Pentingnya Kehendak Yang Kuat Sang Agen Perubahan

Post date: Jun 17, 2015 11:35:40 PM

Kehendak yang kuat adalah kesungguhan batin yang merasuk dalam tindak nyata dan terus menerus hingga mencapai tujuan mulia yang dicita-citakan. Kehendak yang kuat tidak berisi pemaksaan tetapi lebih sebagai kesadaran yang tulus untuk bergerak nyata dengan cara yang kreatif dan inovatif menuju pada suatu tujuan, baik secara pribadi dan kolektif. Guru adalah salah satu profesi yang sering disebut "Sang Agen Perubahan itu" penting mengambil waktu untuk sesekali merefleksikan hal ini. Sebagaimana Bapak Menteri Pendidikan pernah menulis kembali apa yang dinyatakan Kaisar Jepang setelah Bom Atom meluluh-lantakkan negaranya, "Berapa jumlah guru yang masih hidup?". Tergambar pada pertanyaan ini sebuah harapan kebangkitan besar yang disandarkan pada sosok guru.

Mengapa kehendak yang kuat? Suatu hari pernah dalam suatu sesi saya tergelitik dengan satu pertanyaan, "Apa bedanya seorang guru yang berpengalaman 20 tahun dan guru yang baru mengajar satu tahun?" Tidak serta merta saya berani menjawab bahwa guru yang sudah perpengalaman 20 tahun ppasti mengajar dengan lebih baik dari yang mengajar baru satu tahun. Hal ini tentu saja berdasar pengalaman pribadi memiliki perjumpaan dengan para guru. Bagaimana seorang guru mengajar dan pengaruhnya terhadap anak sering menjadi buah bibir baik dilingkungan masyarakat maupun di dalam kalangan pendidik itu sendiri. Tambahan kisah-kisah nyata dari para murid yang mendapatkan kesan mendalam dari para guru dan mengubahnya menjadi lebih baik juga menjadi tambahan saya untuk menjawabnya. Kehebatan menjadi pribadi atau diri sendiri bukan maksud yang ingin saya tuju untuk dibahas tetapi potensi individual yang menyatu dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat menjadi arah yang ingin saya pilih untuk dibahas. Karena menjadi nyata dan memberi manfaat bagi kehidupan di sekitarnya adalah yang utama bagi kita. Hal ini menjadi terasa ketika kita masuk ke dalam beberapa hal di bawah ini :

  • Kejenuhan dan Rutinitas

Yang menjadi rutinitas seorang guru adalah mengajar. Hal ini tidak terlepas dari semua persiapan administrasi kelas yang terus menerus harus dikerjakan dari persiapan mengajar, menyiapkan media, melakukan kegiatan belajar mengajar hingga evaluasi serta penilaian. Biasanya beberapa bugu masih memiliki tanggung jawab dalam beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Hal tambahan yang menjadi rutinitas menghadapi anak-anak yang diajarnya dan di dalamnya berasal dari berbagai latar belakang keluarga. Hal ini sering terjadi masalah-masalah yang menghambat belajar kelas dan juga beberapa menghambat secara pribadi sang anak. Menjadi masalah yang terus menerus sepanjang hari, minggu bulan dan tahun dapat menimbulkan kejenuhan bagi guru. Rutinitas dan kejenuhan yang tidak disadari menjadikan pekerjaannya bisa terasa hambar bagi guru sendiri dan sangat mungkin berpotensi kehambaran merambat dan mempengaruhi belajar muridnya terasa hambar, dan tidak mengesan. Apa yang dilakukan seperti rutinitas dan kurang memiliki sentuhan mendalam pada pribadi para calon pengelola negeri ini.

  • Terbungkus Permasalahan

Masih saling terkait dengan kejenuhan dan rutinitas, guru dan pfrofesi lain pasti mengalami aneka masalah yang berkutat dalam pikiran dan hatinya. Masalah pribadi yang berhubungan dengan kesehatan diri dan keluarga, kebutuhan hidup keluarga, gesekan dilingkungan kerja dan rumah tangga, tekanan dari pimpinan dan perubahan-perubahan sistem dilingkungan kerjanya. Permasalahan diluar tanggung jawab kerja dan kompetensi tugasnya tidak dipungkiri memberi pengaruh pada pancaran pribadi sosok seorang guru dihadapan para muridnya. Kemampuan seorang guru dalam menerima, memilah menyelesaikan aneka persoalan seperti ini bisa sangat membantu meringankan bebannya. Sebaliknya apabila guyuran masalah dan beban semakin bertambah akan berakibat pada keadaan interaksi dengan para muridnya juga. Sanagat tidak bijaksana apabila murid menjadi tumpuan masalah pada akhirnya, apabila yang sebenarnya bermasalah adalah gurunya, yakni terbungkus masalah pribadi yang belum mampu terselesaikan.

  • Memurnikan Harapan

Harapan seorang guru harus menjadi perpanjangan dari harapan kita berbangsa dan juga perpanjangan dari hapan orang tua, Namun tak kalah penting dan menjadi yang utama adalah harapan murid. Apakah cita-cita anda menjadi guru? Boleh jawaban kita beraneka dan sulit untuk terangkum dalam satu halaman. Yang menjadi sama bahwa kita akan berhadapan dengan murid dan menghantar mereka berkembang dengan segenap sumberdaya yang ada. Kurikulum menjadi panduan bagi kita agar kita mengikuti jalan yang wajar sebagai bagian dari bangsa tercinta. Di dalamnya sering berubah bahasa dan skema dari waktu kewaktu. Tetapi yakinlah bahwa yang akan dikenang oleh murid-murid kita itu bukanlah pada kurikulumnya, bahkan terkadang belum tentu pula materi yang guru ajarkan, lalu apa saja? Materi belajar tentu sangat penting membangun kontruksi pengetahuan dan logika murid. Namun jangan pula karena mengejar materi tetapi banyak melukai hati atau kepribadian murid. Sebaliknya pada setiap proses belajarnya harus semakin meneguhkan dan memotivasi murid, mempercayai, mendukung dan membantunya dengan tulus dan menyenangkan. Dan tak jarang murid akan mengukir dalam ingatannya bagaimana gurunya dulu memandang dengan akrab dan bersahabat, mempercai dan mambantu dengan ikhlas. Gerak gerik, cara berjalan, gaya bicara serta kalimat-kalimat yang menguatkan kepribadiannya. Ketika harapan menyampaikan pelajaran berupa materi materi dari standar kompetensi sudah dilakukan maka selanjutnya menjembatani mereka semakin termotivasi bertumbuh dalam semangat untuk maju pantang menyerah menjadi pribadi baik yang didambakan bermanfaat bagi sesama.

  • Menyederhanakan Pemikiran

Mungkin dipertanyakan banya orang apabila saran menyederhanakan pikiran diberikan begitu saja di sambarang tempat. Apalagi untuk orang-orang sang sudah berjuang panjang menggunakan pikirannya. Namun konteks guru yang pantang menyerah untuk membantu anak-anak didiknya semakin tumbuh percaya diri dan menjadi pribadi yang berkarakter baik itu sudah cukup. Pikiran jernih kita menyetujui bahwa pribadi baik yang terbentuk dan berkembang akan menggali sendiri pengetahuan dan ketrampilan seluas-luasnya. Dan pasti mampu menggunakannya dan manfaatkan bagi kehidupan yang lebih baik. Dan perubahan pasti terjadi.

  • Membawa dalam Doa

Ungkapan bijak bahwa semua niat kita hendaknya mendapat ijin dunia dan campur tangan surga merupakan keberanian nyata. Pribadi dewasa dan beriman sangat menyadari keterbatasannya maka doa menjadi tumpuan yang sangat menguatkan, karena keyakinan dan iman membuat banyak orang mampu bertahan dalam berbagai keadaan termasuk dalam keadaan paling sulit pun, tidak mudah dilumpuhkan semangatnya, sebaliknya dalam keadaan paling senang pun tak mudah takabur.

  • Menyatakan dalam Kehidupan

Ini bagian kita menuliskannya dan melaksanakannya sesuai dengan keadaan kita masing-masing. Mata kita dapat melihat dari mana kita mulai, telinga kita dapat mendengar keluhan dan beban yang sedang dipikul sang anak atau murid dan hati kita bisa terketuk dari setiap ekspresi mereka yang memiliki masa depan yang gemilang. Apabila membayangkan bahwa setiap anak memiliki bintang memudahkan anda mengingat bahwa paa setiap pribadi ada keistimewaan lakukanlah. Bila menyisir rambut beberapa murid kecil kita akan menyamankan kelas anda mulailah.

Tak perlu menunda menggunakan hati anda semakin membuat setiap pribadi dikelas diakui, disapa dengan akrab, didukung dengan tulus, dan dihargai sebagaimana kita semua mendambakan itu. Dan bertambah terus gagasan kebaikan-kebaikan menyelimuti kelas kita. Sekolah Kita. Negara Kita.