PERTEMUAN 10
Haji dan Ketentuannya
Haji dan Ketentuannya
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, asosiasi, dan mengkomunikasikan, peserta didik mampu :
Menganalisis materi tentang Haji dan Ketentuannya (Wajib Haji, Haji Miqat, Muharramat Haji dan Dam/ Denda serta Sunnah Haji) dengan baik;
Memahami materi tentang Haji dan Ketentuannya (Wajib Haji, Haji Miqat, Muharramat Haji dan Dam/ Denda serta Sunnah Haji) dengan baik;
Menyajikan hasil analisis materi tentang Haji dan Ketentuannya (Wajib Haji, Haji Miqat, Muharramat Haji dan Dam/ Denda serta Sunnah Haji) dengan baik;
Mengomunikasikan materi tentang Haji dan Ketentuannya (Wajib Haji, Haji Miqat, Muharramat Haji dan Dam/ Denda serta Sunnah Haji) dengan baik.
Haji dan Ketentuannya
Wajib Haji
Wajib haji adalah amalan-amalan dalam ibadah haji yang wajib dikerjakan, tetapi sahnya haji tidak tergantung kepadanya. Jika ia ditinggalkan, hajinya tetap sah dengan cara menggantinya dengan dam (bayar denda).,Wajib haji ada tujuh, yaitu :
a. Berihram dari mīqāt nya,
b. Bermalam di Muzdalifah,
c. Bermalam (mabīt) di Mina,
d. Melontar jumrah aqabah,
e. Melontar jumrah ūla, wusṭa dan aqabah,
f. Ṭawāf wada’.
2. Mīqāt Haji
Mīqāt artinya waktu dan dapat juga berarti tempat. Maksudnya waktu dan tempat yang ditentukan untuk mengerjakan ibadah haji. Mīqāt ada dua, yaitu mīqāt zamāni dan mīqāt makāni.
a. Mīqāt Zamāni
Mīqāt zamāni adalah waktu sahnya diselenggarakan pekerjaan-pekerjaan haji. Orang yang melaksanakan ibadah haji ia harus melaksanakannya pada waktu-waktu yang telah ditentukan, tidak dapat dikerjakan pada sembarang waktu.
b. Mīqāt Makāni
Mīqāt makāni adalah tempat memulai iḥrām bagi orang-orang yang hendak mengerjakan haji dan umrah. Rasulullah telah menetapkan mīqāt makāni sebagai berikut:
1) Rumah masing-masing, bagi orang yang tinggal di Makkah.
2) Dzul Hulaifah (450 km sebelah Utara Makkah), mīqāt bagi penduduk Madinah dan negeri-negeri yang sejajar dengan Madinah.
3) Juhfah (180 km sebelah barat laut Makkah) mīqāt penduduk Syiria, setelah tanda- tanda mīqāt di Juhfah lenyap, maka diganti dengan Rabigh (240 km barat laut Makkah) dekat Juhfah. Rabigh juga mīqāt orang Mesir, Maghribi, dan negeri- negeri sekitarnya.
4) Qarnul Manzil (94 km dari Makkah) sebuah bukit yang menjorok ke Arafah terletak di sebelah timur Makkah miqat penduduk Nejd dan negeri sekitarnya.
5) Yalamlam (54 km sebelah selatan Makkah) mīqāt penduduk Yaman, India, Indonesia, dan negeri-negeri yang sejajar dengan negeri-negeri tersebut.
6) Dzatul Irqin (94 km sebelah timur laut Makkah) mīqāt penduduk Iraq dan negeri- negeri yang sejajar dengan itu.
7) Negeri masing-masing, mīqāt penduduk berada di antara kota Makkah dengan mīqāt-mīqāt tersebut di atas.
Larangan Iḥrām dan Dam (denda)
1. Larangan Ihram
Larangan iḥrām ialah perbuatan-perbuatan yang dilarang selama dalam keadaan iḥrām. Jamaah haji harus menjauhi semua larangan iḥrām. Bagi jamaah haji yang melanggar salah satu atau lebih dari larangan iḥrām tersebut maka ia wajib membayar dam. Larangan-larangan iḥrām adalah:
1) Senggama dan pendahuluannya, seperti mencium, menyentuh dengan syahwat, berbicara tentang sex antara suami dengan isteri, dan sebagainya. Bersenggama bukan hanya merupakan larangan melainkan juga akan membatalkan haji bila dilakukan sebelum taḥallul awwal.
2) Memakai pakaian yang berjahit dan memakai sepatu bagi laki-laki. Sabda Rasulullah Saw:
3) Mengenakan cadar muka dan sarung tangan bagi wanita.
4) Memakai harum-haruman serta minyak rambut.
5) Menutup kepala bagi laki-laki, kecuali karena hajat. Bila terpaksa menutup kepala maka ia wajib membayar dam.
6) Melangsugkan akad nikah bagi dirinya atau menikahkan orang lain, sebagai wali atau wakil. Tidak sah akad nikah yang dilakukan oleh dua pihak, salah satunya sedang dalam ihram
7) Memotong rambut atau kuku
Menghilangkan rambut dengan menggunting, mencukur, atau memotongnya baik rambut kepala atau lainnya dilarang dalam keadaan ihram.
8) Sengaja memburu dan membunuh binatang darat atau memakan hasil buruan.
2. Dam (denda) pelanggaran larangan ihram
Dam dari segi bahasa berarti darah, sedangkan menurut istilah adalah mengalirkan darah (menyembelih ternak : kambing, unta atau sapi) di tanah haram untuk memenuhi ketentuan manasik haji.
Jenis-jenis dam (denda) adalah sebagai berikut :
a. Bersenggama dalam keadaan iḥrām sebelum taḥallul awwal batal hajinya dan wajib membayar dam. Dam-nya berupa kafārāt yaitu:
• Menyembelih seekor unta, jika tidak dapat maka;
• Menyembelih seekor lembu, jika tidat dapat maka;
• Menyembelih tujuh ekor kambing, jika tidak dapat maka;
• Memberikan sedekah bagi fakir miskin berupa makanan seharga seekor unta, setiap satu mud ( 0,8 kg) sama dengan satu hari puasa, hal ini diqiyāskan dengan kewajiban puasa dua bulan berturut-turut bagi suami-istri yang senggama di siang hari bulan Ramadhan.
b. Berburu atau membunuh binatang buruan, dam-nya adalah memilih satu di antara tiga jenis berikut ini :
• Menyembelih binatang yang sebanding dengan binatang yang diburu atau dibunuh.
• Bersedekah makanan kepada fakir miskin di tanah Haram senilai binatang tersebut.
• Berpuasa senilai harga binatang dengan ketentuan setiap satu mud berpuasa satu hari.
Dam ini disebut dām takhyīr atau ta’dīl. Takhyīr artinya boleh memilih mana yang dikehendaki sesuai dengan kemampuannya, dan ta’dīl artinya harus setimpal dengan perbuatannya dan dam ditentukan oleh orang yang adil dan ahli dalam menentukan harga binatang yang dibunuh itu.
c. Mengerjakan salah satu dari larangan berikut :
• Bercukur rambut
• Memotong kuku
• Memakai pakaian berjahit.
• Memakai minyak rambut
• Memakai harum-haruman.
• Bersenggama atau pendahuluannya setelah tahallul pertama.
Dam-nya berupa dam takhyir, yaitu boleh memilih salah satu di antara tiga hal, yaitu :
• Menyembelih seekor kambing
• Berpuasa tiga hari
• Bersedekah sebanyak tiga gantang ( 9,3 liter) makanan kepada enam orang fakir miskin.
d. Melaksanakan haji dengan cara tamattu’ atau qiran, damnya dibayar dengan urutan sebagai berikut:
• Memotong seekor kambing, bila tidak mampu maka
• Wajib berpuasa sepuluh hari, tiga hari dilaksanakan sewaktu ihram sampai idul adha, sedangkan tujuh hari lainnya dilaksanakan setelah kembali ke negerinya.
e. Meninggalkan salah satu wajib haji sebagai berikut:
• Ihram dari miqat
• Melontar jumrah
• Bermalam di Muzdalifah
• Bermalam di Mina pada hari tasyrik
• Melaksanakan thawaf wada’.
Damnya sama dengan dam karena melaksanakan haji dengan tamattu’ atau qiran tersebut di atas.
Sunah Haji
Sunah haji adalah hal-hal yang dianjurkan untuk dilaksanakan dalam ibadah haji.
Adapun hal-hal yang termasuk sunah haji yaitu:
a. Mandi ketika akan Ihram
Mandi yaitu, membersihkan seluruh tubuhnya dari najis dan hadats, berdasarkan
sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar :
َ ُ
Artinya: Menurut sunah bahwa seseorang (hendaknya) mandi apabila hendak beri- hram. (H. R. al-Bukhari dari Ibnu Umar).
b. Membaca Talbiyah
Bacaan talbiyah diucapkan dengan suara nyaring bagi laki-laki dan suara lemah bagi perempuan. Waktu membacanya adalah sejak iḥrām sampai saat lemparan pertama dalam melempar jumroh aqobah pada hari Idul Adha.
Membaca talbiyah disunatkan ketika naik dan turun kendaraan, ketika mendaki dan menurun, berpapasan dengan rombongan lain, sehabis shalat, dan waktu dinihari.
c. Melaksanakan thawaf qudum
Ṭawaf qudum disebut juga ṭawaf taḥiyyah (penghormatan) karena thawaf itu merupakan thawaf penghormatan bagi Ka’bah.
d. Membaca shalawat dan doa sesudah bacaan talbiyah