Foto Arca Harihara (Simping)
Sumber: Koleksi Lab. Museologi Dep. Sejarah FIS UM
Arca Harihara merupakan arca gabungan arca Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Dalam kepercayaan sinkretisme Siwa-Buddha di Jawa melalui syair karangan Mpu Prapanca dalam kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa Kertanegara sebagai pemuja Siwa disamakan dengan dewa bersifat Hindu yang kemudian disebut sebagai sekte Harihara. Sekte Harihara sendiri merupakan perwujudan gabungan antara Dewa Wisnu (Hari) dan Dewa Siwa (Hara) (Rahmawati, 2017: 616). Arca Harihara juga disebut sebagai Shankaranarayana, yakni setengah sebagai Siwa dan sebagian lagi setengah Wisnu. Arca Harihara merupakan gabungan Siwa dan Wisnu menjadi satu arca (Soekmono, 1981: 69).
Arca Harihara sangat dikenal dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Salah satu arca tersebut ditemukan di daerah Sumberjati, Blitar, Jawa Timur dan diduga sebagai pendharmaan raja Wijaya yang bergelar Keṛtājasa Jayawarddhana (Soejono dkk, 2010: 456). Seperti diketahui bahwa raja Wijaya meninggal pada tahun 1302 dalam kakawin Negarakertagama dan dibangun arca Antahpura dengan arca Jinah. Sedang yang kemudian menjadi lokasi ditemukan arca Harihara adalah di Simping bersama Arca Siwa dengan laksana campuran Siwa dan Wisnu. Arca Harihara juga disebut sebagai arca perwujudan Keṛtājasa yang merupakan pendiri Kerajaan Majapahit (Kempers, 1960).
RUJUKAN:
Kempers, A. B. (1960). Bali Purbakala (Terj. Soekmono). Ichtiar.
Rahmawati, W. P. (2017). Arti Simbolis Arca Buddha Maha-Aksobhya (Prasasti 1298) Sebagai Media Pencegahan Kerajaan Singhasari. AVATARA. e-Journal Pendidikan Sejarah, Vol. 5(No. 3), 606–622.
Soejono & Leirissa. (2010). Sejarah Nasional Indonesia II Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.
Soekmono, R. (1981). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius.