Selamat datang di Ruang Bahasa Indonesia MA ARIFAH
Menelaah Struktur Teks Cerpen
Petunjuk Pembelajaran
1. Berdoa sebelum memulai pembelajaran
2. Silahkan perhatikan absensi dari guru.
3. Bacalah materi pada halaman ini untuk menambah wawasan anda terkait topik pembahasan.
4. Materi Ini dapat diakses setiap saat.
5. Untuk menambah pemahaman anda, telah disediakan video terkait materi yang dapat ditonton.
6. Setelah memahami materi pada pertemuan ini silahkan menjawab soal evaluasi yang tersedia pada bagian paling bawah.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran pada pertemuan ini, peserta didik diharapkan dapat menelaah struktur teks cerpen
STRUKTUR TEKS CERPEN
Sebelum membahas lebih lanjut tentang struktur cerpen, ada baiknya kamu memiliki pemahaman lebih lanjut tentang cerpen itu sendiri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerpen (cerita pendek) adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata), yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika).
Selain itu, cerpen juga bisa diartikan sebagai rangkaian peristiwa yang menjadi satu, di mana di dalamnya ada konflik antar tokoh atau pada tokoh itu sendiri. Peristiwa dalam cerpen berbentuk hubungan antar tokoh, waktu, dan tempat yang disusun agar membentuk cerita yang utuh.
Sebuah cerpen atau cerita pendek memiliki suatu struktur sebagai unsur pembentuk yang harus ada di dalam cerpen itu sendiri. Struktur tersebut sangat diperlukan ketika menyusun sebuah cerpen. Berikut inilah beberapa elemen dasar untuk membangun sebuah cerpen:
Abstrak merupakan pemaparan gambaran awal dari cerita yang dikisahkan. Pada cerpen abstrak biasanya digunakan sebagai pelengkap cerita. Maka dari itu abstrak bersifat opsional atau bisa jadi tidak ada pada cerpen tersebut.
Pada orientasi cerpen biasanya menjelaskan tentang latar cerita seperti waktu, suasana, tempat/lokasi yang digunakan dalam penggambaran cerita cerpen.
Komplikasi berkaitan dengan pemaparan awal suatu masalah yang dihadapi oleh tokoh. Watak dari tokoh juga dijelaskan pada bagian ini. Selain itu pada komplikasi juga dijelaskan urutan kejadian yang berhubungan dengan sebab akibat.
Pada bagian evaluasi ini terjadi konflik masalah yang semakin memuncak. Konflik mulai menuju bagian klimaks dan mendapatkan penyelesaian atas masalah yang terjadi.
Resolusi merupakan bagian akhir permasalahan yang terjadi pada cerpen. Pada bagian ini terdapat penjelasan dari pengarang mengenai solusi permasalahan yang dialami tokoh.
Koda merupakan nilai atau pesan moral yang terdapat pada sebuah cerpen yang disampaikan oleh penulis kepada para pembaca. Pesan moral yang disampaikan sesuai dengan jenis cerpen.
Agar Ananda lebih paham, bacalah contoh analisis struktur pada teks cerpen berikut.
Petualangan Tiga Sahabat di Negeri Dongeng
Karya: Raihana Nabilatulrahmah
Ada tiga orang sahabat yang bernama Difa, Isla dan Mery. Suatu hari, saat mereka sedang bermain di taman mereka menemukan sebuah kotak berbentuk love dan berwarna kuning keemasan. Mula-mula mereka bertiga terkejut dan takut untuk membuka kotak tersebut, namun Isla memberanikan diri untuk membuka kotak itu. Saat Isla membuka kotak berbentuk love itu mereka bertiga terlihat sangat gembira.
Ternyata kotak itu berisi tiga buah kalung berbentuk hati dengan warna pink, biru dan ungu. Pada tutup kotak tersebut ada tulisan yang menyatakan “ini adalah kalung yang akan membuktikan bahwa kalian sahabat sejati atau bukan. Jika ya maka saat kalian memakai kalung itu, warna pada kalung tersebut akan menyatu menjadi warna pelangi dan kalian boleh memilikinya. Jika kalungnya bersinar artinya persahabatan kalian itu asli dan kekal sehingga kalian bisa mencoba petualangan yang telah kami sediakan. Tutup pada kotak ini akan menuntunmu langsung menuju sebuah buku yang akan membawa kalian ke sebuah negeri dongeng. “Selamat mencoba teman teman baru semoga kalian bersenang senang”. Isla membaca kata-kata yang ada pada tutup kotak tersebut dengan sedikit terbata bata karena tulisannya tidak terlihat jelas. Mereka tidak mengerti kata-kata pada tutup kotak itu tetapi mereka ingin mencobanya.
Isla mengambil kalung berwarna pink, Mery mengambil kalung berwarna biru, sedangkan Difa mengambil warna ungu. Saat mereka memakainya, kalung itu pun mengeluarkan cahaya dan menyatukan warnanya menjadi warna pelangi. Mereka pun ingin mencoba petualangan tersebut, tapi hari sudah sore mereka pun membuat janji “bagaimana jika jam 6 besok pagi kita berkumpul di sini lagi sambil membawa beberapa makanan dan baju?” tanya Isla. “baiklah, kami setuju. Tapi jangan sampai ketahuan siapapun, ya” jawab Merry. Mereka pun pulang sambil
membawa kalung ajaib itu, sedangkan kotaknya dibawa oleh Isla.
Keesokan paginya saat mereka sudah berkumpul, Isla membuka kotak terebut. Tiba-tiba muncul seorang peri bersayap kemilau dengan baju berwarna oren “hai, aku peri dari negeri dongeng. Namaku Fuchia. Kalian diterima di negeri dongeng. Apa kalian mau mencoba petualangan yang telah kami sediakan. Aku akan mengantar kalian menuju gerbang negeri dongeng.” Kata peri itu. “ya, kami mau mencoba petualangan itu” jawab mereka serempak. “kalau begitu ayo ikuti aku” kata peri tersebut.
Peri itu membawa ketiga anak itu ke sebuah gudang. di dalam gudang itu ada sebuah buku usang. “ini adalah buku yang akan membawa kalian ke gerbang negeri dongeng. Buka halaman 3 lalu tekan tombolnya.” Ujar peri Fuchia. Isla pun membuka buku halaman 3 lalu, ia pun menekan tombol berwarna kuning. Tiba- tiba, mereka berempat terseret masuk ke dalam sebuah lubang dan mereka terlempar ke gerbang sebuah kerajaan. Di hadapan mereka berdiri seorang ratu dan seorang putri yang seluruh pakaiannya dihiasi permata dan berlian. Ratu dan putri pun mengucapkan selamat datang kepada mereka dan mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam istana.
Setelah beberapa lama berbincang, sang ratu memberikan peta petualangan untuk mereka “di dalamnya ada tantangan kalian harus berhasil melalui tantangan itu jika kalian ingin kembali ke taman lagi. Tapi waktu yang saya berikan hanya 1 minggu. Apa kalian setuju?” tanya sang ratu. “ya kami setuju!” jawab mereka kompak. Setelah mereka selesai bersiap-siap, mereka pun mohon izin utuk pergi.
Tugas pertama mereka adalah di udara. Mereka harus berhasil mengalahkan seorang penyihir sakti dan mengambil bola ajaibnya. Dengan bantuan dari peri Fuchia mereka pergi memasuki kastil sang penyihir. “ya ampun banyak sekali penjaganya.” Seru Difa. “sebanyak apapun penjaganya kita harus berhasil mengalahkan sang penyihir sakti itu.” Jawab Isla “ayo serang teman teman…!” seru Merry. Mereka menyerang semua penjaga kastil itu dengan kekuatan yang
mereka dapatkan dari kalung persahabatan itu.
Tanpa mereka sadari salah satu penjaga kastil itu ada yang lari menemui sang penyihir “maaf tuan ada penyusup tak dikenal masuk ke kastil anda, tuan. Semua penjaga kastil kita sudah tewas oleh serangan anak-anak itu tuan” lapor sang penjaga. “ha ha ha ha ha, anak-anak ya. Aku sudah lama tidak melihat anak-anak, bawa mereka ke sini, cepat!” jawab sang penyihir. Sang penjaga kastil itu langsung menemui 3 sahabat itu “penyihir menunggu kalian di dalam mari aku antarkan kalian menemuinya.” Ujar sang penjaga ketakutan. Isla menyerang penjaga itu dengan kekuatan saljunya, lalu berkata “katakan kepada kami apa kelemahan penyihir itu!” kata Isla marah. “aku tidak akan mengatakannya” jawab sang penjaga. “ka mau mati ya. Berani-beraninya kau bermain-main dengan kami. Cepat katakan!” tukas Merry. “baiklah, aku akan mengatakannya. Kelemahan penyihir itu adalah air.” jawab penjaga ketakutan. “cepat antarkan kami pada penyihirmu itu!” sambung Difa. “b..b..baiklah” jawab penjaga tersebut.
Mereka memasuki kastil dengan penuh kewaspadaan. Sesampainya di tengah kastil, mereka bertemu dengan sang penyihir. Penyihir itu berkata “akhirnya kalian datang juga. Sudah lama aku menunggu kedatangan kalian, hahahaha.” “kami ke sini tidak untuk bermain-main denganmu. Kami ke sini hanya untuk mengalahkan dirimu!” jawab Isla tegas. “ayo kalahkan saja aku kalau kalian bisa” seru penyihir. Merry, Isla, Difa, dan Fuchia menyerang si penyihir. Saat penyihir itu sedang sibuk menghadapi mereka, Isla menyiramkan air kepada penyihir itu dari arah belakang. “oh, apa yang terjadi. Beraninya kau menyiramkan air padaku” kata penyihir marah. Sebelum penyihir itu menyerang Isla, penyihir itu hilang dan lenyap. “hore.., kita berhasil.” Mereka bersorak gembira. Isla pun mengambil bola ajaib milik penyihir tanda mereka telah berhasil mengalahkan sang penyihir itu. “selanjutnya menyelesaikan tugas kedua” seru Fuchia.
Tugas kedua ada di darat. Mereka harus bisa mengambil kucing emas serta piano emas untuk hadiah ulang tahun putri. Kedua benda ini terletak di hutan pinus. Hutan pinus ini memiliki bau yang sangat harum. “sebelum kalian mengambil kucing dan piano emas itu, kalian harus mengalahkan naga penjaga hutan pinus.
Apa kalian siap” tanya Fuchia. “ya, tentu saja kami siap” jawab mereka kompak.
“Tolong, tolong, siapa pun tolong aku” “apa kalian dengar suara itu?” kata Isla. “ya, mari kita tolong” jawab Merry. “lihat di sana ada seekor burung kecil yang tersangkut di dahan pohon” kata Difa. Mereka pun menolong burung kecil yang tersangkut di dahan pohon. “terima kasih telah menolongku. Namaku Sunny. Kalian pasti 3 sahabat, kan” kata burung itu. “ya, benar. Kami ke sini untuk mendapatkan seekor kucing emas dan piano emas. Tapi sebelum itu, kami harus mengalahkan naga ini.” Jawab Isla. “mari, aku antar kalian pada naga itu. Kalau kalian mau mengalahkannya, kalian harus menyiramnya dengan salju.” ujar Sunny. “terimakasih atas saranmu, Sunny.” jawab Merry. Mereka pun pergi menuju tempat sang naga. “itu dia naga yang kalian cari. Aku hanya bisa mengantarkan kalian sampai di sini. Aku harus segera pulang orang tuaku pasti sudah menunggu. Terima kasih atas bantuan kalian, dahhh” kata Sunny. “terima kasih atas bantuan mu Sunny, sampai jumpa…” jawab mereka bersamaan.
“ayo kita buat rencana dulu untuk mengalahkan naga itu” kata Difa. “aku punya rencana, kita bertiga akan menyerang naga itu sedangkan Isla berdiri di belakang naga itu. Saat naga itu sibuk menyerang kita Isla akan menyerang naga itu dengan kekuatan salju yang ia miliki.” Kata Merry. “baiklah kami setuju.” Jawab mereka.
Rencana pun dimulai. Fuchia memanggil naga itu “hai naga besar bangunlah!” seru Fuchia. Naga itu terbangun ia terlihat sangat marah“ huh siapa yang berani mengganggu waktu tidurku.” Ucap naga tersebut sambil marah. “kami ke sini untuk mendapatkan kucing serta piano emas.” Jawab Difa. “oooh.., jadi hanya dua anak kecil dan satu peri yang menggangguku. Kalian menginginkan kucing serta piano emas kan, kalau begitu aku tantang kalian. Kalian harus mengalahkan aku dulu, bagaimana apa kalian setuju?” kata sang naga. “baiklah kami terima” jawab Difa.
Mereka pun mulai menyerang naga itu, saat naga itu mulai sibuk Isla dari belakang langsung menyerang naga itu dengan kekuatan saljunya. “asyik kali ini kita berhasil lagi!” sorak mereka gembira. “katakan di mana kucing serta piano
emas itu berada.” Kata Isla. Sang naga pun menjawab “kucing dan piano itu ada di tengah hutan ini” “ terima kasih” kata Difa.
Mereka langsung menuju ke tengah hutan pinus. “lihat itu kucing serta piano emas, ayo kita ambil!” seru Merry. Saat mereka akan mengambil kucing emas, ternyata kucing itu sudah memiliki 3 ekor anak. Mereka ragu untuk mengambil kucing itu. “bagaimana kalau kita ambil saja dengan anak-anaknya sekalian” kata Merry. “mmm, boleh juga.” Jawab Isla. Mereka pun lalu mengambil kucing tersebut beserta 3 ekor anaknya, kemudian mereka memasukkannya ke dalam kandang emas yang telah mereka bawa dari istana. Setelah semuanya selesai, Peri Fuchia menyulap piano emas, kandang emas, dan bola ajaib menjadi kecil, lalu memasukkannya ke dalam tas Difa. “Saatnya menyelesaikan satu tugas lagi, yaitu tugas ketiga!” seru Difa. “namun sebelum itu, kita harus meminta izin kepada naga untuk pergi.” Kata Isla. “baiklah!” jawab mereka.
Mereka lalu menemui sang naga, Isla pun berkata “tugas kami sudah selesai wahai naga, apa kami sudah boleh pergi?” tanya Isla. “ya, kalian sudah boleh pergi sekarang.” Jawab naga dengan wajah sedih. Isla kasihan melihat naga itu, ia pun menghancurkan salju yang ia lemparkan tadi. “apa yang kau lakukan, Isla. Itu bisa berbahaya bagi kita!” seru Merry dan Difa. “aku kasihan melihatnya. Bukankah dia telah menjaga hutan ini agar tetap aman selama ratusan tahun. karena itulah aku menghancurkan saljunya, agar dia bisa kembali menjaga hutan pinus ini.” Jawab Isla tegas. Mereka mengerti maksud Isla, lalu mereka pun membantu Isla menghancurkan salju itu. Setelah hancur, naga berdiri kembali dengan gagahnya, lalu berkata “terima kasih, kalian memang anak-anak yang baik.” “sama-sama….” jawab mereka.
Hanya tersisa satu tugas lagi, yaitu di lautan. Mereka harus bisa mengambil sebuah kerang yang berisi mutiara laut untuk dijadikan kalung oleh sang ratu. Kerang ini di jaga oleh ubur-ubur beracun, jika terkena sengatannya sedikit saja, maka mereka langsung lumpuh. Mereka membuat rencana “aku ada ide. Begini kita akan mengalihkan perhatian ubur-ubur itu sedangkan Merry akan mengambil kerang tersebut, lalu kita bawa ubur-ubur itu ke hutan terumbu karang yang
dipenuhi rumput laut besar. Sehingga mereka akan terjerat di sana lalu kita kembali menemui Merry. Bagaimana?” kata Difa. “wah.., ide bagus tuh. Ayo teman-teman kita alihkan perhatian ubur-ubur ini. Merry kamu sembunyi saja dulu di balik karang besar itu.” Jawab Isla. “ayo..!” jawab mereka.
Rencana pun dimulai. Merry bersembunyi di balik karang besar. “hei.., ubur-ubur pemarah kami di sini” kata Fuchia. Ubur-ubur itu pun langsung mengejar mereka. Setelah keadaan aman, Merry langsung mengambil kerang itu lalu memasukkannya ke dalam tas. Dia langsung bersembunyi lagi di balik karang besar itu. Tidak beberapa lama, teman-teman pun kembali menghampirinya. Mereka sangat senang karena tugas mereka telah selesai.
Tanpa mereka sadari, 6 hari telah berlalu, mereka harus bergegas kembali ke istana. Tiba-tiba, seekor naga besar menghampiri mereka. “naga penjaga hutan pinus. Untuk apa kamu ke sini?” seru Difa. “aku ke sini datang untuk membantu kalian agar bisa sampai ke istana dengan cepat. Naiklah ke punggungku!” kata naga tersebut. “terima kasih banyak naga.” Jawab mereka. Mereka pun naik ke punggung naga itu, lalu sang naga terbang dengan sangat cepat. Dalam waktu singkat mereka tiba di istana, setelah mengucapkan terima kasih, mereka masuk ke dalam istana.
Di dalam istana mereka disambut begitu meriah. Sang ratu kagum dengan keberanian mereka, lalu ia menyuruh seorang penulisnya memasukkan kisah ketiga anak ini ke dalam sejarah istana. Sebelum mereka pulang, mereka menyerahkan keempat benda tersebut kepada sang ratu. Ratu pun menawarkan agar mereka istirahat dulu sebentar. Mereka pun mengangguk setuju, kemudian mereka dibawa keruang makan. Di sana telah disediakan bermacam-macam hidangan untuk mereka. Setelah selesai makan, ratu pun mengizinkan mereka untuk pulang. Sang ratu juga memberikan mereka hadiah berupa gaun indah lengkap dengan perhiasannya dan juga tas ajaib yang bisa menyediakan keperluan yang mereka butuhkan setiap hari. Mereka mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga kerajaan.
“Saatnya kalian pulang teman-teman.” Kata Fuchia sedih. Mereka berempat pun saling berpelukan. Fuchia membawa mereka kembali ke taman dengan sihirnya melalui awan “naiklah ke atas awan ini. Awan ini akan membawa kalian kembali ke taman.” Kata Fuchia. “terima kasih, Fuchia. Selamat tinggal semuanya. Sampai jumpa lagi.” Kata mereka bertiga.
Beberapa saat kemudian mereka sudah kembali ke taman. Setelah mereka turun, awan tersebut pun menghilang. Hari juga telah sore. “sebaiknya kita segera kembali ke rumah.” Kata Merry. “baiklah, sampai jumpa besok.” Jawab Isla dan Difa. Merekapun pulang ke rumah masing-masing dengan gembira. Mereka terus mengingat petualangan mereka, bahkan mereka menulisnya ke dalam buku diary
mereka.
Berdasarkan cerpen di atas, dapat diidentifikasi struktur cerita pendek, seperti berikut ini.
a) Abstrak
Abstrak merupakan bagian awal dalam cerita atau ringkasan utama dari cerpen yang dikembangkan dalam rangkaian-rangkaian peristiwa. Dalam sebuah cerpen struktur abstrak bersifat opsional (boleh ada ataupun tidak).
Contoh:
Ada tiga orang sahabat yang bernama Difa, Isla dan Mery. Suatu hari, saat mereka sedang bermain di taman mereka menemukan sebuah kotak berbentuk love dan berwarna kuning keemasan. Mula-mula mereka bertiga terkejut dan takut untuk membuka kotak tersebut, namun Isla memberanikan diri untuk membuka kotak itu. Saat Isla membuka kotak berbentuk love itu mereka bertiga terlihat sangat gembira.
b) Orientasi
Pada bagian ini berkaitan dengan waktu, tempat, suasana, dan alur pada cerita tersebut. Contoh:
Setelah beberapa lama berbincang, sang ratu memberikan peta petualangan untuk mereka “di dalamnya ada tantangan kalian harus berhasil melalui tantangan itu jika kalian ingin kembali ke taman lagi. Tapi waktu yang saya berikan hanya 1 minggu. Apa kalian setuju?” tanya sang ratu. “ya kami setuju!” jawab mereka kompak. Setelah mereka selesai bersiap-siap, mereka pun mohon izin utuk pergi. (waktu)
Hanya tersisa satu tugas lagi, yaitu di lautan. Mereka harus bisa mengambil sebuah kerang yang berisi mutiara laut untuk dijadikan kalung oleh sang ratu. Kerang ini di jaga oleh ubur-ubur beracun, jika terkena sengatannya sedikit saja, maka mereka langsung lumpuh. (tempat)
Di dalam istana mereka disambut begitu meriah. Sang ratu kagum dengan keberanian mereka, lalu ia menyuruh seorang penulisnya memasukkan kisah ketiga anak ini ke dalam sejarah istana. (Suasana)
Rencana pun dimulai. Merry bersembunyi di balik karang besar. “hei.., ubur- ubur pemarah kami di sini” kata Fuchia. Ubur-ubur itu pun langsung mengejar mereka. Setelah keadaan aman, Merry langsung mengambil kerang itu lalu memasukkannya ke dalam tas. Dia langsung bersembunyi lagi di balik karang besar itu. Tidak beberapa lama, teman-teman pun kembali menghampirinya. Mereka sangat senang karena tugas mereka telah selesai. (Alur)
c) Komplikasi
Pada bagian komplikasi berisikan urutan dari kejadian yang dihubungkan dengan sebab dan akibat. Pada bagian ini biasanya menunjukan watak dari tokoh cerpen tersebut serta mulai muncul kerumitan.
Contoh:
Rencana pun dimulai. Fuchia memanggil naga itu “hai naga besar bangunlah!” seru Fuchia. Naga itu terbangun ia terlihat sangat marah“ huh siapa yang berani mengganggu waktu tidurku.” Ucap naga tersebut sambil marah. “kami ke sini untuk mendapatkan kucing serta piano emas.” Jawab Difa. “oooh.., jadi hanya dua anak kecil dan satu peri yang menggangguku. Kalian menginginkan kucing serta piano emas kan, kalau begitu aku tantang kalian. Kalian harus mengalahkan aku dulu, bagaimana apa kalian setuju?” kata sang naga. “baiklah kami terima” jawab Difa.
Mereka pun mulai menyerang naga itu, saat naga itu mulai sibuk Isla dari belakang langsung menyerang naga itu dengan kekuatan saljunya. “asyik kali ini kita berhasil lagi!” sorak mereka gembira. “katakan di mana kucing serta piano emas itu berada.” Kata Isla. Sang naga pun menjawab “kucing dan piano itu ada di tengah hutan ini” “ terima kasih” kata Difa.
d) Evaluasi
Evaluasi merupakan struktur konflik yang terjadi serta mengarah pada puncak atau klimaks. Pada bagian ini sudah mulai muncul penyelesaian dari konflik yang muncul dalam cerpen.
Contoh:
Di dalam istana mereka disambut begitu meriah. Sang ratu kagum dengan keberanian mereka, lalu ia menyuruh seorang penulisnya memasukkan kisah ketiga anak ini ke dalam sejarah istana. Sebelum mereka pulang, mereka menyerahkan keempat benda tersebut kepada sang ratu. Ratu pun menawarkan agar mereka istirahat dulu sebentar. Mereka pun mengangguk setuju, kemudian mereka dibawa keruang makan. Di sana telah disediakan bermacam-macam hidangan untuk mereka. Setelah selesai makan, ratu pun mengizinkan mereka untuk pulang. Sang ratu juga memberikan mereka hadiah berupa gaun indah lengkap dengan perhiasannya dan juga tas ajaib yang bisa menyediakan keperluan yang mereka butuhkan setiap hari. Mereka mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga kerajaan.
e) Resolusi
Pada bagian struktur ini berisikan solusi dari masalah yang dihadapai dalam cerita. Contoh:
“Saatnya kalian pulang teman-teman.” Kata Fuchia sedih. Mereka berempat pun saling berpelukan. Fuchia membawa mereka kembali ke taman dengan sihirnya melalui awan “naiklah ke atas awan ini. Awan ini akan membawa kalian kembali ke taman.” Kata Fuchia. “terima kasih, Fuchia. Selamat tinggal semuanya. Sampai jumpa lagi.” Kata mereka bertiga
f) Koda
Pada bagian ini berisikan amanat berupa nilai atau pelajaran yang disisipkan penulis dalam cerita tersebut agar pembaca dapat memetik pelajaran dari amanat tersebut. Pelajaran dari cerita di atas adalah “untuk mendapatkan sesutu diingin perlu pernacanaan dan kerjasama.”
Sekarang berlatihlah menelaah struktur teks cerpen berikut.
Penulis Tua
Karya: Haryo Pamungkas
Tidak ada yang lebih menarik dari orang berumur 80 tahun sepertiku selain merenung dan mengenang. Sudah tak ada gairah untuk masa depan, tak ada ambisi, semua yang kudapat sampai saat ini terasa sudah cukup. Sisa bekal kesiapan untuk dunia selanjutnya. Dan menunggu. Seperti antre dalam loket pembayaran.
Kenang-kenangan masa lalu mirip potongan puzzle yang mulai terbentuk satu per satu ketika merenung. Kenangan sewaktu muda bersama almarhumah istriku, atau soal lika-liku kehidupan yang pernah kujalani.
Barangkali inilah fase paling menarik dalam hidup: mengenang masa lalu. Setelah semua hal buruk dan baik datang silih berganti sebagai bumbu perjalanan usia. Inilah fase itu, ketika diam-diam aku tertawa membayangkan permainan masa kecil yang begitu menyenangkan bersama sahabat-sahabat kecil yang entah di mana sekarang. Atau terkadang, ketika melihat cucuku Alenia, aku membayangkan, apakah anak kecil sekarang masih merasakan betapa menyenangkannya bermain di sungai yang jernih, atau memanjat pohon kelapa setelah riang bermain sepakbola di tanah lapang? Sedikit banyak kuamati anak-anak kecil—khususnya yang tumbuh di kota—sekarang lebih senang bermain gadget. Aku membayangkan betapa tidak serunya ketika nanti mereka sudah seusiaku, hal apa yang bisa dikenang? Jika hidup hanya dihabiskan di depan layar kotak yang bisa memuat segalanya?
“Kakek, kakek…” lamunanku buyar ketika mendengar suara manis dari cucuku, Alenia.
“Iya sayang?”
“Coba lihat, tadi Alenia disuruh menggambar di kelas. Ini gambar buat kakek.” Dengan senangnya gadis kecil yang giginya masih belum genap itu menyerahkan selembar kertas yang berisi gambar padaku.
“Mana? Coba kakek lihat.”
“Ini gambar Alenia? Bagus ya…”
Gadis kecil itu hanya meringis, tersipu malu. Ah, satu lagi hal menarik untuk orang berumur 80 tahun sepertiku: melihat senyum manis yang tergambar dalam wajah cucuku, Alenia.
Sebenarnya aku membatin. Gambar itu, tidak seperti gambar yang dibikin anak kecil dulu. Dua gunung kembar, di tengahnya ada matahari yang siap tenggelam, dan di langit, gambar burung sederhana mengepak sayap beserta sawah dengan gambaran padi mirip huruf V. Itulah gambar yang selalu dibikin anak kecil dulu. Ah, barangkali zaman sudah berbeda…
“Kenapa Alenia menggambar gedung-gedung ini?” tanyaku penasaran.
“Alenia coba menggambar kota dan gedung, Kek. Ini kota Alenia.” masih dengan meringis Alenia menjawab pertanyaanku.
Mungkin benar juga, untuk anak kecil seusianya, barangkali ia menggambar apa yang sering ia lihat. Tumbuh di antara banyak gedung-gedung tinggi dan jalanan macet, maka begitulah yang ia tuangkan dalam gambar.
“Alenia pernah lihat sawah atau sungai?”
“Pernah dong,” katanya, “Di dekat sekolah Alenia ada sungai. Tapi sungainya bau, Alenia nggak suka sungai. Sawah juga pernah.”
“Di mana sayang?”
Ia menghambur ke dalam kamarnya dan mengambil telepon genggam yang diberikan sebagai hadiah ulang tahun lalu.
“Di sini, Kek. Kakek juga mau lihat sawah? Dari sini bisa lihat sawah dan banyak lagi.” Ia berkata sambil menatap telepon genggam di tangannya.
Aku tersenyum, menghela napas, dan membatin. Barangkali inilah zaman di mana kenangan tak akan terbentuk dengan baik nantinya. Ketika semua hal hanya diketahui dari segenggam kotak kecil. Maya. Berikut bersama semua kenangan yang terbentuk. Tidak nyata seluruhnya…
***
Waktu beranjak, kenangan terus terbentuk, usiaku kini telah menembus 83 tahun. Cukup tua untuk ukuran manusia. Dan tentunya, sudah banyak pula kejadian-kejadian yang kulihat.
3 tahun belakangan, aku memposisikan diri lebih sebagai pengamat. Orang-orang, anak muda yang begitu bergairah, kisah-kisah romansa yang mulai bersemi di taman-taman, atau jalanan yang sibuk sepanjang Jembatan Kembar. Kebiasaan baruku tiga tahun ini, setiap sore, sebelum senja, aku mengunjungi tempat-tempat yang cocok untuk merenung dan mengenang. Taman di dekat alun-alun, Jembatan Kembar yang menghadirkan senja menawan, dan desa-desa yang masih dibentangi sawah-sawah hijau beserta petani-petani yang mulai sibuk selepas subuh. Ternyata di tempat lain, jauh dari kota, masih ada harapan kenangan tumbuh dengan baik. Beberapa orang tak terlalu bergairah dengan uang, dengan menumpuk kekayaan, saling teguh kebenaran. Setidaknya, inilah tempat-tempat yang bakal membentuk kenangan dengan baik nantinya.
“Kelak, apa cita-citamu?”
“Entahlah, aku masih belum tahu pastinya. Tapi aku ingin jadi penulis, kau tahu? Menurutku penulis tumbuh sekaligus membentuk kenangan.”
Dan itulah yang kukatakan kepada almarhumah istriku, ketika kita belum menikah dulu. Di sebuah taman dekat alun-alun yang dulunya ditumbuhi begitu banyak bunga-bunga harum yang benar-benar menggairahkan. Tempat itu dulunya ramai oleh sepasang kekasih yang mulai meracik romansa baru; seorang laki-laki yang membacakan sajak manis untuk wanitanya; atau laki-laki yang memainkan biola dengan nada menyayat karena kisahnya baru saja berakhir. Tapi sudah jarang kutemui yang seperti itu di taman. Kecuali sepasang anak muda yang saling bercumbu, atau saling melontarkan rayuan gombal yang memusingkan kepala.
Mungkin memang benar, waktu terus tumbuh, kenangan terus terbentuk, dan zaman akan terus berubah. Bolehkah aku merindukan kejadian-kejadian masa lalu yang lebih membuatku hidup sebagai manusia?
Jalanan sepanjang Jembatan Kembar macet, deru klakson keluar dari begitu banyak kendaraan yang mengekor bak ular panjang. Umpatan, sumpah serapah keluar dari bibir-bibir yang putus asa. Mereka adalah orang-orang sibuk yang bergegas pulang. Aku mengamati dari tepi Jembatan Kembar sembari menunggu senja. Menunggu langit menghadirkan panorama terbaik untuk merenungi semua perjalanan hidup. Dan tentu, sudah jarang pula kutemui beberapa orang yang menunggu senja di sini sepertiku. Mungkin sudah tak ada waktu. Padahal merenung adalah bagian terpenting dalam hidup yang serba sebentar. Apalagi ketika senja datang. Percayalah, senja memang dibikin untuk merenung. Dan, di tengah kegaduhan yang akhir-akhir ini melanda, satu-satunya yang kurang hanyalah: kemauan untuk merenung. Intropeksi diri.
“Kakek, kenapa setiap sore selalu ke sini?” tanya cucuku, Alenia. Aku memang sengaja mengajaknya ke mari. Agar nantinya, kenangan dalam kepalanya tak hanya dipenuhi oleh gemerlap kesibukan kota dan cahaya yang keluar dari telepon genggam.
“Supaya Alenia bisa gambar langit yang indah, sayang.”
Alenia duduk di sampingku, menjuntai kaki dan mata kita hanya fokus pada satu titik di langit. Titik terjauh, titik paling sendu, dan titik paling merah keemasan yang ditunggu-tunggu. Titik itu adalah titik yang sama, ketika aku dan almarhumah istriku memandangi langit setiap sore di tepi Jembatan Kembar ini.
“Wahh, langitnya bagus. Alenia suka warna langitnya…”
Aku hanya tersenyum, sedikit membatin, iya sayang, kelak tumbuhlah dengan kenangan terbaik sepanjang hidup yang serba sebentar ini…
“Kamu mengajak Alenia?”
Suara itu…
“Kamu ingin Alenia tumbuh sepertimu?”
Bayangan samar yang begitu kukenali duduk di antara aku dan Alenia di tepi Jembatan Kembar. Ikut menjuntai kaki dan menatap langit kemerah-merahan.
“Seperti yang kukatakan dulu kepadamu. Setidaknya aku ingin Alenia tumbuh dan membentuk kenangan dengan baik.”
Samar-samar kulihat wajah bayangan itu tersenyum, membelai kepala Alenia diam-diam.
“Aku setuju kalau begitu.”
“Kakek, kakek bicara dengan siapa?” tanya Alenia penasaran.
Aku membelai kepalanya, dan hanya bisa tersenyum. Tepat ketika senja, di tepi Jembatan Kembar di kota Jember hadirlah potret antara aku, almarhumah istriku, dan Alenia yang saling berpelukan menatap senja di langit…. (*)
Selanjutnya, ujilah pemahamanmu mengenai materi pertemuan 14 dengan mengerjakan evaluasi pada tautan berikut!
https://forms.office.com/r/AWgbnyVgwy