PT Rifan | Belajar di RI, Arab dan Bangladesh Malah Duluan Bangun PLTN

PT Rifan | Belajar di RI, Arab dan Bangladesh Malah Duluan Bangun PLTN

PT Rifan - Jakarta Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Anhar Riza Antariksawan membandingkan pengembangan tenaga nuklir di Indonesia dengan beberapa negara. Dia di Uni Emirat Arab (UEA) dan Bangladesh yang teknologi nuklirnya belum begitu maju sudah memiliki PLTN, sementara Indonesia belum memiliki satupun.

Dia menjelaskan sudah ada satu PLTN di UEA yang sudah beroperasi dan masih ada 3 unit lainnya menyusul. Sementara di Bangladesh sedang membangun PLTN sejak dua tahun lalu.

"Ini ada dua negara yang kami rasa teknologi nuklirnya belum semaju kita, tapi sudah memutuskan membangun PLTN. Ini ada Uni Emirat Arab sudah 1 PLTN dioperasikan, dan 3 unit berikutnya akan operasi. Lalu, Bangladesh baru saja membangun setahun dua tahun yang lalu," papar Anhar dalam rapat kerja bersama Komisi VII, Gedung DPR Jakarta, Selasa (8/12/2020).

Sebanyak dua negara yang disebut Anhar mempelajarinya di Indonesia. "Dua negara ini, mereka bahkan belajarnya di sini reaktornya, UEA aja punya minyak banyak, tapi bikin PLTN," ujarnya.

Baca Juga :



Anhar mengatakan pembangunan PLTN bukan cuma masalah kesiapan teknologi, namun komitmen semua pihak termasuk dukungan pemerintah. Pasalnya, pembuatan PLTN merupakan proyek yang besar.

"Keputusan pembangunan PLTN bukan cuma teknologi, tapi kebijakan pemerintah dan stakeholder lainnya untuk komitmen panjang. PLTN ini bisa 5 tahun pembangunannya, 60 tahun operasinya, belum lagi urusan limbahnya," kata Anhar.

Dalam kebijakan energi nasional, nuklir menjadi energi pilihan paling terakhir. Namun, menurut Anhar kalau memang secara studi dan teknologi siap, kenapa tidak mulai dilirik.

"Peran nuklir sesuai kebijakan energi nasional terutama di paragraf 2 pasal 11 memang pilihan terakhir, namun demikian kalau sudah ada kajian dalam mengenai penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan damai, pemenuhan kebutuhan energi yang meningkat, maka pada dasarnya nuklir bisa dimanfaatkan," kata Anhar.

"Tidak perlu harusnya menunggu yang lainnya habis, bisa saja gunakan nuklir," lanjutnya.( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka )


Lihat : PT Rifan

Sumber : finance.detik