Post date: Feb 10, 2014 7:01:51 AM
"Katanya tahu betul, ternyata betul-betul tidak tahu"
Terinspirasi dari tulisan Eileen Rachman & Sylvina Savitri, Experd Character Building Training dalam www.kompaskarier.com yang berjudul Bad Habits, kliku mencoba mengamati dan memikirkan kebiasaan buruk yang terjadi di lingkungan pendidikan terdekat. Beberapa anak memiliki kebiasaan last minute juga, yakni dalam kedatangan di sekolah maupun dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
Dalam hal kedatangan yang sangat mepet waktu dan terlambat sama-sama menimbulkan masalah dan ketidaknyamanan baik para pengantar maupun anak itu sendiri bahkan tidak jarang suasana kelas terganggu. Tetap tidak dipungkiri bahwa mereka punya keunikan dan kecerdasannya sendiri. Maka tidak heran juga bertambah cerdas untuk memberikan alasan-alasan yang diterima dan masuk akal. Adakalanya kebiasaan-kebiasaan buruk ditoleransi karena alasan yang diciptakan, sehingga tanpa sadar memelihara bad habits itu terus menerus.
Para ahli mengatakan bahwa habit adalah respons atau tindakan yang karena muncul begitu sering, akhirnya sering muncul tanpa dipikirkan lagi. Namun sebagai pendidik harus optimis bahwa kebiasaan harus diperbaiki dengan pembiasaan baru. Pembiasaan baru yang mengubah dan mengarahkan, dengan memahami variabel yang mendukung munculnya bad habits. Jangan kita membiarkan atau memupuknya menjadi suatu "penyakit yang tak tersembuhkan".
Kebiasaan buruk terbangun dari skema yang sangat rumit untuk digambar secara visual, namun akan ringan dipahami dengan kejujuran dan keingin kuat untuk berubah. Reason dan reasoning akan terakumulasi seperti fakta, deadline dan punishment meningkatkan kreativitasnya, reward dan toleransi seperti memupuknya.
Membantu anak-anak dengan hal-hal yang sangat spesifik, tidur lebih cepat, bangun lebih awal, mandi berpakaian secara mandiri, menyiapkan alat sekolah pada sore atau malam hari, dll. akan sangat membantu menbangun kebiasaan baik. Demikian seterusnya seluruh pembiasaan akan membentuk sikap dan akhirnya karakter mereka, dan mulai dari keluarga adalah yang mendasar.
Selanjutnya pembiasaan di sekolah menjadi pendukung yang sangat penting bagi pembangunan karakter bangsa. Hal terkecil mulai dari berpakaian, disiplin kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, toleransi dll. akan menjadi nyata dimulai dari pembiasaan-pembiasaan dan keteladanan setiap hari dan terus menerus.
Bila ada beberapa anak sering tidak mampu menyelesaikan tugasnya, atau tidak mengumpulkan pada waktunya, tidak bijak seorang guru mengatakan, "Dasar kebiasaan!, Kamu selalu ketinggalan, disuruh mulai malah mainan, kerjanya lambat, nggak rapi lagi." Itu contoh kasus yang menggambarkan beberapa hal, antara lain :
Guru memberi teladan kurang baik, mengatakan secara negatif bukan mengatakan yang diharapkan. Bahkan memberikan label "kebiasaan" yang belum tentu tepat.
Kelupaan seorang guru akan tanggung jawabnya untuk mengarahkan murid memiliki kebiasaan baik, harusnya membantu menemukan cara bagi mereka sehingga tidak lagi menjadi kebiasaan.
Tugas yang terlalu berat bagi beberapa anak, untuk menyelesaikan dalam waktu yang terbatas atau butuh waktu lebih.
Keterbatasan teknik, strategi yang dimiliki guru dalam memotivasi siswa atau mungkin tidak melakukan motivasi dan monitoring pelaksanaan tugas.
Kondisi internal anak yang menghambat dan belum dipahami guru.....
"Saya tahu betul anak itu, dia selalu seenaknya, kerja semaunya, ngumpul kerjaan telat terus. Guru lain juga ada yang seperti itu komentarnya"..... nah ini Bad Habits yang asli. Menjadi sosok yang tahu betul tetapi alergi kritik, sehingga menjadi betul-betul tidak tahu. Bahwa itu adalah juga tugasnya untuk membawa anak-anak yang dikatakann seenaknya itu belajar tanggung jawab, yang suka terlambat menjadi tepat waktu, yang cuek menjadi penuh perhatian, yang lambat menjadi gesit, yang minder dan pemalu menjadi percaya diri, yang putus asa menjadi penuh harapan. Aha? Pernahkah kita seperti itu?