Foto Tengorak Homo sapiens
Sumber: Koleksi Lab. Museologi Dep. Sejarah FIS UM
Dalam konsep evolusi, Homo sapiens dianggap sebagai sebagai proses sempurna dari perkembangan manusia modern. Kekhasan dari sapiens ialah kondisi kognitifnya yang dianggap lebih “cerdas” dari genus pendahulunya (Kasnowihardjo, 2010). Pernyataan ini didukung dari isi tengkoraknya yang bervariasi dan lebih besar antara 1.000-2.000 cc dengan rata-rata sekitar 1.350-1.450 cc. Tinggi badan genus Homo juga lebih besar, antara 130-210 cm dengan rerata berat berkisar 30-150 kg.
Di Indonesia fosil, fosil Homo sapiens tertua ditemukan di Desa Campurdarat, Kabupaten Tulungagung oleh van Rietschoten pada tahun 1889. Genus homo ini kemudian dikenal sebagai Homo wajakensis (manusia wajak). Temuan ini terdiri atas tengkorak, termasuk fragmen rahang bawah, dan beberapa buah ruas leher. Dari tengkorak yang ditemukan, fosil ini memiliki ciri muka datar dan lebar, akar hidung yang lebar, dan bagian mulut yang sedikit menonjol.
Manusia wajak diperkirakan hidup antara 40.000-25.000 tahun lalu di Asia Tenggara. Berdasarkan ciri fisiknya, manusia wajak dikategorikan masuk dalam ras Mongolid dan Australomelanosoid. Tengkoraknya yang lunas membujur, yang mengingatkan pada ciri Australomelanosoid. Sedangkan mukanya yang datar serta pipi yang menonjol ke samping mencirikan ras Melanosoid. Kendati demikian, sulit memasukkan manusia wajak ke dalam sub ras tersebut karena permasalahan waktu hidup ras-ras sapiens tidak sama dengan saat ini.