Foto Relief Gavaksa
Sumber: Koleksi Lab. Museologi Dep. Sejarah FIS UM
Tanaman teratai dikenal sebagai salah satu tanaman yang disucikan dalam agama Hindu dan Buddha serta beberapa kepercayaan lainnya. Teratai sendiri dapat hidup di tiga alam, yakni tanah (alam bawah), air (tengah), dan udara (atas). Ketiganya membuat teratai dipahami sebagai tiga tingkatan alam semesta dalam konsep Tri Loka (Pramadhyaksa, 2016: 35). Karakteristik teratai dengan bunganya yang tumbuh sempurna memberikan kesan bahwa bunga teratai mampu memisahkan diri dari kotor pada akar dan batangnya yang hidup di tanah dan air. Pramadhyaksa (2016) mengatakan bahwa keunikan tersebut dipandang sebagai bunga suci dan agung.
Salah satu relief teratai yang berhasil diidentifikasi adalah relief teratai pada Candi Singosari. Gambar teratai ditemukan di samping arca Resi Agastya yang ditemukan memiliki ornamen lengkap meliputi bunga, daun batang, dan akarnya. Bunga teratai yang pada umumnya terdapat pada bidang bujur sangkar atau belah ketupat dan menutupi satu dinding tersebut dengan pola kuncup atau atau mekar berwarna merah (padma), biru (utpala), dan putih (kumuda) (Soekmono, 1981: 100-101). Selain itu, teratai juga menjadi simbol tanaman surgawi yang memenuhi Panca Maha Bhuta, yakni lima unsur yang dianggap menyimpan kekuatan (Mulyadi dkk, 2015: 10). Sehingga, keberadaan relief teratai pada bangunan-bangunan dipahami sebagai bunga kesucian karena sifat dan karakteristik teratai yang menunjukkan sifat-sifat kesucian.
RUJUKAN:
Mulyadi, L., Hutabarat, J., & Harsiman, A. (2015). Relief dan Arca Candi Singosari-Jawi. CV. Lentera Buana.
Nizam, A., Nurgara, W., & Gustami, S. (2018). Eksistensi Ragam Hias Sulur Gelung Teratai. Journal of Urban Society’s Arts, Vol 5(No. 1), 37–48.
Pramadhyaksa, I. nyoman W. (2016). Filosofi dan Penerapan Konsepsi Bunga Padma dalam Perwujudan Arsitektur Tradisional Bali. Jurnal Langkau Betang, Vol. 3 (No. 1), 28–42.
Soekmono, R. (1981). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius.