site analysis spot
Site analysis and risk assessment: timeline, location and initial estimates
Analisis Lokasi dan pengkajian resiko: waktu kejadian, lokasi dan estimasi awal
http://1578-java-site-analysis-and-risk-assessment.php.htm
Dikaji dan dialihbahahasakan oleh Hardi Prasetyo
Untuk Lusi Libray:
analysis_spot.pdf View Download
Evolution Time Series SPOT Mud Volcano Jawa:
AVA - Time series of the volcano’s evolution.pdf View Download
http://www.spotimage.com/web/en/1577-java-time-series-of-the-volcanos-evolution.php
Monitoring the Lusi mud volcano, Java
Site analysis and risk assessment: timeline, location and initial estimates
Since 29 May 2006, a mud volcano has been spewing out a hot, viscous and foul-smelling slurry in the district of Sidoarjo, on the eastern side of the island of Java, Indonesia. 12,000 people have been evacuated from the area.
Between 5,000 m3 and 150,000 m3 of mud is erupting from the volcano every day. The mud is coming from a pocket of pressurized hot water 2,700 metres below the surface. As it rises, the water mixes with sediments to form a viscous slurry of mud
The cause of the eruption has not yet been established, but it could be linked to borehole drilling operations by an Indonesian company exploring for gas.
initial attempts to plug the volcano vent failed and work began on holding dams to contain the mud flow.
Rainy season precipitation is running off the mud toward agricultural irrigation channels.
Many experts believe it is impossible to tell how long the eruption will last. The volcano could continue spewing mud for years or decades to come.
The volcano, called Lusi for LUmpur SIdoarjo, claimed its first victims on 6 November 2006 when an underground gas pipeline exploded a few hundred metres to the north of the crater.
The explosion breached a dam, causing mud to flood land north of the crater and the main road connecting the city of Surabaya to the rest of the island.
he mud volcano is located inside a triangle formed by a main road, a railway and the Porong river.
The eruption has cut off road and rail links with Surabaya, Indonesia’s 2nd largest city, leaving its 2,600,000 inhabitants isolated.
Mudflow pollution threatens the Porong river and other streams that flow towards rice fields to the east and the prized fishing grounds of the Bali Sea.
he mud volcano erupted over farmlands near small-scale industrial facilities.
There are many villages in the area and a large, recent housing estate to the north of the crater.
Situated at a hub of the road and rail network, the mudflow threatens important communication links as well as three bridges and a dam on the Porong river.
On the basis of the first measurements, we can estimate the lake’s extent one year on and project its impact (orange circle).
29 May 2006: start of eruption
7 August 2006
- The mud lake (outlined in red) covers an area of 230 hectares (2.3 km²)
- Its average rate of expansion is 3.3 hectares a day
Projection on 29 May 2007
The extent of the mud lake (orange circle) could reach 1,200 hectares (12 km²).
Comparison of the estimated extent with a new image acquired 9 months later (18 March 2007) shows that:
The mud lake has reached the north and south bounds of the circle.
Its expansion has been contained by holding dams and basins (light orange outlines).
The level of the continuing mudflow has therefore risen.
Looking at the site closer up, gullies descending from the crater confirm that the volcano is rising.
The shadow to the north-west of the crater encircled by dams highlights its elevation and shows that a volcanic peak is forming.
Indonesia
Spot image telah mempublikasikan suatu situs yang khusus didedikasikan pada Lusi dengan judul ‘monitoring the mud volcano, jawa’.
Waktu Kejadian
Sejak 29 Mei 2006, suatu mud volcano telah keluar menyembur (spewing out) suatu lumpur (foul-smelling slurry), panas, encer (viscous) yang berbau di Kabupaten Sidoarjo pada bagian timur dari Pulau Jawa. Sehingga 12000 orang telah diungsikan dari daerah tersebut.
Semburan dari mud volcano berkisar antara 5,000 m3 dan 150,000 m3 perharinya.
Lumpur keluar dari suatu kantong air panas bertekanan pada kedalaman 2.700m di bawah permukaan.
The mud is coming from a pocket of pressurized hot water 2,700 metres below the surface.
Pada saat naik ke atas air bercampur dengan sedimen membentuk suatu lumpur yang encer (a viscous slurry of mud).
Penyebab dari semburan belum dapat ditentukan, tapi hal tersebut dapat berkaitan dengan operasi pemboran oleh perusahaan eksplorasi gas Indonesia (yang dimaksudkan adalah Lapindo).
Upaya awal untuk menymbat kawah gunung (Initial attempts to plug the volcano vent failed) telah gagal dan pekerjaan dimuali untuk membuat bendungan penahan untuk mencegah luapan lumpur.
(holding dams to contain the mud flow).
Pada musim hujan telah menyebabkan fluida lumpur menggenangi saluran irigasi pertanian.
Banyak para ahli percaya bahwa tidak mungking untuk mengatakan berapa lama semburan akan terjadi. Gunung akan berlanjut menyembur untuk beberapa tahun atau beberapa decade mendatang (The volcano could continue spewing mud for years or decades to come).
Gunung disebut Lusi, pertamakali menimbulkan korban terjadi pada 6 Nopember 2006 ketika pipa gas di bawah tanah yang berlokasi beberapa ratus meter di utara pusat semburan telah meledak.
Ledakan telah menyebabkan tanggul jebol (breached a dam), sehingga lumpur membanjiri didarah utara pusat semburan dan Jalan Tol Utama yang menghubungkan Surabaya dengan daerah lainnya di selatannya (Malang, Pasuruan, dll) melalui jalur darat SBY_Malang.
Mud Volcano berlokasi pada segitiga yang dibentuk oleh jalan raya tol (timur), rel kereta api dan jalan nasional (barat)dan Kali Porong (selatan).
Semburan telah memotong jalan raya yang menghubungkan Surabaya, merupakan kota kedua terbesar di Indonesia, sehingga 2,6 juta penduduk telah terisolasi dari jalur ekonomi tersebut.
Pencemaran Luapan lumpur mengancam Kali Porong dan aliran lainnya yang mengarah ke persawahan padi di bagian timur dan budidaya perikanan di Laut Bali (Selat Madura).
mud volcano telah menyembur dan menggenani lahan peternakan dan fasilitas industri bersekala kecil.
TErmasuk banyak desa, dan real estate di utara kawah (TAS).
Situasi dari jaringan jalan dan kereta, luapan lumpur juga telah mengancam jaringan komunikasi termasuk jembatan dan bendungn di Kali Porong.
Berdasarkan pada pengukuran awal dengan metoda remote sensing (SPOT) dapat diperkirakan luas danau dari proyeksi selama satu tahun (pada citra lingkran merah).
29 Mei 2006: awal semburan
Pada posisi 7 Agustus 2006 (72 hari)
- Danau lumpur (dibatasi garis merah) seluas 230 hektar (2,3 km²)
- Kecepatan ekspansi rata-rata 3,3 hektar per hari
-Proyeksi pada 29 Mei 2007 luas danau (lingkaran oranye) sekitar 1200 hektar (12 km2).
Perbandingan estimasi dengan citra baru diambil 9 bulan kemudian (18 Maret 2007) memperlihatkan bahwa:
Danau lumpur telah mencapai batas utara dan selatan yang dibatasi lingkaran.
Namun ekspansi telah dihambat oleh adanya bendungan penahan dan kolam atau cekungan (garis oranye).
Tingkat berlanjutan luapan lumpur telah meningkat.
Dengan melihat citra rinci, adanya saluran-saluran yang tenggelam terhadap kawah mengkonfirmasikan bahwa morfologi gunung telah menonjol atau menjulang ke atas (rising).
Daerah bayangan pada citra satelit di baratlaut dari pusat semburan yang dikelilingi oleh tanggul memperlihatkan telah terbentuk pucak gunung (volcanic peak)
Gambar: Lokasi citra pada google earth
Lokasi citra spot 7 Agustus 2006
Citra Spot 14 Agustus 2005
Gambar: Lokasi Lusi dan segitiga jalan nasional dan rel kereta (barat), jalan tol (timur) dan Kali Porong (selatan).
Gambar: Citra menggambarkan pusat semburan 29 Mei 2006, daerah terdampak 7 Agustus 2006, dan prediksi 29 Mei 2007.
Gambar: Citra Spot 18 Maret 2007 (garis merah) dan prediksi luapan 1 tahun (29 Mei 2007), bersamaan dengan awal keterlibatan BPLS (8 April 2007).
Gambar: Citra SPOT 18 Maret 2007
Catatan:
· Pusat semburan dikelilingi Tanggl Cincin
· Penahan utama luapan lumpur di selatan Pusat Semburan Mega Pond mencakup Pond Utama (timur) Pond Mindi (barat
· Intake di selatan antara dua Pond sebagai pengendali luapan Lusi ke Kali Porong melalui spill way
· Tanggul dari sisi barat intake ke utara masih dikembangkan pada bagian selatan.
· Di luar Pusat Semburan dan Pond Utama terdapat: Pond R1-PPI (baratdaya), Basin Siring (barat).
· Pengaliran ke barat dan utara diakomodasi pada Pond Marsinah (barat) dan terutama Pond TAS (utara).
· Ekspansi kolodial Lusi sudah mencapai utara TAS
Pemantuan Lusi mud volcano, Java - 2006-2009
Lebih dari dua tahun Spot Image telah menugaskan kepada satelit FORMOSAT-2 untuk setiap bulan mencitra mud volcano Lusi di Jawa.
2 Citra SPOT 5 dan 20 FORMOSAT-2 telah dianalisa dan di bandingkan untuk memantau perilaku gunung (volcano’s behavior), mendokumentasikan upaya-upaya Pemerintah Indonesia untuk membendung dan mengalirkan luapan lumpur (to dam and channel the mudflow).
Citra SPOT 5: 8 Agustus 2006
Citra SPOT 5: 23 Mei 2007
FORMOSAT-2 image of 23/05/2007 | Satellite Image - Spot Image
Citra SPOT 5: 18 April 2008
FORMOSAT-2 image of 18/04/2008 | Satellite Image - Spot Image
FORMOSAT-2 image of 20/01/2009 | Satellite Image - Spot Image
Citra SPOT 5: 20 Januari 2009
STUDI KASUS: MUD VOLCANO LUSI, JAWA
Case study: Lusi mud volcano, Java
Even
See the detailed site analysis and initial risk assessment
Pemantauan mud volcano dengan citra Spot dari satelit FORMOSAT-2
Luasan dari Lusi mud volcano dan upaya yang dilakukan oleh PemerintahIndonesia untuk mengatasinya menjadi bagian dari its inexorable advance convinced Spot Image to monitor it.
Kajian Resiko Risk assessment
Suatu arsip citra SPOT 5 yang memetakan status lokasi sebelum terjadinya semburan gunung lumpur.
Suatu citra SPOT 5 telah menangkap atau merangkum apa yang terjadi selama 2 bulan setelah awal semburan.
Kajian resiko pertama mencirikan bahwa pemerintah telah mempunyai even yang bukan main di tangannya (exceptional event on their hands). Karena itu citra Spot memutuskan untuk memantai lokasi.
Time: 02/04/2010 16:57:34
Tugas Satelit (sudah di atas)
Citra SPOT menugaskan satelit geosinkron FORMOSAT-2 (geosynchronous satellite) untuk mengambil citra pada lokasi dengan dasar regular (to acquire images of the site on a regular basis).
Selama 2½ tahun, FORMOSAT-2 mengirimkan pembaruan bulanan pada kelanjutan mud volcano.
Citra tersebut telah dibandingkan untuk mendeteksi perubahan dan rangkaian waktu (time series) telah ditempatkan pada Web.
EVOLUSI MUD VOLCANO SECARA RANGKAIAN WAKTI (TIME SERIES)
http://www.spotimage.com/web/en/1577-java-time-series-of-the-volcanos-evolution.php
SPOT 5 : 14/08/2005
Dua citra SPOT 5 telah digunakan sebagai baseline untuk perbandingan: Pertama dari tahun 2005 sebelum semburan dan lainya dari 7 Agustus 2006. Mud volcano bermula menyembur pada 29 Mei 2006. Lokasi volcano berdekatan dengan rel kereta api dan jalan raya di tanah pertanian di dekat fasilitas industri kecil. Banyak desa di daerah dan komplek perumahan di utara dan kawah.
SPOT 5: 07/08/2006
Kawah dapat diidentifikasikan dengan asap putih dan luapan lumpur di sekelilingnya. Luas danau lumpur sekitar 230 hectares (2.3 km²). Rata-rata kecepatan ekspansi danau adalah 3,3 km per hari sejak awal semburan. Tanggul dan kolam yang dibangun terisi luapan lumpur dapat terlihat dengan jelas di utara dan selatan dari kawah. Jalan telah rusak tapi belum tenggelam, rel kereta belum tersentuh lumpur.
Citra FORMOSAT-2: 11/02/2007
FORMOSAT-2 image of 18/03/2007
FORMOSAT-2 image of 03/05/2007
· Kawah telah melebar mendekati 70 metre (panah 1).
Luas danau lumpur tidak beruah 600 hektar (6 km2).
Rata-rata ekspansi danau melambat menjadi 1,7 hektar per hari sejak awal semburan.
· Banyak bangunan telah tenggelam (panah 2).
· Tanggul sekitar kawah telah memanjang kearah selatan untuk mencegah aliran lumpur (arrow 1).
· Suatu saluran dibangun dengan dua saluran yang sejajar tanggu untuk memisahkan aliran lumpur ke dalam cekungan yang kecil (panah 2).
· Saluran kedua menghubungkan danau lumpur ke Kali Porong (panah 3)
· Lumpur berubah warna pada air di Kali Porong (panah 4).
FORMOSAT-2 image of 23/05/2007
· Shoring up of dams (panah 1).
· Tanggul ditenggelamkan lumpur (panah 2).
· Tanggul runtuh dan diperbaiki (panah 3).
· FORMOSAT-2: 20/06/2007
· 1tahun setalah awal semburan (29 May 2006), luapan lumpur tela mencapai bangunan-bangunan saat itu telah mulai tenggelam pada daerah maksimum (garis hijau).
· Luas danau lumpur tidak berubah 604 hektar.
· Ratarata ekspansi sekarang melambat menjadi 1,55 hektar per hari sejak awal semburan.
FORMOSAT-2 : 8 August 2008
· Lumpur mongering di beberapa tempat disekitar mud volcano.
· Beberapa faktor yang menjelasakan perubahan:
· Musim panas yang panjang menyebabkan penguapan,
· pemompaan dan pengaliran ke sungai lebih efektif,
· dan semburan berkurang intensitasnya.
1 –Limpasan lumpur kea rah barat dari Pond Utama (Glagah dan Reno).
2 – Lapisan lumpur sekirat volcano tampak warna keputihan, menampilkan kondisi pengeringn.
FORMOSAT-2: 26 September 2008
1 – Terbukanya tanggul dicirikan oleh dua struktur berwarna putih (Reno Gap)
2 –Pusat dari cekungan di selatan mongering (coklat kehitaman). Lumpur mengalir pada dua saluran yang sejajar (lateral) terhadap tanggul.