al-Habib Syekh Bafaqih Botoputih

Al-Habib Syekh yang asli kelahiran Hadramaut Yaman ini dulu pernah dipanggil oleh raja Sumenep yang bernama Tjakronegoro, karena tempat yang menjadi makam tersebut adalah dulunya kerajaan, karena direbut oleh Belanda, maka Raja Sumenep tersebut meminta tolong dan sekaligus mengangkat Al-Habib Syekh menjadi gurunya, kemudian Habib Syekh berhasil merebut kerajaan tersebut sampai dengan Allah SWT memanggilnya, sehingga Habib Syekh dimakamkan di kerajaan tersebut.

Makam Habib Syekh bin Ahmad Bin Abdullah Bafagih ini berdua dengan adik beliau yang bernama Habib Muhammad bin Ahmad bin Abdullah Bafagih.

Makamnya sering didatangi banyak peziarah dari penjuru dunia, setiap bulan Syawal pada hari Kamis kedua sering diadakan Haul Ba'da Asar.

Nasab Al-Habib Syekh bin Ahmad bin Abdullah Bafagih bersambung kepada Rasulullah SAW

Al Imam Arif billah Al-Habib Syekh (SUNAN BOTOPUTIH) bin Ahmad bin Al-Arif Billah Al-Qutub Abdullah Bafagih bin Muhammad Maula Al-Aidid bin Ali Al-Huthah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdul Rahman bin Alwi Amma Faqih bin Muhammad Sohibul Mirbath bin Ali Kholi' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi (Ba'alawi) bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-rumi bin Muhammad An-Nagib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja'far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayidina Husein As-Tsibti bin Ali bin Abi Thalib + Fatimah Az-Zahrah binti Muhammad Rasulullah SAW

Kelahiran

Habib Syekh dilahirkan di kota Syihr pada tahun 1212 H anak dari Habib Ahmad Bafaqih dan silsilahnya sampai kepada Nabi Muhammad Rasululloh SAW

Dakwah

Setelah beberapa lama memperdalam pengetahuannya disana-sini, pada tahun 1250 H, Habib Syekh mulai berani mengambil langkah dakwah menyebarkan ilmunya. Ia sempat menjelajahi beberapa kota di Nusantara, sebelum akhirnya memutuskan berlabuh dikota Surabaya.

Di Surabaya inilah, mulai memancarkan cahaya pengetahuannya. Ia mengajarkan ilmu-ilmunya kepada para penuntut ilmu sekitar. Mulai dari Fiqih, Tauhid, Tasawuf dan lainnya. Hingga akhirnya, ditengah hingar bingar dakwahnya itu, ia diangkat oleh Allah SWT menjadi salah satu walinya. Semenjak itu pula, ia sering terhanyut alam Rabbaniyah, dan karamah-karamah ynag luar biasa senantiasa mengisi kesehariannya.

Sebagaimana seorang sufi, Habib Syekh Bafaqih memiliki kepekaan yang tinggi akan syair-syair sufistik. Ia begitu mudah terbawa terbang oleh syair-syair gubahan para tokoh sufi. Apalagi bila menyenandungkan syair itu adalah adiknya sendiri, Sayid Muhammad Bafaqih yang bersuara emas, bisa-bisa ia mabuk kepayang semalaman.

Dakwah Habib Syekh ditanah jawa amatlah sukses. Ia berhasil mengislamkan banyak orang. Selain itu, ia juga berhasil mencetak beberapa ulama. Walhasil, ilmunya benar-benar menyinari belantara jawa yang masih awan kala itu.

Karomah dan Keutamaan

Pada suatu ketika tibalah Habib Syekh di kediaman salah satu pecintanya. Ini bukan kunjungan biasa, akan tetapi kunjungan sarat hikmah. Pasalnya, begitu ketemu shahibul bait, Sang Wali menggelontorkan permintaan yang agak ganjil.”Aku menginginkan dua lembar permadani ini.” titahnya.

Sang pecinta terkesiap. Bagaimana tidak, yang diminta junjungannya itu adalah permadani buatan Eropa yang super mahal. Barang itu baru saja dibelinya. Ia amat menyayangi permadani itu hingga ditempatkannya di tempat khusus.

“Bagini saja. Anda boleh minta apa saja, asal jangan permadani ini.” Pinta si pecinta. “Tidak. Aku tidak menginginkan lainnya.” Sang Wali bergeming. Negosiasi alot. Dan akhirnya hati pecinta setengah mencair. ”Baiklah, kalau begitu Anda boleh mengambil satu lembar saja.”

Setelah mendapatkan permintaannya itu, Sang Wali segera beranjak. Sang pecinta adalah seorang saudagar kaya raya. Sewaktu disambangi Sang Wali, Dua armada kapal dagangannya tengah berlayar di lautan dengan membawa muatan yang banyak. Sayang nahas mendera, dua armadanya itu koyak akibat terjangan gelombang. Salah satunya terhempas lalu tenggelam. Sementara satunya lagi selamat dan berhasil mendarat.

Hati saudagar sedikit lega. Syukur, tidak kedua-duanya tenggelam. Ia memeriksa kapalnya yang selamat itu dengan seksama. Dan, terpampanglah pemandangan ajaib dihadapannya. Ya, selembar permadani yang dihadiahkan kepada Sang Wali telah menambal rapat-rapat bagian yang koyak pada perahunya. Ia terpekur, menyesali perlakuannya pada Sang Wali. “Mengapa tidak kuberikan kedua-duanya saja waktu itu.” gerutu hatinya.

Kisah masyhur diatas dihikayatkan oleh Habib Abdul Bari bin Syekh Al-Aydrus,dan dicantumkan dalam manuskrip Tajul A’ras, torehan pena Habib Ali bin Husein Al-Attas.

Suatu malam, Habib Abdullah Al-Haddad, seoarang wali yang dulu dikenal royal menjamu tamu, menyuruh seorang sayid bernama Abdullah bin Umar Al-Hinduan berziarah kepusara Habib Syekh Bafaqih. “Hai Abdullah, pergilah kamu kepusara Habib Syekh sekarang, dan katakan pada beliau,” Abdullah Al-Haddad saat ini butuh uang dua ribu rupiah. Tolong, Berilah ia uang besok !” perintahnya.

Sayid Abdullah segera berangkat. Sesampainya dipusara Habib Syekh, ia membaca ayat-ayat suci dan doa-doa. Kemudian ia membisikkan ke makam kalimat yang dipesankan Habib Abdullah.

Selang dua hari kemudian, Sayid Abdullah berjumpa lagi dengan Habib Abdullah. Wali yang sangat dermawan itu nampak berbunga-bunga. ”Lihat uang ini. Aku terima dari Habib Syekh .” Selorohnya sembari menunjukkan segepok uang pada Abdullah Al Haddad Maklum, dua ribu rupiah uang dulu, sama nilainya dengan dua belas juta ripiah uang sekarang.

Sang Wali yang berkaromah luar biasa itu, tidak lain tidak bukan, adalah Habib Syekh bin Ahmad Bafaqih, ulama besar yang pusarannya ada didaerah Boto Putih, Surabaya. Dekat masjid Sunan Ampel. Karena itu, masyarakat lebih mengenal beliau sebagai Habib Syekh Boto Putih.

Di masanya, keulamaaan Habib Syekh sulit tertandingi. Pengetahuannya dalam Fiqih, Lughah, Tauhid dan lainnya sangat dalam. Sehingga sewaktu tinggal di Surabaya, beliau menjadi oase yang mengobati dahaga orang-orang yang haus ilmu di ranah Jawa.

Pencapaian luar biasa itu tidaklah didapatkan Habib Syekh dengan mudah dan gampang. Sebab ilmu takkan pernah ditumpahkan dari langit begitu saja. Sejak usia belia, beliau sudah bekerja keras menggali ilmu. Mula-mula ia mempelajari Al-Qur’an dan beberapa bidang pengetahuan syari’at dan tasawuf kepada ayahandanya sendiri, Habib Ahmad bin Abdullah Bafaqih. Kebetulan, Sang Ayah sendiri adalah ulama yang sudah kesohor ketinggian ilmunya.

Ia kemudian mengembangkan diri dengan belajar pada ulama-ulama yang ada di kotanya, Syihr. Pada fase ini, jiwa ilmuannya sedang mekar-mekarnya. Semakin lama hatinya semakin merasakan kehausan tak terkira untuk meneguk pengetahuan sehingga beliau dengan seizin ayahnya memutuskan berangkat ke Haramain unntuk menyelami telaga pengetahuan disana.

Selama di Mekah dan Madinah, beliau belajar kepada beberapa ulama besar, diantaranya adalah Syaikh Umar bin Abdul Karim bin Abdul Rasul At-‘Attar, Syaikh Muhammad Sholeh Ar-Rais Al-Zamzami, dan Al-Allamah Sayid Ahmad bin Alawi Jamalullail. Tak hanya sampai di situ. Ia pun menyempatkan diri tinggal di Mesir beberapa lama, untuk menimba pengetahuan dari guru-guru besar Universitas al-Azhar kala itu.

Wafatnya Habib Syekh bin Ahmad Bafaqih

Beliau wafat pada tahun 1289 H di Surabaya. Diatas pusarannya dibangun kubah yang megah, sebagai perlambang kemegahan derajatnya. Sampai kini makamnya tak henti-hentinya diziarahi kaum muslimin, untuk bertawasul dengan mengharapkan barokah. Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin

Doa alhabib syekh bafaqih botoputih surabaya

دعاء الحبيب شيخ بن أحمد بن عبد الله بافقيه

Doa Al-Habib Syekh bin Ahmad bin Abdullah Bafaqiih Botoputih Surabaya

(dibaca kapan saja dimana saja, untuk hajat apa saja, terutama untuk mahabbah umum maupun khusus, dan dibaca pula untuk menghadapi orang yang ia takuti atau yang ia butuhkan pertolongannya)

بسم الله الرحمن الرحيم

بِسْمِ اللهِ طَرِيْقِيِ، اَلرَّحْمنُ رَفِيْقِيْ، اَلرَّحِيْمُ يَحْرُسُنِيْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يَلْمِسُنِيْ، آيَةُ الْكُرْسِيْ تُرْسِيْ، سَيْفِيْ حَسْبِيَ اللهُ, تَحَصَّنْتُ بِيَس، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، فَعْشَيْلُ شُلُوْخِيَا أَشْلِخُوْطَا شَلْخُوْطَا، وَخَشَعَتِ اْلأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلاَ تَسْمَعُ إِلاَّ هَمْسًا، ياَ طَيْطَوَالُ، اُحْجُبْ عَنِّيْ شَرَّ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ بِحُرْمَةِ مَنْ يَقُوْلُ لِلشَّيْءِ كُنْ فَيَكُوْن،ُ بِسِرِّ سِرِّكَ الْمَصُوْنِ، وَعِلْمِكَ الْمَكْنُوْنِ، وَمَا فِي حُكْمِكَ الْمَخْزُوْنِ عَنِ الْعُيُوْنِ، سَخِّرْ لِيْ قُلُوْبَ مَنْ رَآنِيْ (سَخِّرْ لِيْ قَلْبَ فُلاَنَةٍ بِنْتِ فُلاَنَةٍ / فُلاَنٍ بْنِ فُلاَنَةٍ) عَلَى مَحَبَّتِيْ وَمَوَدَّتِيْ وَعَوَاطِفِيْ وطَاعَتِيْ وَكُلَّ حَاجَتِيْ، يَا مَنْ لاَ يُعْجِزُهُ شَيْءٌ سَخِّرْ لِيْ كُلَّ شَيْءٍ، أَقْسَمْتُ عَلَيْكُمْ بِمَا دَعَا اللهُ بِهِ عَلَى السَّمَوَاتِ وَاْلأَرَضِيْنَ فَقَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِيْنَ، وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Bismillahir Rahmaanir Rahiim, bismillahi thariiqii, ar-Rahmanu yahrusnii min kulli syay'in yalmisunii, aayatul kursii tursii, sayfii hasbiyallahu, tahashshantu bi Yaasiin, tawakaltu 'alaa Allahu, fa'syaylu syuluukhinaa asylikhuuthaa syalkhuuthaa, wa khasyta'atil 'ashwaatu lir-rahmani fala tasjma'u illa hamsan, bi sirra sirrukal mashuuni, wa 'ilmikal maknuuni, wa maa fii hukmikal makhzuuni 'anil 'uyuuni, sakhkharlii quluubi man ra'aanii (sakhkharlii qalba fulan binti fulan/fulan bin fulan) 'alaa mahabbatii wa mawad-datii wa 'awaathifii wa thaa'atii wa kulla haajatii, yaa man la ya'jiruhu syay'u sakh-kharlii kulla syay'in, aqsamtu 'alaykum bimaa da'aallahu bihi 'alaal samawaati wal ardhiina faqaalataa 'ataynaa thaa-i'iina, wa 'innahu laqasamun law ta'lamuun azhiimu wa shallaa Allahu alaa Sayyidina  Muhammadin 

wa aalihi wa shahbihi wa sallam   

Artinya: Dengan nama Allah (Bismillaah) adalah jalanku, ArRohman (Yang Maha Penyayang) adalah selalu menyertaiku, Ar-Rochiim selalu menjagaku dari segala sesuatu yang menyentuhku / menggangguku, Ayatul Kursiy adalah tameng / perisaiku, pedangku adalah chasbiyallooh (cukuplah Allah bagiku), aku memohon perlindungan dengan berkat surat Yaa Siin, aku bertawakkal kepada Allah, Wahai Fa’Syail, Syuluukhiyaa, Asylikhuutho, Syalkhuuthoo , dan tenanglah segala suara dihadapan Allah maka engkau tak akan mendengar kecuali suara-suara sangat halus, wahai Yang Maha Berkuasa, lindungilah aku dari kejelekan jin dan manusia, dengan kehormatan Engkau Yang Berkata: Kun! (jadilah!), maka jadi, dengan rahasia dari segala rahasia-Mu, dan dengan berkat ilmu-Mu yang tersembunyi, dan dengan segala apa yang berada dalam kekuasan / hukum-Mu yang tersimpan rapi dari segala pandangan mata, tundukkanlah untukku (dengan berkat itu semua) [hati setiap orang yang melihatku] [hati fulanah binti fulanah / fulan binti fulan] agar cinta kepadaku, senang kepadaku dan kasihan kepadaku serta taat kepadaku, dan tundukkanlah untukku segala hajatku. Wahai Dzat Yang Tak seorang / sesuatupun dapat melemahkan-Nya / memayahkan-Nya, tundukkanlah untukku segala sesuatu. Aku bersumpah atas kalian dengan isim yang Allah gunakan untuk memanggil tujuh lapis langit dan bumi maka keduanya berkata: “Kami datang dengan taat.”. dan sungguh itu merupakan sebuah sumpah yang agung seandainya kalian mengetahui. Dan semoga salawat dan salam tetap Allah limpahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabat beliau.

Keterangan: setelah membaca wirid ini diharapkan membacakan Al-Fatichah untuk penyusun wirid ini sebagai beriku: 

اَلْفَاتِحَةَ إِلَى رُوْحِِ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدٍ وَإِلَى أَرْوَاحِ إِخْوَانِهِ مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَ آلِهِمْ وَأَصْحَابِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ أَجْمَعِيْنَ وَجَمِيْعِ اْلأَوْلِيَاءِ وَالْعُلَمَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ أَيْنَمَا كَانُوْا وَحَلَّتْ أَرْوَاحُهُمْ مِنْ مَشَارِقِ اْلأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا خُصُوْصًا إِلَى أَرْوَاحِ مَشَائِخِنَا فِي الدِّيْنِ ثُمَّ خُصُوْصًا إِلَى رُوْحِ صَاحِبِ الْمَقَامِ الْحَبِيْبِ شَيْخِ بْنِ أَحْمَدَ بَافَقِيْه وَأخِيْهِ الْحَبِيْبِ مُحَمَّدٍ بْنِ أَحْمَدَ بَافَقِيْه وَأُصُوْلِهِمَا وَفُرُوْعِهِمْ وَإِلَى أَرْوَاحِ أَمْوَاتِنَا خَاصَّةً وَأَمْوَاتِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً أَنَّ اللهَ يُعْلِيْ دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيُعِيْدُ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِهِمْ وَأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِهِمْ وَعُلُوْمِهِمْ وَنَفَحَاتِهِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ بِسِرِّ أَسْرَارِ الْفاَتِحَةِ.

Al-Fatihah ilaa ruuhi Sayyidinaa wa habiibinaa wa syafi'inaa wa qurrati-a'yuninaa Muhammad wa ilaa arwaahi ikhwaanihi minal anbiya'i wal mursaliin wa alihim wa 'ashhaabihim wa azwaajihim wa dzurriyyaatihim ajma'iin wa jami'il awliyaa'i wal 'ulama'i wasy syuhada'in wash shalihiina 'aynamaa kaanuu wa hallat 'arwaahuhum min masyaariqil 'ardhi ilaa magharibihaa khushuushan ilaa 'arwaahi masyaikhinaa fiid dayni tsumma khushuushan ilaa ruuhi shaahibil maqaam al-habib Syaikh bin Ahmad Baa Faqih wa 'akhiihi al-Habib Muhammad bin Ahmad Baa Faqih wa ushuulihim wa furuu'ihim wa ilaa arwaahi amwaatina khaash-shatan wa amwaatil muslimiina 'aammat annaallaha yu'lii darajaatihim fiil jannah wa yu'idu 'alaynaa min barakaatihim wa asraarihim wa anwaarihim wa 'ulumihim wa nafahaatihim fii dunyaa wal akhirah bisirra 'asaari al-Fatihah