Menghargai Usaha Anak Lebih daripada Nilai atau Rapornya

Post date: Dec 15, 2014 4:12:46 AM

Menemukan dan memberikan dukungan terhadap bakat dan potensi anak adalah hal terpenting bagi pendidik dan orang tua.Hal ini secara terus menerus tanpa batasan waktu sampai secara mandiri sang anak mampu menggali potensi yang dimiliki. Bahkan yang sudah berprestasi pun tetap harus diberi peneguhan dan dukungan. Setiap usaha untuk menemukannya pastilah akan dilalui dengan usaha yang keras serta dibarengi dengan berbagai perasaan baik yang menyenangkan, mengecewakan, menyedihkan dan aneka perasaan yang silih berganti. Karena itu janganlah Nilai dan pencapaian Rapor bukan menjadi segala-galanya.Sebagian rapor sekarang didesain tanpa menampilkan peringkat atau rangking anak, bahkan tidak mencantumkan angka perolehan melainkan mengan memberikan deskripsi terhadap hal-hal yang telah dicapai oleh anak serta beberapa hal lain yang membutuhkan perhatian. Penyajian pelaporan seperti ini sangat berkaitan erat dengan maksud yang diuraikan di atas, bahwa proses yang dilampaui anak dalam proses belajar menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.

Fakta kehidupan sudah sangat memberi tahu kita bahwa banyak orang yang nilai akademisnya tidak menonjol tetapi prestasi hidupnya serta peran dan pengaruh baiknya dalam kehidupan bermasyarakat sangat tinggi. Menempatkan anak kita pada peringkat selalu dibawah atau selalu diatas tidak selalu menghasilkan pribadi yang unggul dan baik, namun mendukung dan membantunya untuk mencoba banyak hal dan semakin maju mengembangkan diri diyakini oleh para pendidik akan membantu pengembangan karakter pribadi anak semakin baik.

Namun demikian sebagai guru dan orang tua kita tetap perlu mengetahui hal-hal yang sering menghambat anak kita dalam belajar. Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan dijelaskan dari masing-masing pengertian tersebut.

1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.

2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.

3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.

4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

Dari sedikit penjelasan diatas, dirasakan bahwa orangtua perlu mengetahui bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh putra/puteri mereka agar lebih mengerti bentuk kesulitan yang putera/puteri mereka hadapi. Banyak orangtua yang juga bertanya dan bingung tentang pendidikan dan prestasi belajar anak, baik di sekolah maupun dirumah.

Bahkan belajar menjadi 4 golongan masalah yang biasanya terjadi pada anak kita. Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya yaitu:

1. Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah, dsb)

2. Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.)

3. Maladjustment / Penyimpangan perilaku

4. Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda

Perlu diketahui juga, awalnya banyak pendapat yang menyatakan keberhasilan anak dan pendidikan anak sangat tergantung pada IQ (intelligence quotient). Namun memasuki dekade 90-an pendapat itu mulai berubah. Daniel Goleman mengungkapkan bahwa keberhasilan anak sangat tergantung pada kecerdasan emosional (emotional intelligence) yang dimiliki. Jadi IQ bukanlah satu satunya yang mempengaruhi keberhasilan anak, masih ada emotional intelligence yang juga perlu diperhatikan.

Ini adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasaan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasaan, dan mengatur suasana hati.

Dari berbagai penjelasan diatas, tentu banyak sekali tugas kita sebagai orangtua dalam mendidik anak kita baik mulai dari masa kecil mereka maupun hingga besar nantinya. Semua adalah tanggung jawab yang mulia, sebagaimana anak adalah karunia dan titipan tuhan kepada kita. Maka dari itu kita lah yang harus merawat dan memperhatikan perkembangan mereka, dan akhirnya kita pula yang akan tersenyum bahagia melihat perkembangan mereka.

Rapor adalah hal penting, tulisan ini tentu tidak akan mengecilkan pentingnya hal itu, apalagi sekarang banyak guru yang sedang berjuang keras untuk memperbaiki sistem penilaian, namun menghargai hak anak kita jauh lebih penting, yakni hak untuk menjadi pribadi yang sukses, dan kita semakin arif serta bijak mendampinginya.

sumber http://www.psikologizone.com/kenali-kesulitan-belajar-anak-sejak-dini/06511486