Selamat datang di Ruang Bahasa Indonesia MA ARIFAH
Mengidentifikasi Konsep, Jenis, dan Ciri Puisi
Petunjuk Pembelajaran
Berdoa sebelum memulai pembelajaran
Silahkan perhatikan absensi dari guru.
Bacalah materi pada halaman ini untuk menambah wawasan anda terkait topik pembahasan.
Materi Ini dapat diakses setiap saat.
Untuk menambah pemahaman anda, telah disediakan video terkait materi yang dapat ditonton.
Setelah memahami materi pada pertemuan ini silahkan menjawab soal evaluasi yang tersedia pada bagian paling bawah.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran kalian diharapkan dapat:
1. Memahami konsep puisi
2. Menentukan jenis-jenis puisi
3. Menganalisis ciri pada jenis puisi
DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak genta. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
inasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.
Februari 1943
1. KONSEP PUISI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Puisi atau sajak merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima serta penyusunan larik dan bait. Biasanya puisi berisi ungkapan penulis mengenai emosi, pengalaman maupun kesan yang kemudian dituliskan dengan bahasa yang baik sehingga dapat berima dan enak untuk dibaca. Beberapa para ahli dalam bidang sastra telah menjelaskan pengertian puisi, salah satunya adalah H.B Jassin, menurut beliau puisi adalah suatu karya sastra yang diucapkan dengan perasaan dan memiliki gagasan atau pikiran serta tanggapan terhadap suatu hal atau kejadian tertentu.
Sumardi, juga berpendapat bahwa puisi adalah sebuah karya sastra dengan menggunakan bahasa yang telah dipadatkan, dipersingkat serta diberi irama bunyi sehingga dan memiliki kata-kata bermakna kiasan atau imajinatif. James Reeves mengemukakan pula pengertian puisi. Menurut James puisi adalah ungkapan bahasa yang memiliki kaya serta daya pikat. Selain Sumardi, H.B Jassin serta James Reeves, ahli sastra lain yaitu Herman waluyo berpendapat bahwa puisi adalah suatu karya sastra yang mengungkapkan pikiran serta perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan memfokuskan kekuatan bahasa dalam struktur fisik serta struktur batin.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dan KBBI dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra yang berisi tanggapan serta pendapat penyair mengenai berbagai hal. Pemikiran penyair ini kemudian dituangkan dengan menggunakan bahasa-bahasa apik serta memiliki struktur batin dan fisik khas penyair. Pemikiran penyair dituliskan dengan menggunakan beragam pemilihan kata yang indah, sehingga dapat memikat para pembaca. Puisi memiliki nilai estetika yang berbeda-beda bergantung penulis puisi. Setiap penyair biasanya memiliki kekhasan dalam menulis puisinya.
2. JENIS-JENIS DAN CIRI PUISI
Secara umum jenis puisi terbagi atas dua yaitu puisi lama, puisi baru, dan puisi kontemporer. Berikut penjelasannya:
Puisi Lama
Puisi lama merupakan puisi yang dibuat sebelum abad ke-20 dan terikat pada beberapa aturan. Puisi lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Bersifat anonim karena merupakan puisi rakyat,
Disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut, dan
Terikat aturan-aturan yang mengatur jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata, maupun rima.
Lebih jelasnya, aturan yang mengikat puisi lama adalah sebagai berikut:
Jumlah kata dalam satu baris,
Jumlah baris dalam satu bait,
Jumlah suku kata dalam tiap baris.
Persajakan atau rima, dan
Irama.
Nah, puisi lama ini juga dibagi menjadi beberapa jenis. Beberapa jenis puisi lama tersebut adalah sebagai berikut:
Mantra, mantra merupakan ucapan kata-kata yang dipercaya dapat mendatangkan kekuatan magis, yang biasanya diucapkan pada acara tertentu. Misalnya adalah mantra yang diucapkan untuk menolak ataupun untuk mendatangkan hujan.
Pantun, pantun merupakan puisi lama yang terdiri dari empat larik dengan rima berakhiran ab-ab. Pantun juga biasa disebut sebagai bahasa sindiran. Pantun dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu pantun anak, pantun teka-teki, pantun orang tua, pantun remaja, dan pantun teka-teki.
Seloka, seloka merupakan pantun berkait yang berasal dari Melayu Klasik. Seloka biasanya berisi mengenai pepatah.
Gurindam, gurindam merupakan puisi lama yang terdiri dari dua bait yang tiap baitnya terdiri dari dua baris kalimat dengan rima yang sama. Gurindam ini biasanya mengandung amanat atau nasihat.
Karmina, karmina merupakan puisi lama yang berbentuk seperti prosa dan lebih pendek dari pantun. Karmina sering disebut juga sebagai pantun kilat karena bentuknya yang sangat pendek.
Talibun, talibun merupakan puisi lama berupa pantun yang memiliki lebih dari empat baris dengan rima abc-abc.
Syair,syair merupakan puisi lama yang terdiri dari empat baris berakhiran serupa. Syair umumnya mengisahkan sebuah cerita yang di dalamnya terkandung amanat dari penyairnya.
Puisi Baru
Puisi baru merupakan puisi yang tidak terikat pada aturan-aturan puisi lama, baik dalam jumlah baris, suku kata, ataupun rima. Puisi baru memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Nama penyairnya jelas atau diketahui,
Memiliki bentuk rapi dan simetris,
Memiliki gaya bahasa yang dinamis,
Memiliki persajakan akhir yang teratur,
Sebagian besar puisi baru memiliki empat seuntai,
Setiap barisnya terdiri dari sebuah gatra atau kesatuan sintaksis,
Setiap gatra terdiri dari empat sampai lima suku kata, dan
Banyak menggunakan pola pantun dan syair, sekalipun ada juga yang menggunakan pola puisi lama lainnya.
Puisi baru terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
Himne, himne merupakan sejenis nyanyian pujian yang ditujukan untuk Tuhan atau dewa, ataupun segala sesuatu yang dianggap suci atau sakral.
Balada, balada merupakan puisi sederhana yang berkisah mengenai cerita rakyat yang mengharukan. Balada biasanya berbentuk dialog atau disajikan dalam bentuk nyanyian.
Ode, ode merupakan puisi larik mengenai sanjungan terhadap orang yang berjasa. Ode dibaca dalam nada yang agung dan memiliki tema yang serius. Biasanya ode ditujukan pada orang tua, pahlawan, dan tokoh-tokoh besar.
Romansa, romansa merupakan puisi cerita yang mengungkapkan luapan perasaan cinta kasih. Puisi romansa ini menimbulkan efek romantis saat dibacakan.
Epigram, epigram merupakan puisi mengenai ajaran dan tuntunan dalam menjalani hidup. Epigram sendiri memiliki arti unsur pengajaran, nasihat, menuntun ke arah kebenaran yang dijadikan pedoman hidup.
Elegi, elegi merupakan syair atau nyanyian berupa ratapan dan ungkapan duka cita, terutama pada peristiwa kematian.
Satir, satir merupakan puisi bergaya bahasa sindiran atau kritik yang disampaikan dalam bentuk sarkasme, ironi, atau parodi.
Distikon, distikon meripakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari dua baris atau dua seuntai.
Terzina, terzina merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari tiga baris atau tiga seuntai.
Kuatren, kuatren merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari empat baris atau empat seuntai.
Kuint, kuint merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari lima baris atau lima seuntai.
Sekstet, sekstet merupakan merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari enam baris atau enam seuntai.
Septima, septima merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari tujuh baris atau tujuh seuntai.
Soneta, soneta merupakan puisi yang terdiri dari 14 baris yang dibagi menjadi dua bagian. Dua bait pertama dalam soneta memiliki empat baris, sementara dua bait kedua masing-masing memiliki tiga baris. Soneta ini merupakan jenis puisi baru yang paling terkenal karena paling susah dibuat dan membuat para penyair tertantang untuk membuatnya.
Puisi Kontemporer
Sesuai dengan namanya, puisi kontemporer merupakan jenis puisi yang berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan selalu berusaha keluar dari ikatan konvensional penulisan puisi lama maupun baru.
Puisi kontemporer juga biasanya menggunakan kata-kata yang tidak terlalu memperhatikan kesantunan berbahasa, seperti menggunakan kata-kata yang kasar, ejekan, atau lainnya. Dalam puisi kontemporer juga pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, irama, gaya bahasa, dan lain sebagainya dianggap tidak terlalu penting lagi. Puisi kontemporer juga bisa berarti puisi yang ditulis dalam kurun waktu terakhir.
Selanjutnya silakan Ananda menguji pemahaman Ananda melalui tautan evaluasi 12 berikut ini https://forms.office.com/r/XaLYaFVUxa