Foto Roda Putar dan Alat Tatap
Sumber: Koleksi Etnografi Lab. Museologi Dep. Sejarah FIS UM
Gerabah diperkirakan telah ada sejak masa prasejarah, tepatnya setelah manusia hidup menetap dan mulai bercocok tanam. Situs-situs arkeologi di Indonesia, telah ditemukan banyak gerabah yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan religius seperti upacara dan penguburan (Djoened & Poesponegoro, 2008).
Roda putar dan alat tatap merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam pembuatan gerabah. Perbot (roda putar/ slow-wheef) yaitu batu berbentuk lingkaran digunakan untuk membuat adonan tanah liat menjadi tercampur rata dan halus serta membentuk bagian gerabah (Gaby, 2022; Suroto, 2017). Teknik pembentukan gerabah menggunakan roda putar ini disebut dengan teknik putar “ngenyun”, sehingga alat ini disebut juga pengenyunan/lilidan (Mudra dkk., 2009). Alat ini juga berfungsi sebagai alat penahan pukulan-pukulan tatap (Suroto, 2017). Tetep (tatap/ paddle anvil), adalah alat yang dibuat dari kayu berbentuk persegi panjang dengan tangkai pendek, berfungsi untuk meratakan, memadatkan, membesarkan dan menyimetriskan badan gerabah dengan cara dipukul-pukul (Gaby, 2022; Suroto, 2017).
RUJUKAN:
Djoened, M., & Poesponegoro, N. N. (2008). Sejarah Nasional Indonesia Jilid 2: Zaman Kuno (Vol. 2). Balai Pustaka (Persero), PT.
Gaby. (2022, Juni 23). Proses Pembuatan Gerabah dari Tanah Liat dan Teknik Pembuatannya. Gramedia Literasi. https://gramedia.com/literasi/proses-pembuatan-gerabah/
Mudra, I. W., Pendet, I. K. M., & Sunarini, N. M. R. (2009). Studi Eksistensi Gerabah Tradisional Sebagai Warisan Budaya di Bali. ISI Denpasar. http://repo.isi dps.ac.id/3521/1/7.%20Lap%20FUND.MUDGERTRAD.%202009.pdf
Suroto, H. (2017). TRADISI PEMBUATAN GERABAH DI DESA NGRENCAK KABUPATEN TRENGGALEK [Traditional Pottery of Ngrencak, Trenggalek Regency]. Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat, 9(2), 229–236.