Kesimpulan Guru dan Bukan Keputusan Apalagi Latah
Post date: Mar 24, 2014 12:56:13 AM
I've come to the frightening conclusion that I am the decisive element in the classroom. It's my personal approach that creates the climate. It's my daily mood that makes the weather. As a teacher, I possess tremendous power to make a student's life miserable or joyous. I can be a tool of torture or an instrument of inspiration. I can humiliate or humor, hurt or heal. In all situations it is my response that decides whether a crisis will be escalated or de-escalated and a student humanized or de-humanized. Hiam Ginott
Kliku ingin menjadi bagian dari tenaga para guru yang mampu meneguhkan perannya dalam menggerakkan kelasnya ke arah kemajuan peradaban manusia. Dengan menyadari bahwa pribadinya yang dapat mengarahkan kelas menjadi menyenangkan atau menakutkan, membuat anak patah semangat atau terinspirasi, membantu mereka semakin humanis atau sebaliknya.
Menulis ini kliku tergerak oleh dinamika kurikulum 2013, yang masih "menggelisahkan", terutama bagi para guru. Kegelisahan yang kliku jumpai di tahun pertama adalah para guru kelas di SD yang mau tidak mau harus masuk dalam proses penilaian dan penulisan rapor yang berbeda. Hal ini ditambah dengan sangat mepetnya sosialisasi yang diterima para guru untuk sistem penilaian dan pengisian rapor kurikulum 2013, yakni sekitar pertengahan November menjelang akhir semester I mereka melaksanakan kurikulum 2013. Sistem penilaian yang baik ini tentu tidak lebih mudah dan butuh latihan untuk memulai pengisian rapor SD yang di dalamnya menggunakan narasi, sementara proses yang dilalui hampir enam bulan belum mempersiapkan penilaian itu. Sedangkan untuk kesulitan yang berhubungan dengan imateri belajar dan buku-buku yang diterima umumnya para guru cukuk cakap dan luwes dalam mengembangkannya.
Bagaimana dengan penghapusan beberapa pelajaran? Ada pejabat yang menjawab dengan ringan "Tidak dihapus, dari dulu memang tidak ada bahasa Inggris di SD." Namun tidaklah mudah bagi mereka yang terkena imbasnya yakni mereka seperti paru guru bahasa inggrisnya, kepala sekolah, yayasan pendidikaan, ditambah penerbit dan para jajarannya. Memang betul ada penyampain yang agak melegakan dari Mendiknas kalau hak-hak guru tidak hilang dengan berlakunya kurikulum 2013.
Menurut rekan-rekan guru bahasa Inggris SD yang mengajar di sekolah swasta, bahwa beberapa teman sudah melompat ke SMP dan SMA namun sebagian lain tidak mendapat tempat lagi. Sementara bagi yang PNS sudah diarahkan oleh Dinas Pendidikan Kota/ Kabupaten setempat sudah diarahkan dan dibantu penempatan/ kepindahannya ke SMP/ SMA. Mereka yang sudah bersertifikat pendidik atau telah lulus sertifikasi guru bahasa Inggris SD bagaimana juga tetap ragu-ragu, meskipun sudah membaca pernyataan Mendiknas kalu haknya tidak hilang. Apalagi setelah melihat Laporan data PTKnya jumlah jam yang dapat muncul tetapi jam yang diakui masih Nol.
Semoga setelah tanggal 24 Maret ini merega yang gelisah menjadi lega (walau sementara), karena SK sudah keluar dan tinggal menunggu pencairan tunjangannya. Lalu bagaimana selanjutnya, apakah tugas mengajarnya yang sesuai dengan Sertifikat Pendidik akan diakui seterusnya setelah tahun ini?
Harus diakui bahwa banyak sekolah swasta yang tentu akan mencoba memenuhi tuntutan, keinginan dan kebutuhan masyarakat yang mempercayakan anak-anaknya di sekolah mereka. Mereka, Yayasan dan sekolah swasta banyak yang cukup piawai mengelola dan membesarkan pusat-pusat pendidikan, bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia. Kontribusinya pada negara dalam membangun sistem pendidikan sudah tidak diragukan lagi sampai saat ini. Banyak dari mereka yang akan mempertahankan Bahasa Inggris di SD, karena kita harus jujur bahwa anak-anak kita memang membutuhkan dan berhak untuk belajar. Terlepas dengan segala kekurangan-kekurangan yang telah terjadi, para orang tua atau masyarakat yang menyekolahkan anak-anak mereka baik di SD Negeri atau SD Swasta banyak yang menginginkan anaknya tetap dapat belajar bahasa Inggris di sekolah.
Bagaimana seandainya semua kepala sekolah akhirnya latah menghapus bahasa Inggris SD?
TiDak Mungkin....
Jika terjadi?
mereka berteriak
" Guru ....? "
Teachers who inspire know that teaching is like cultivating a garden, and those who would have nothing to do with thorns must never attempt to gather flowers. ~Author Unknown
Teachers who inspire realize there will always be rocks in the road ahead of us. They will be stumbling blocks or stepping stones; it all depends on how we use them. ~Author Unknown
baca juga :
Master Plan Pendidikan 2012-2016
DKI Klaim inisiator Bahasa Inggris SD Masuk kurikulum 2013.