Dimocarpus longan atau Pohon Lengkeng yang dalam bahasa Inggris longan tree. Di Indonesia pohon ini ada yang menyebutnya dengan pohon kelengkeng, longan, atau mata kucing. Lokasi dari Sri Lanka dan India ke S. China dan Taiwan, di seluruh Asia Tenggara dan Malesia hingga New Guinea. Sebagian ahli botani yakin bahwa tanaman kerabat dekat rambutan dan leci ini berasal dari India. Namun, pendapat menyatakan bahwa tanaman lengkeng berasal dari daratan Cina. Hal ini dikaitkan dengan adanya tradisi masyarakat Cina yang menggunakan lengkeng sebagai persembahan kepada arwah leluhur. Dari daerah asalnya, tanaman lengkeng kemudian menyebar ke berbagai negara di dunia. Saat ini, negara- negara yang mengembangkan lengkeng antara lain Thailand, Vietnam, Cina, Malaysia, dan Indonesia. Dari berbagai negara produsen lengkeng tersebut, lengkeng Thailand saat ini paling mendominasi pasar dunia. Di Thailand, tanaman lengkeng pertama kali masuk pada tahun 1896. Sementara itu, di Indonesia, tanaman lengkeng diperkirakan masuk pada abad ke-18. Budi daya lengkeng telah lama dilakukan petani di beberapa wilayah Nusantara. Beberapa daerah sentra lengkeng di antaranya Ambarawa, Temanggung, Magelang, Wonosobo, Tawangmangu, Semarang, dan Salatiga (Jawa Tengah), serta Malang (Jawa Timur).
Kingdom : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Dimocarpus
Spesies : Dimocarpus longan
Pohon kelengkeng dapat mencapai tinggi 40 m dan diameter batangnya hingga sekitar 1 m. Berdaun majemuk, dengan 2-4(-6) pasang anak daun, sebagian besar berbulu rapat pada bagian aksialnya. Tangkai daun 1-20 cm, tangkai anak daun 0,5-3,5 cm. Anak daun bulat memanjang, panjang lk. 1-5 kali lebarnya, bervariasi 3 1,5-20 cm, mengertas sampai menjangat, dengan bulu-bulu kempa terutama di sebalah bawah di dekat pertulangan daun. Morfologi buah kelengkeng berbentuk bulat sampai lonjong terdapat kulit buah yang bewarna hijau ketika masih muda dan akan berubah menjadi coklat saat sudah matang. Benih kelengkeng berbentuk bulat mengkilap dan berwarna hitam, terbungkus oleh daging buah yang transparan
Lengkeng dapat hidup pada tiap tipe iklim, baik iklim kering, basah, maupun sangat basah. Meskipun berasal dari daerah beriklim subtropis, lengkeng dapat hidup dengan baik di daerah tropis seperti Indonesia.
Faktor yang berpengaruh pada lengkeng adalah ketinggian tempat dari permukaan laut. Selama ini diketahui lengkeng hanya dapat hidup dan berbuah di daerah dataran tinggi. Hal ini berkaitan dengan kondisi suhu ideal bagi pertumbuhannya, yaitu 20-33° C pada siang hari dan 15-22° C pada malam hari. Pada kisaran suhu tersebut tanaman lengkeng bisa berbunga dan berbuah. Sebaliknya, jika suhu pada malam hari melewati kisaran optimal, tanaman tidak bisa berbunga. Meskipun demikian, lengkeng dapat beradaptasi dan hidup pada kondisi suhu yang ekstrem sangat dingin, yaitu kurang dari 0° C atau pada suhu tinggi hingga 35° C.
Menurut Harborne (1987) dalam Jurnal Farmasi Indonesia menyatakan bahwa kulit dan biji kelengkeng mengandung flavonoid yang merupakan senyawa fenol yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel bakteri. Menurut Dwijoseputro (1994) bahwa senyawa fenol dapat bersifat sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri.
Kandungan pada biji kelengkeng selain flavonoid, juga terdapat tanin dan saponin. Tanin memiliki aktivitas bakteri. Secara garis besar mekanisme yang diperkirakan yaitu tanin dapat merusak membran sel bakteri. Senyawa astringen tanin dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau substrat mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tanin terhadap enzim atau substrat mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri (Akiyama, 2001).
Menurut Ahmad (1998), etanol merupakan pelarut lebih baik dibandingkan air dan heksana jika akan mengekstrak komponen antimikroba. Dari hasil uji penapisan diketahui bahwa ekstrak etanol daun kelengkeng mengandung saponin, tannin, dan hidrokuinon.
Biji buah kelengkeng sangat bermanfaat bagi kesehatan. Meskipun biji buah kelengkeng merupakan limbah, namun memiliki kandungan senyawa fitokimia yang sangat berguna sebagai antibakteri. Hal ini mengakibatkan biji buah kelengkeng dapat menurunkan peradangan (Ratnah & Salasa, 2021). Selain itu sebuah penelitian menunjukkan jika esktrak biji dan kulit buah kelengkeng mempunyai efek anthiperkolestrol pada mencit. Sehingga biji kelengkeng mampu menurunkan kadar kolestrol. Penurunan kadar kolestrol pada ekstrak biji dan kulit buah kelengkeng tidak sebaik kolestiramin, namum mempunyai kecenderunggan mendekati kolestiramin (Qolbina et al., 2016).
Selain buahnya yang dapat dikonsumsi maupun bijinya yang dapat ditanam kembali, daunnya dapat dipergunakan sebagai obat. Sedikit masyarakat sudah memanfaatkan daun pohon lengkeng sebagai obat tradisional untuk sakit perut, diare, pereda demam dan antiradang. Hal tersebut berarti bahwa daun ini juga dapat diuji khasiatnya terhadap kanker. Berdasarkan penelitian pendahuluan (in-vitro) diketahui bahwa longan mengandung senyawa dari golongan flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid yang berpotensi digunakan sebagai antikanker. Penelitian tersebut dilakukan terhadap sel kanker darah putih (leukemia) dan sel kanker jaringan lunak (fibrosarkoma) serta sel normal sebagai kontrol negatif. Penelitian lanjutan juga dilakukan untuk mengetahui senyawa aktif di dalam daun ini yang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Selanjutnya dilakukan isolasi dan karakterisasi struktur senyawa dari daun longan. Bioaktivitas serta interaksi senyawa antikanker dari daun longan ini masih dalam tahap pengembangan agar benar-benar efektif sebagai alternatif antikanker.
ETNOBOTANI
Pada Dimocarpus longan atau Pohon Lengkeng dimulai dari buahnya, kulit, biji maupun daun berkhasiat dalam obat terutama beberapa masyarakat dibuatnya obat tradisional memakai bahan dasar tersebut.
PETA SEBARAN
REFERENSI
Ahmad. 1998. Screening of some Indian Medicinal Plants for Their Antimicrobial Properties. Journal of Ethnopharmacology. 74:113-123.
Akiyama, H., Fujii, K., Yamasaki, O., Oono, T., Iwatsuki, T., 2001, Antibacterial Action of Several Tannins Agains Staphylococcus aureus, Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 48, 487-91.
Dwidjoseputro, A.1994.Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokomia Edisi Kedua. Padmawinata K. Soediro I. Penerjemah. Terjemahan dari Phytochemicall Methods Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Puspita R, Bintang M, Priosoeryanto BP. Antiproliferative activity of longan (Dimocarpus longan Lour.) leaf extracts. J Appl Pharm Sci, 2019; 9(05):102–106.
Qolbina, F. F., Marsudi, D., & Setiawati, Y. (2016). PENGARUH EKSTRAK BIJI DAN KULIT KELENGKENG ( Dimocarpus longan ) TERHADAP KOLESTEROL TOTAL MENCIT (MUS MUSCULUS). Pengaruh Ekstrak
Biji Dan Kulit Kelengkeng Terhadap, 8, 53– 58.
Ratnah, S., & Salasa, A. M. (2021). EFEKTIFITAS EKSTRAK BIJI BUAH
KELENGKENG (Euphoria longan Stend) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acne. Media Farmasi, 16(1). https://doi.org/10.32382/mf.v16i1.1411
Syahputra, H., & Harjoko, A. (2011). Klasifikasi varietas tanaman kelengkeng berdasarkan morfologi daun menggunakan backpropagation neural network dan probabilistic neural network. IJCCS (Indonesian Journal of Computing and Cybernetics Systems), 5(3), 11-16.
Usman, M. (2004). Sukses Membuahkan Lengkeng dalam Pot. AgroMedia.