Selamat datang di Ruang Bahasa Indonesia MA ARIFAH
Menganalisis Imaji dan Rima dalam Puisi
Sebagai Penentu Keindahan Puisi
Petunjuk Pembelajaran
Berdoa sebelum memulai pembelajaran
Silahkan perhatikan absensi dari guru.
Bacalah materi pada halaman ini untuk menambah wawasan anda terkait topik pembahasan.
Materi Ini dapat diakses setiap saat.
Untuk menambah pemahaman anda, telah disediakan video terkait materi yang dapat ditonton.
Setelah memahami materi pada pertemuan ini silahkan menjawab soal evaluasi yang tersedia pada bagian paling bawah.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran kalian diharapkan dapat:
1. Menentukan imaji yang terkandung dalam dalam puisi
2. Menganalisis rima/ritma dalam puisi.
1.Menentukan Imaji dalam Puisi
Pengimajian adalah kata atau susunan yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Terdapat hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian sehingga menjadi kata konkret, seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran, atau cita rasa.
Adapun jenis-jenis imaji dalam puisi adalah sebagai berikut.
1. Imaji Visual
Imaji visual merupakan pengimajian dengan menggunakan kata-kata yang menggambarkan seolah-olah objek yang dicitrakan dapat dilihat. Perhatikan contohnya pada puisi berikut.
Berdasarkan larik pada puisi tersebut, beberapa penggunaan kata dapat membuat pembaca atau pendengar dapat membyangkan sehingga seolah-olah melihat sesuatu yang digambarkan. seperti pada diksi gadis kecil berkaleng kecil, senyummu terlalu kekal pembaca seolah bisa membayangkan rupa anak kecil yang membawa kaleng kecil di lampu merah atau di tempat lain yang meminta belas kasih dengan wajah yang memelas. selain itu, diksi tengadah padaku dapat membuat pembaca membayangkan wajah dan tingkat anak perempuan yang mengemis dan mengadahkan tangan, meminta belas kasih dari orang lain. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggalan puisi tersebut mengandung imaji visual atau penglihatan yang dominan sehingga pembaca dan turut membayangkan dan melihat sesuatu yang digambarkan oleh penulis melalui puisinya.
2. Imaji Auditif
Imaji auditif merupakan pengimajian dengan menggunakan kata-kata ungkapan seolah-olah objek yang dicitrakan sungguh-sungguh didengar oleh pembaca.
Berikut adalah contohnya:
Beberapa diksi pada penggalan puisi tersebut dapat membuat membaca seolah-olah mendengarkan objek yang dideskripsikan oleh penulis. misalnya diksi kepak sayap kelelawar dapat menggiring imajinasi pembaca untuk membayangkan atau mendengarkan suara kepak sayap yang pernah dia dengarkan baik pada hewan seperti kelelawar maupun hewan lainnya yang sejenis. Begitupun pada diksi guyur sisa hujan dapat membuat pembaca seolah-olah mendengarkan suara guyuran hujan. Terakhir, pada diksi langkah pedati dapat membuat pembaca mendengarkan suara langkah kaki sehingga dapat dikatakan bahwa penggalan puisi tersebut sangat didominasi oleh penggunaan diksi yang menghasilkan imaji auditif atau pendengaran.
3. Imaji Taktil
Imaji taktil merupakan pengimajian dengan menggunakan kata-kata yang mampu memengaruhi perasaan pembaca sehingga ikut terpengaruh perasaannya.
Berikut contohnya:
Berdasarkan puisi tersebut, nampak penggunanan diksi yang mengandung imaji taktil atau perasa. Seperti pada diksi mengigit yang dapat membuat pembaca merasakan aksi tersebut. juga pada diksi malam tambah merasuk dan deru dingin yang membuat pembaca seolah-olah dapat merasalah larutnya malam dan hembusan angin. Begitupun pada diksi aku berbenah dalam kamar dan hanya tangan yang bergerak membuat pembaca dapat merasakan kegiatan dan kejadian tersebut. Terakhir, pada diksi tubuhku diam dan sendiri menjadikan pembaca dapat merasakan seperti apa rasanya diri yang diam dan sendiri. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa puisi tersebut disusun oleh serangkaian diksi yang mengandung imaji taktil atau perasa.
2. Menganalisis Rima/Ritma dalam Puisi
Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sementara itu, irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifatsifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata.
Dengan kata lain, rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama dapat menciptakan efek musikalisasi pada puisi, membuat puisi menjadi indah, dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
Berdasarkan jenis bunyi yang diulang, ada 8 jenis rima yaitu sebagai berikut.
1. Rima sempurna, yaitu persamaan bunyi pada suku-suku kata terakhir.
2. Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir.
3. Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak (suku kata sebunyi).
4. Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau dengan vokal sama.
5. Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan).
6. Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris yang sama atau baris yang berlainan.
7. Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata.
8. Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada hurufhuruf mati/konsonan.
Perhatikan contoh analisis rima/ritme berikut ini.
Berdasarkan kedua pokok pembahasan pada materi pertemuan ini, maka dapat disimpulkan bahwa keindahan sebuah puisi juga sangat ditentukan pada penggunaan imaji dan ritma. Penggunaan imaji yang tepat dapat membuat pembaca lebih mudah menyelami makna puisi sebab pembaca diajak untuk turut melihat, mendengar, dan merasaka. Demikian juga penggunaan ritma yang tepat membuat puisi lebih indah saat dibacakan.
Selanjutnya, ujilah pemahamanmu mengenai materi pertemuan 14 melalui tautan berikut
https://forms.office.com/r/WjP9U7sANF