Foto Tengkorak Homo wajakensis
Sumber: Koleksi Lab. Museologi Dep. Sejarah FIS UM
Homo wajakensis pertama kali ditemukan oleh van Rietschoten pada tahun 1889 (W1) di Wajak, dekat Campurdarat, Tulungagung dan merupakan Genus Homo. Genus homo mempunyai karakteristik yang lebih progresif dari manusia Pithecanthropus. Homo wajakensis hidup pada kala pleistosen akhir (Jati, 2013: 24). Homo wajakensis memiliki ciri-ciri Mongolid dan Australomelanesid. Tengkorak yang berbentuk agak lonjong bersegi di tengah atap tengkoraknya mirip dengan Ausralomelanesid, tetapi muka yang sangat datar pada semua tempat dan pipinya menonjol merupakan ciri Mongoloid (Soejono & Leirissa, 2010:92). Ras Wajak meliputi juga manusia yang hidup antara 40.000-25.000 tahun yang lalu di Asia Tenggara, seperti manusia Niah, di Serawak, Malaysia dan manusia Tabon di Palawan, Filipina (Soejono & Leirissa, 2010:92).
Isi tengkoraknya bervariasi antara 1.000-2.000 cc, dengan nilai rata-rata antara 1.350-1.450 cc. Tinggi badannya antara 130-210 cm, dengan berat antara 30-150 kg. (Soejono & Leirissa, 2010: 90). Rangka Wajak yang kedua (W2) ditemukan pada tahun berikutnya di tempat yang sama dan terdiri atas fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan bawah, serta tulang pahadan tulang kering. Dari kedua fosil yang berhasil ditemukan, para ahli berkesimpulan bahwa Homo wajakensis memiliki tengkorak yang besar, dengan isi 1.630 cc. Muka datar dan lebar, akar hidungnya lebar, dan bagian mulutnya menonjol sedikit. Dahinya agak miring. Memiliki gigi besar dan rahang yang masif (Soejono & Leirissa, 2010:90-92).
Manusia Wajak diperkirakan juga mendiami sebagian daerah Indonesia Timur. Ras manusia Wajak menurunkan ras-ras manusia yang kita kenal sebagai penduduk Indonesia sekarang. Subras Melanesia dan dan Australis memperoleh bentuknya yang sekarang di tempat mereka yang baru (Soejono & Leirissa, 2010:93). Hasil kebudayaan dari Homo wajakensis adalah kebudayaan Ngandong. Kebudayaan Ngandong berasal dari masa Paleolitikum. Pada Kebudayaan Ngandong alat-alat yang berasal dari tulang merupakan ciri utama dari kebudayaan ini.
Jati, S. S. P. (2013). Prasejarah Indonesia: Tinjauan Kronologi dan Morfologi. Sejarah dan Budaya, 20-30.
Soejono & Leirissa. (2010). Sejarah Nasional Indonesia I Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.