Imran bin Husain.ra

SOSOK MENYERUPAI MALAIKAT.

                Ketika perang Khaibar berkecamuk, seorang pemuda berbadan tegap muncul menemui Rasulullah SAW. Ia menaruh tangan kanannya di tangan kanan Rasulullah SAW. Maka tangan kanan itu mendapat penghormatan besar, hingga pemiliknya bersumpah setia menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Pemuda berbadan tegap itu adalah Imran bin Hushain RA.

                Sebelum Imran bergabung dengan kaum muslimin. Ada beberapa pernyataan sahabat yang dilontarkan kepada Rasulullah yang mengusik pikirannya.

                “Ya Rasulullah, kenapa bila kami sedang berada disisimu, hati kami menjadi tenang dan tentram, hingga tidak menginginkan dunia lagi, seolah-olah akhirat itu kami lihat dengan mata kepala”

                Pernyataan itu membuat Imran Bin Husain terperenyak. Apa keistimewaan Muhammad? Setelah ia termenung lama, mendengar orang lain bicara tentang Muhammad, ia memutuskan membela agama Islam, sekalipun nyawa sebagai taruhannya. Baginya hanya Allah SWT, Rasul-Nya, serta Al Quran yang menjadi suluh, penerang kehidupan yang utuh dan padu terus menerus.

                Sepeninggal Rasulullah SAW, dimasa pemerintahan Amirul Mukminin Umar Bin Khattab, Imran dikirim oleh Khalifah ke Bashrah. Ia diberi tugas untuk mengajari penduduk memperdalam agama Islam. Kemuliaan hatinya dan sikap hidupnya sehari-hari menjadi tauladan yang menyenangkan penduduk. Maka berduyun-duyun penduduk datang padanya untuk berguru dan meniru ketakwaannya.

                “Tidak seorangpun di antara sahabat Rasulullah yang datang ke Bashrah lebih utama dari Imran bin Hushain,” ujar Hasan Basri dan Ibnu Sirin - dua orang tokoh tabi’in yang sangat mahsyur – tentang keteladanan Imran bin Hushain.

                Dalam beribadah kepada Allah, Imran tidak sudi diganggu siapa pun dan apa pun. Ia menghabiskan waktu seolah-olah tenggelam dalam ibadahnya, hingga seakan-akan ia bukan penduduk bumi fana yang didiaminya. Ia sudah “menyerupai malaikat” yang memang hidup dilingkungan para malaikat, berbicara, bergaul dan bersalaman dengan mahluk-mahluk mulia dari langit itu.

                Waktu terjadi pertentangan tajam diantara kaum muslimin, yaitu antara golongan Ali dan Muawiyah, Imran bukan hanya tidak memihak kepada siapapun, bahkan ia meneriakan kepada umat, agar tidak ikut campur dalam perpecahan yang mengakibatkan perang saudara itu. Ia berseri supaya umat mempertahankan keutuhan Islam seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW.

                “ Aku lebih suka menjadi penggembala rusa di puncak bukit sampai ajalku tiba daripada melepas anak panah kepada salah satu pihak, biar meleset atau tidak,”ujar Imran bin Hushain kepada umat Islam, saat itu.

                Kepada kaum muslimin yang ditemuinya, ia memberi amanat, “Tetaplah tinggal di masjidmu! Jika ada orang yang memasuki masjidmu, tinggallah di rumahmu! Jika masih ada yang hendak merampok harta atau nyawamu, bunuhlah dia!”

                Ketakwaan Imran bin Husain telah teruji, terbukti ketika dia mengidap suatu penyakit yang mengganggunya selama 30 tahun. Imran tak pernah mengeluh. Ia terus beribadah kepada Allah SWT, baik saat berdiri, di waktu duduk, maupun dalam keadaan berbaring.

                Para pecinta Imran bin Hushain merasa iba dan menjenguknya. Ia merasa senang dan sambil tersenyum, dia berkata,”Sesungguhnya, sesuatu yang paling kusukai, ialah apa yang disukai Allah.”

                Pada detik-detik sebelum menutup mata, Imran bin Hushain berwasiat kepada kerabat dekat dan pecintanya,”Jika kalian telah kembali dari pemakamanku, sembelihlah hewan dan adakanlah jamuan!”

                Sepatutnya para kerabat dekat dan pecintanya menyembelih hewan untuk mengadakan jamuan bagi kaum tidak berpunya. Sebab kematian seorang mukmin seperti Imran bin Hushain sesungguhnya sangat tinggi dan mulia, pantas diarak dalam perjalanannya kesurga, yang seluas langit dan bumi. Keteladanan Imran bin Hushain dalam beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, sulit dicari tandingannya.

ALKISAH NO 03/ 31-13 FEBRUARI 2005