Selamat datang di Ruang Bahasa Indonesia MA ARIFAH
Struktur Teks Anekdot
Petunjuk Pembelajaran
Berdoa sebelum memulai pembelajaran
Silahkan perhatikan absensi dari guru.
Bacalah materi pada halaman ini untuk menambah wawasan anda terkait topik pembahasan.
Materi Ini dapat diakses setiap saat.
Untuk menambah pemahaman anda, telah disediakan video terkait materi yang dapat ditonton.
Setelah memahami materi pada pertemuan ini silahkan menjawab soal evaluasi yang tersedia pada bagian paling bawah.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran pada pertemuan ini, peserta didik diharapkan dapat menganalisis struktur teks anekdot.
STRUKTUR TEKS ANEKDOT
Salah satu cerita lucu yang banyak beredar di masyarakat adalah anekdot. Anekdot digunakan untuk menyampaikan kritik, tetapi tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti. Anekdot ialah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya.
Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot tersebut merupakan hasil rekaan.
Teks anekdot disusun berdasarkan struktur atau bagian-bagian tertentu yang membedakannya dengan teks lain.
Anekdot memiliki struktur teks yang membedakannya dengan teks lainnya. Teks anekdot memiliki struktur abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
1. Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran umum tentang isi suatu teks.
2. Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.
3. Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian krisis itulah terdapat kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa.
4. Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya. Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.
5. Koda merupakan penutup atau simpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti itulah,akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak ada.
Perhatikanlah analisis struktur teks anekdot pada contoh teks anekdot berikut.
Bacalah teks anekdot berikut untuk menentukan strukturnya.
Maling Sandal
(1)
Pada suatu pagi, Arya sedang asik makan soto di warung makan kesukaannya. Setelah kenyang, Arya bergegas untuk segera pulang.
(2)
Di tengah perjalanan pulang, Arya mengalami kecelakaan terserempet oleh sepeda motor yang ugal-ugalan. Kecelakaan tersebut mengakibatkan sandal Arya putus.
(3)
Dengan terpaksa Arya berjalan kaki tanpa menggunakan sandal. Karena rumahnya jauh, ia memutuskan untuk pergi ke toko terdekat untuk membeli sandal. Tapi, apa daya, uangnya tidak mencukupi.
(4)
Karena uangnya tidak mencukupi, Arya mempunyai niat untuk mencuri sandal di masjid yang letaknya hanya beberapa meter dari toko tersebut. Arya hendak mengambil sandal terbaik yang ada di masjid itu.
(5)
Sambil duduk di teras masjid, ia memperhatikan setiap orang yang akan masuk ke masjid. Jadi ketika targetnya sibuk beribadah, ia segera mengambil sandal tersebut. Ternyata aksinya berjalan dengan lancar, Arya berhasil mendapatkan sandal berwarna hitam yang merupakan sandal terbagus di masjid tersebut.
(6)
Tidak diduga, sang pemilik sandal menyadari bahwa Arya telah mencuri sandalnya. Pemilik sandal langsung teriak dan mengejar Arya. Apes sekali Arya, perutnya yang buncit membuat ia tidak bisa berlari kencang.Arya pun dibawa ke kantor polisi. Setelah dilakukan penyelidikan, Arya divonis dengan pasal pencurian dan kasusnya akan disidangkan satu Minggu lagi. Sial sekali bagi Arya, hal sepele ini membuatnya harus terseret ke meja hijau.
Reaksi
(7)
Hari persidangan telah tiba, Arya duduk di kursi tersangka dengan wajah tertunduk.
(8)
Hakim: “Baiklah, Arya, umur 24 tahun, telah terbukti telah mencuri sandal seharga 30.000 rupiah. Dengan ini, Anda dihukum selama lima tahun penjara”.
(9)
Arya: “Loh?! Pak, ini tidak adil, mengapa hukuman saya jauh lebih berat dibandingkan dengan para koruptor?”
(10)
Kemudian, hakim memberikan penjelasan kepada Arya, bahwa ia mencuri sendal sehingga merugikan seseorang 30.000 rupiah. Sedangkan para koruptor mencuri uang Rp2 miliar sehingga merugikan 200 juta rakyat Indonesia.
Nah, bila dihitung-hitung, koruptor cuma bikin rugi 10 rupiah saja masing masing orang. Dengan begitu, kerugian yang dilakukan oleh Arya lebih besar dari aksi yang dikerjakan oleh para koruptor.
Selanjutnya, ujilah pemahamanmu dengan mengerjakan evaluasi pertemuan 13 pada tautan berikut
https://forms.office.com/r/HkibqxktQx