tengah masyarakat. Syaikh Abul Hasan Asy Syazdili menganjurkan untuk ditekuni dalam menelaah.
Kitab Ar Risalah karya Imam Qusyairi an Naisabury
Kitab ini dipergunakan oleh Asy Syadzili sebagai permulaan dalam pengajian tasawufnya. Kitab ini dianggap sebagai KUHP-nya tasawuf. Kitab ini ditulis bukan hanya untuk tujuan pengetahuan, tetapi juga untuk menjadi neraca ajaran sufi dan standart amal perbuatan mereka. Didalamnya kitab ini berisi riwayat hidup beberapa syaikh Sufi, juga pembahasan tentang pengertian-pengertian, maqomat, ahwal, adab, akhlak, muammalah dan akidah yang terpatri dalam hati mereka, serta tentang nasihat mereka dan cara mereka menapaki tarekat ini dari awal hingga puncak. Semua ini dimaksudkan agar menjadi kekuatan dan petunjuk bagi salik. Semoga pengakuan kalian pada karya ini menjadi saksi atas diriku. Dan semoga keluhan yang kalian sampaikan menjadi penghibur dukaku. Semoga Allah memberikan karunia dan balasan. Aku senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dalam setiap penjelasan yang aku sampaikan. Aku berlindung kepada-Nya dari segala kesalahan. Aku meminta ampunan dan maaf-Nya. Dialah Zat yang layak atas segala keutamaan dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam terjemahan bahasa Indonesia kitab ini berjudul “Risalah Qusyairiyah, Induk ilmu Tasawuf” dengan alih bahasa Syaikh Muhammad Luqman Hakim, MA, Penerbit Risalah Gusti Surabaya, Cetakan ke-6 Juni 2006
Kitab Al Muharar al-Wajiz karangan Ibnu Athiah
Kitab ini merupakan salah satu sisi dari pengajian dalam rangka memperlengkapi pengetahuan dan diuraikan dan disyarahkan oleh asy Syadzili. Kitab ini merupakan kitab yang diapresiasi oleh ulama salaf maupun mutakhir. Judul kitab ini telah menunjukkan betapa uraian dalam isi kitab yang dengan jelas kalimat kalimatnya adalah kalimat pilihan dan ibarat ibarat yang dikandung amat halus. Sesuai dengan namanya, tafsir ini memang wajiz (ringkas) walaupun tidak seringkas Jalalain maupun al Baidhawi.
Demikianlah kitab-kitab yang dipergunakan oleh asy Syadzili dalam pengajian-pengajiannya yang menunjukkan bahwa ajaran-ajaran asy Syadzili dalam tasawuf benar-benar berada dalam jalur sunni.
Mengenal Tatacara Dzikir Tarekat Syadziliyah
"Siapa yang kenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya" Seorang yang ingin memasuki atau mengambil dzikir dari thariqah Syadzaliyah, persyaratan umumnya adalah Islam, berakal,dewasa (umur 18 tahun keatas) dan sudah paham ilmu syari’at minimal tentang amaliyah sehari-hari, khususnya shalat. Jika dia seorang wanita yang sudah bersuami, maka harus mendapatkan izin dari suaminya.
Sedang persyaratan khususnya dan tata caranya adalah sebagai berikut :
1. Datang kepada guru Mursyid untuk memohon izin memasuki thariqahnya dan menjadi muridnya.Hal ini dilakukan sampai memperoleh izinnya dan perkenannya.
2. Puasa tiga hari (biasanya hari selasa, rabu, dan kamis). Setelah selesai berpuasa, datang lagi pada guru mursyid dalam keadaan suci yang sempurna untuk menerima talqin dzikir atau bai’at.
Setelah memperoleh talqin dzikir atau bai’at dari guru musyid tersebut, yang berarti telah tercatat sebagai anggota thariqah syadzaliyyah, maka dia berkewajiban untuk melaksanakan aurad (wirid-wirid) sebagai berikut;
a. Rabithah kepada guru mursyid.
b. Hadlrah Al-Fatihah untuk;
1. Memohon ridlo Allah Swt.
2. An-Nabiyyil Musthofa Muhammad Saw
3. Hadlaratusy-Syaikh Abul Hasan Ali Asy_Syadziliy dan ahli silsilahnya.
4. Guru mursyidnya dan ahli silsilahnya.
c. Membaca istighfar 100 x.
d. Membaca shalawat Nabi 100 x sebagai berikut;
Dalam kondisi normal/biasa:
اللهم صل على سيدنا محمد عبدك ونبيك ورسولك النبي الامي وعلى اله وصحبه وبارك وسلم تسليما بقدر عظمة ذاتك فى كل وقت وحين
Dalam kondisi mendesak atau musafir صل على سيدنا محمد
e. Membaca Tahlil /hailalah 100 x ,yang ditutup dengan tiga kali membaca:
لا اله الا الله سيدنا محمد رسول الله عليه وسلام الله عليه وسلم
f.Kemudian dilanjutkan 3 x membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى
g. Membaca Al-Fatihah 3 kali.
h. Membaca ayat kursi sekali.
i. Membaca Al-Ikhlas 3 kali.
j. Membaca Al-Falaq 3 kali.
k. Membaca An-Nas 3 kali.
l. Membaca do’a.
KETERANGAN :
-Untuk pelaksanaan puasa tiga hari, tergantung pada petunjuk guru mursyidnya.Misalnya pada saat pertama datang dan langsung mendapat izin serta perkenan dari guru mursyid untuk bai’at, maka puasa bisa dilaksanakan setelah bai’at atau di qodlo’.
-Pembacaan aurad tersebut di atas dilakukan setiap hari 2 kali, yaitu setiap pagi (ba’da shalat shubuh) dan sore (ba’da shalat maghrib).
-Untuk bacaan aurad, kemungkinan ada perbedaan antara guru mursyid yang satu dengan yang lainnya,tetapi yang ini adalah sama, yaitu; istighfar 100 kali, shalawat Nabiy ala syadziliyah 100 kali dan tahlil 100 kali.
-Sikap duduk pada saat melaksanakan aurad tersebut bisa dengan tawarruk shalat atau murabba’ (bersila) atau menurut guru mursyidnya.
-Aurad tersebut di atas adalah untuk para pemula, sedangkan bagi yang sudah meningkat pengajarannya maka sesuai dengan petunjuk dan arahan guru mursyidnya.
SULUK THARIQAH SYADZILIYYAH
Para murid thariqah Syadziliyah hendaknya mengisi hari-harinya dengan suluk-suluk sebagai berikut;
1. Membaca Alqur’an dengan melihat mushaf setiap hari walau hanya satu maqra’.
2. Melaksanakan shalat lima waktu dengan berjama’ah.
3. Mengajarkan ilmu atau mencari tambahan ilmu setiap hari.
CATATAN :
1. Keterangan mengenai kaifiyah atau tata cara pelaksanaan aurad Thariqah Syadziliyah ini diperoleh dari para murid Sayyidisy Syaikh Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, dan dinukil dari kitab Aurad Ath-Thariqah Asy-Syadzaliyah Al-‘Uluwiyah yang diterbitkan oleh kanzus shalawat Pekalongan Jawa Tengah.
2. Untuk kegiatan irsyadat dan ta’limat yang dilakukan oleh Sayyidisy Syaikh Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya adalah sebagai berikut:
a.Setiap malam rabu jam 20.00 sampai jam 21.30 WIB, dengan materi fiqh dan tashawuf /kitab ihya ‘ulumudin.(untuk umum, khususnya para muridin thariqah).
b.Setiap rabu pagi jam 06.00 sampai jam 07.30 Wib, dengan materi fiqh dan kitab taqrib .(khusus para wanita).
c. Setiap jum’at kliwon jam 06.00sampai jam 08.00 Wib, dengan materi thariqah dan tashawuf/kitab jami’ul ushul fil ‘auliya’.(untuk umum khususnya para muridin thariqah)
3. Sedangkan untuk bai’at yang dilakukan oleh beliau adalah; setiap jum’at kliwon ba’da pengajian, yang dilakukan secara massal (banyak orang). Sedang untuk bai’at yang dilakukan secara perorangan atau jama’ah terbatas, tidak ada waktu khusus (tergantung situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi masing-masing yang bersangkutan).
4. Adapun silsilah kemursyidan Sayyidisy Syaikh Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya ini adalah sebagai berikut :
1. Al-Sayyid Al-Habib KH. Muhammad Luthfiy bin Ali bin Hasyim bin Yahya Pekalongan;
2. Al-Sayyid Al-Habib KH. Muhammad ‘Abdul Malik Bin Ilyas Bin Yahya Purwokerto;
3. Al-Sayyid Al-Habib Ahmad Nahrowiy Al-Makki;
4. Al-Sayyid Sholeh Al-Mufti Al-Hanafi;
5. Al-Sayyid Ali bin Thohir Al-Madaniy;
6. Al-Sayyid Ahmad Minatullah Al-Maliki Al-Azhariy;
7. Al-Sayyid Muhammad Al-Bahitiy;
8. Al-Sayyid Yusuf Adl-Dloririy;
9. Al-Sayyid Muhammad bin Al-Qasim As-Sakandariy;
10. Al-Sayyid Muhammad Az-Zurqoniy;
11. Al-Sayyid Ali Al-Ajhuriy;
12. Al-Sayyid Nur Al-Qorofiy;
13. Al-Sayyid Al-Hafidz Al-Qasqalaniy;
14. Al-Sayyid Taqiyudin Al-Wasithi;
15. Al-Sayyid Abil Fath Al-Maidumiy;
16. Al-Sayyid Abil ‘Abbas Al-Mursiy;
17. Sulthonul Auliya’ Abil Hasan ‘Ali Al-Syadzaliy Al-Hasany RA;
18. Al-Sayyid ‘Abdus Salam bin Masyis;
19. Al-Sayyid Abdurrahman Al-Madaniy Al-Maghribiy;
20. Al-Sayyid Taqiyudin Al-Faqir;
21. Al-Sayyid Fakhrudin;
22. Al-Sayyid Nuruddin Abil Hsan Ali;
23. Al-Sayyid Tajudin;
24. Al-Sayyid Muhammad Syamsudin;
25. Al-Sayyid Zainuddin;
26. Al-Sayyid Abu Ishaq Ibrahim Al-Bashriy;
27. Al-Sayyid Abul Qasim Ahmad Al-Marwaniy;
28. Al-Sayyid Sa’id;
29. Al-Sayyid Sa’ad;
30. Sayyid Abu Muhammad Fathus- Su’udi;
31. Al-Sayyid Abu Muhammad Sa'id Al-Ghozwaniy;
32. Al-Sayyid Abu Muhammad Jabir;
33. Sayyidina Hasan bin ‘Ali RA
34. Sayyidina ‘Ali bin Abi Tholib Karromallohu Wa Radliya ‘anhu
35. Sayyidil Anbiya’ Wal Mursalin Imamil Anbiya’ wal Atqiya’ Was Syuhada’ Wal Sholihin Wa Khoiri Kholqillah Ajma’in S`yidina Wa Maulana Wa Habibina Wa Syafi’ina Wa Qudwatina Wa Imamina Wa Nabiyyina Sayyidina Muhammad SAW dari Sayyidina Malaikat Jibril AS dari Ilahina Wa Robbina Pencipta alam semesta beserta semua isinya Alloh SWT.