Selamat datang di Ruang Bahasa Indonesia MA ARIFAH
Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot
Petunjuk Pembelajaran
Berdoa sebelum memulai pembelajaran
Silahkan perhatikan absensi dari guru.
Bacalah materi pada halaman ini untuk menambah wawasan anda terkait topik pembahasan.
Materi Ini dapat diakses setiap saat.
Untuk menambah pemahaman anda, telah disediakan video terkait materi yang dapat ditonton.
Setelah memahami materi pada pertemuan ini silahkan menjawab soal evaluasi yang tersedia pada bagian paling bawah.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran pada pertemuan ini, peserta didik diharapkan dapat mengonstruksi kaidah kebahasaan teks anekdot.
KAIDAH KEBAHASAAN TEKS ANEKDOT
Setelah mengetahui pengertian teks anekdot, tujuan, ciri-ciri, hingga struktur teks anekdot, selanjutnya Kamu akan dijelaskan tentang kaidah kebahasaan pada teks anekdot. Kaidah kebahasaan sendiri dapat dikatakan sebagai gaya bahasa yang dimiliki teks tertentu.
Kaidah kebahasaan biasanya juga digunakan untuk membedakan antara teks satu dengan teks yang lain. Berikut ini adalah kaidah kebahasaan teks anekdot yang perlu diketahui, diantaranya yaitu:
Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki unsur kebahasaan yang khas yaitu
(a) menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu,
(b) menggunakan kalimat retoris, [kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban]
(c) menggunakan konjungsi [kata penghubung] yang menyatakan hubungan waktu seperti kemudian, lalu
(d) menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca, dan berjalan,
(e) menggunakan kalimat perintah (imperative sentence)
(f) menggunakan kalimat seru. Khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk dialog, penggunaan kalimat langsung sangat dominan.
Merujuk pada Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia kelas X (2020) oleh Indri Anatya Permatasari, inilah unsur-unsur kaidah kebahasaan teks anekdot yang dapat kamu simak.
Kalimat imperatif merupakan kalimat yang bersifat atau memberi perintah atau dapat juga berupa peringatan atau larangan.
-Contoh:
“Jangan coba-coba melawan atau aku laporkan Bapak kau”
Kalimat seru umumnya ditandai dengan tanda seru dan bersifat untuk menegaskan atau sebagai ungkapan rasa seseorang.
-Contoh:
“Wow, besar sekali kue bolu ini!”
Konjungsi ini berarti kronologis (temporal), seperti, akhirnya, selanjutnya, kemudian, lalu.
-Contoh:
Kemudian di bawahnya, Roi mengoleskan lem beberapa sentimeter tebalnya.
Kalimat retoris merupakan kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban dan kebanyakan berupa sindiran.
-Contoh:
Jojo kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil mahkota itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
Kalimat-kalimat langsung adalah petikan dari dialog para tokohnya, sementara kalimat tidak langsung adalah bentuk penceritaan kembali dialog seorang tokoh. Bahkan tidak sedikit anekdot yang semuanya berupa dialog yang menggunakan kalimat-kalimat langsung.
-Contoh:
Vanya kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim marah?”
Penggunaan ini dapat disebutkan secara langsung nama tokoh faktualnya, seperti tokoh yang disamarkan, seperti hakim, presiden, jaksa atau tokoh-tokoh masyarakat lainnya.
-Contoh:
Telah berulang kali Rere mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian.
Keterangan waktu seperti kemarin, sore ini, suatu hari, ketika itu.
-Contoh:
Telah berulang kali Cece mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian. Hakim di desanya selalu mengatakan tidak punya waktu untuk menandatangani perjanjian itu.
Kata kiasan atau konotasi merupakan kata yang tidak mempunyai makna sebenarnya. Kata ini dapat berupa ungkapan atau peribahasa.
-Contoh:
Keadaan ini selalu berulang sehingga Jamal menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.Tapi kita tahu menyogok itu diharamkan.
Kalimat sindiran yang diungkapkan dengan pengandaian, perbandingan, dan lawan kata atau antonim.
-Contoh:
Barno kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil cincin itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
“Yah,” jawab Barno, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!”
Konjungsi penjelas atau penerang, seperti bahwa. Hal ini karena berkaitan dengan pengubahan dialog dari kalimat langsung ke kalimat tidak langsung.
-Contoh:
Keadaan ini selalu berulang sehingga Yono menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.
Kata kerja material merupakan kata yang menunjukkan suatu aktivitas yang dapat dilihat oleh panca indera. Hal ini terkait dengan tindakan tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa ataupun kegiatan.
-Contoh:
Telah berulang kali Tata mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian. Tata menyiapkan sebuah ember. Ember itu diisinya dengan tahi sapi hingga hampir penuh. Kemudian di atasnya, Tata mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya. Ember itu dibawanya ke hadapan Pak Hakim. Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Tata. Tata kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?” Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. “Wah, enak benar mentega ini!”.
Kata kerja mental merupakan kata yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan seorang tokoh.
-Contoh:
Keadaan ini selalu berulang sehingga Fina menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok. Maka Fina memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri.
Konjungsi sebab akibat adalah kata penghubung yang menyatakan sebab akibat, seperti, demikian, oleh karena itu, maka, dan sehingga.
-Contoh:
Keadaan ini selalu berulang sehingga Tika menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok. Maka Tika memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendirI.
Bacalah teks berikut untuk menentukan kaidah kebahasaannya.
Baju Termahal
Amar: “Mir, ternyata banyak politisi di negeri kita saat ini yang sudah kaya raya!”
Amir: “Kalau masalah itu aku juga sudah tau, Mar!”
Amar: “Saking kayanya mereka, beberapa tahun ini meruka sudah banyak yang mampu memiliki baju termahal di Indonesia.”
Amir: “Hah, baju termahal di Indonesia? Baju apa itu?”
Amar: “Yah, apalagi kalau bukan baju tahanan KPK.”
Amir: “Kok malah baju tahanan KPK?” (Bingung)
Amar: “Iyalah, coba saja kamu pikir, seorang politisi minimal harus mengamankan uang negara 1 milyar terlebih dahulu baru bisa memakai baju tersebut.”
Amir: “Hahahaha mengamankan di tempat-tempat mewah yah”
Selanjutnya, ujilah pemahamanmu dengan mengerjakan evaluasi pertemuan 14 pada tautan berikut.
https://forms.office.com/r/XzgELNvnQk