Keadilan Dalam Kata

Post date: Nov 10, 2013 8:44:17 AM

(It’s just an interior monologue of mine)

Menjadi adiil dalam konteks ini tidak harus berhubungan dengan pasal-pasal hukum, perundangan atau dengan hak asasi manusia. Bukan pula saya ingin menulis kata “adil” dan menjabarkan pengertiannya. Kumandang yang ingin kubuat hanyalah meneguhkan bahwa kita telah dan akan menjadi lebih adil lagi. Menjadi adil dalam hal ini lebih pada pemahaman terhadap unsur tertentu yang melekat pada setiap pribadi memahaminya, menerima dan menggunakan kata-kata terbaik yang kita pilih sehingga komunikasi kita lebih mengena kepada individu atau sekelompok individu yang kita tuju.

Unsur tertentu yang menarik untuk saya tuangkan di sini adalah factor “mood” dan “modalitas”. Dua hal ini mood dan modalitas bisa menyatu dan terpisah, Mood lebih dinamis karena berinteraksi dengan lingkungan dan suasana hati serta fisik seseorang sedangkan modalitas dalam hal ini modalitas belajar lebih melekat pada individu dan permanen, berkembang namun biasanya tetap ada yang menonjol, misalnya seorang anak menyerap banyak hal yang dipelajari ketika dia bukan hanya membaca, tetapi mereka juga mendengarkan ceritanya atau mengamati gambar-gambarnya. Para pakar telah melakukan penelitian itu bahwa kita semua menggunakan tiga modalitas belajar secara bersamaan, namun setiap individu memiliki keunikan yakni salah satu atau dua modalitas belajar kita lebih menonjol dari ketiga unsur modalitas yang kita miliki.

Apa Manfaatnya memahami hal ini?

Secara singkat kita berusaha menjadi pribadi yang adil. Menjadi adil dalam komunikasi karena menjangkau lebih luas dan mengena pada tujuan dan sasaran, karena dapat mudah diterima diolah dan ditanggapi oleh lawan bicara dengan lebih baik.

Sebagai guru atau orang tua, yang memahami keunikan dan keragaman anak dengan modalitasnya, kita bisa memilih kata -kata yang lebih tepat dan mampu menyapa semua modalitas belajarnya. Sebagai seorang teman atau pasangan suami istri kita dapat berusaha memilih ungkapan yang lebih cocok dengan lawan bicara. Sebagai seorang atasan menjadi mudah dipahami karena dapat memberi perintah yang lebih baik kepada bawahannya.

Quantum Learning