Mengenali Mursyid

Assalamu’alaikum Wr Wb

Salam silaturahmi kami sampaikan kepada seluruh pembaca alkisah khususnya kepada Habib Luthfi bin Yahya beserta keluarga, semoga senantiasa mendapatkan curahan rahmat Allah SWT serta dijaga dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Habib Luthfi yang terhormat, di daerah saya ada beberapa orang yang mengaku sebagai Mursyid Thariqah. Terus terang, melihat prilakunya saya tidak yakin. Habib bagaimana cara saya yang nota bene orang awam mengenali seorang mursyid sejati? Apa saja ciri-cirinya?

Kemudian, masih terkait masalah thariqah, lebih utama mana melakukan bai’at secara massal, atau sendiri-sendiri bolehkah kita mengikuti lebih dari satu thariqah. Dan apakah suluk harus diikuti oleh seorang murid thariqah?

Wassalamu’alaikum wr wb

 

Wa’alaikumsalam wr wb

Ciri-ciri mursyid banyak dijelaskan dalam kitab Jami’ Ushul al Awliya atau Mafakhirul Aliyah atau kitab-kitab lain yang secara khusus mengkaji masalah thariqah. Namun jika anda memiliki keterbatasan dalam membaca kitab kuning, saya akan menjelaskannya secara ringkas.

Di antara ciri-ciri kemursyidan seseorang, pertama, ia harus mempunyai guru yang sanadnya musalsal (bersambung) sampai kepada Rasulullah SAW, sebagaimana bersambungnya sanad sebuah hadits yang shahih.

Kedua, seorang mursyid, badal (asisten mursyid), atau khalifah (pengganti mursyid), harus mendapatkan izin kewenangan dari guru mursyidnya, baik untuk menjadi  seorang mursyid, baik untuk menjadi seorang mursyid baru maupun hanya sebagai  badal atau khalifah.

Ketiga, seorang mursyid harus mengetahui hukum-hukum syariat. Sehingga bila dirinya sendiri atau muridnya terpeleset melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat sang mursyid akan menyadari, menghentikan dan memperbaikinya. Kemudian selain berilmu syariat, seorang muryid juga harus memiliki adab dan akhlaq yang utama yang berlandaskan nilai-nilai spiritual dan ibadah, serta berusaha keras untuk mengikuti  adab baginda Nabi Muhammad SAW.

Tiga hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari ciri paling mendasar seorang mursyid. Masih banyak lagi tanda lainnya yang tidak bisa saya ungkapkan di sini. Tetapi anda jangan menjadikan keterangan saya ini sebagai dalil untuk menghukumi orang lain yang mengaku sebagai mursyid. Apalagi jika hal itu dilandaskan karena Anda tidak cocok dengan perilaku atau amaliahnya.

Tabayyun atau mencari penjelasan, baik dengan bertanya langsung maupun melalui orang lain yang lebih mengerti, itu lebih baik. Gunakan ilmu thariqah sebagai  pertimbangan. Namun bila Anda sendiri merasa belum mempunyai bekal keilmuan yang cukup untuk menimbang-nimbang kemursyidan seseorang, lebih baik anda menyibukkan diri dengan mengaji ilmu kethariqahan dulu. Ini lebih utama daripada Anda sibuk menyelidik tanpa bekal sehingga akhirnya terjebak dalam kesesatan dan fitnah.

Kemudian tentang mengenai bai’at thariqah, baik yang dilakukan secara sendiri-sendiri maupun secara massal, sebenarnya sama saja. Dua-duanya diperbolehkan dan ada contohnya. Bai’at massal misalnya mengambil contoh saat bai’atur Ridhwan di zaman Rasulullah SAW. Asal dibimbing oleh seorang guru mursyid, dua model bai’at itu bisa menjadi pintu gerbang Anda mengikuti thariqah.

Jika sudah mengikuti salah satu thariqah, sebaiknya Anda menekuni thariqah, sebaiknya Anda menekuni thariqah yang satu itu dengan baik, agar hasilnya maksimal. Kurang baik bila anda melompat-lompat dari satu thariqah ke thariqah yang lain atau satu thariqah belum dilaksanakan secara maksimal lalu merangkap dengan thariqah yang lain.

Hubungan guru dan murid itu sangat unik dan berpengaruh. Bisa diibaratkan pengukir dan kayu ukirannya. Jika sebuah karya ukir baru setengah jalan diserahkan kepada pengukir lain, meski sudah ada gambar polanya, tentu hasilnya kurang sempurna. Apalagi satu pola dipahat bersamaan oleh dua atau lebih pengukir.

Tekuni satu thariqah, biarkan guru mursyid membantu membersihkan dan memoles hati muridnya sampai benar-benar tuntas, bersih dan mengkilap.

 

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah