My Name Puring Tia Reskitowati,S.Si
You can call me Mrs. Puring
Gambar 1. Papan penunjuk jalan
Gambar 1 di atas merupakan salah satu tanda yang sering kita lihat ketika bepergian yang digunakan agar orang yang melintasi jalan tersebut tidak tersesat dan bisa sampai ke tujuan dengan benar. Papan tersebut pada dasarnya menunjukkan arah ke mana kita harus pergi, mengetahui arah merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, bayangkan Orang yang sedang bepergian akan kesulitan menuju tempat tujuannya jika tidak ada penunjuk jalan yang menunjukkan arahnya. Dalam pembelajaran fisika materi tentang arah termasuk dalam materi kelas 10 yakni “vektor” membahas tentang besaran-besaran fisika yang memiliki arah. Pentingnya “arah” memang tak dapat dipungkiri lagi bagi kehidupan sehari-hari tanpa adanya arah kita akan kesulitan untuk mengetahui posisi kita dan posisi tujuan kita, dengan mengetahui arah kita tidak akan tersesat. bahkan jika tidak ada arah mungkin tidak akan ada yang namanya GPS “global positioning system” karena pada dasarnya GPS menggunakan sistem koordinat untuk posisi kita dan posisi tujuan sehingga dapat menemukan arah yang tepat untuk menuju lokasi tujuan tersebut. Oleh karena itu setelah mengetahui manfaat “arah” dalam kehidupan sehari-hari, silahkan mempelajari materi berikut ini.
Tidak semua besaran di fisika dapat disebut dengan besaran vektor ada beberapa karakteristik dari besaran vektor tersebut yang dapat ditinjau dari: pengertian vektor, menulis dan menggambar vektor, vektor satuan.
Vektor merupakan besaran yang memiliki nilai dan arah (berbeda dengan besaran skalar yang hanya memiliki nilai saja). Cara menentukan suatu besaran fisika termasuk besaran vektor atau bukan sebenarnya cukup sederhana yakni dengan memberikan kalimat tanya “kemana atau dimana” pada besaran tersebut jika besaran tersebut cocok (tidak asing terdengar) maka besaran tersebut termasuk besaran vektor, contohnya “kemana ia akan pindah rumah?”, kalimat tanya ini sebenarnya menanyakan arah dan posisi dari tujuan pindah dan sering kita dengar, sehingga perpindahan termasuk besaran vektor. misalkan ada pertanyaan “kemana jaraknya rumahmu ke sekolah?” kalimat tanya ini terdengar asing, karena memang tidak cocok antara kalimat tanya kemana dengan besaran jarak, besaran jarak lebih cocok menggunakan kalimat tanya berapa, sehingga jarak termasuk besaran skalar.
Perpindahan dan jarak memang sering digunakan dalam fisika, tidak sedikit siswa yang biasanya kesulitan membedakan antara perpindahan dan jarak karena di beberapa kasus sering terjadi jarak = perpindahan. Untuk dapat membedakan antara jarak dan perpindahan perhatikan gambar berikut.
Gambar 2. Sebuah partikel bergerak dari A ke B dengan lintasan yang ditempuh sesuai dengan garis merah
Berdasarkan gambar 2 di atas, jarak merupakan panjang lintasan yang ditempuh (garis merah putus-putus) sedangkan perpindahan merupakan jarak terpendek dari posisi awal (A) ke posisi akhir (B) yang ditunjukkan dengan garis biru dengan arah 600 terhadap garis horizontal. Berdasarkan ilustrasi di atas terlihat perbedaan yang cukup signifikan antara jarak dan perpindahan. Beberapa besaran lain yang sering ditemui di fisika yang memiliki kemiripan antara besaran skalar dan vektor antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Penting!
Arah dalam besaran vektor dapat dinyatakan dalam berbagai cara, antara lain sudut, arah mata angin, atas, bawah, ke kiri, ke kanan, dll. Arah vektor juga menentukan ketika dilakukan perhitungan matematis beberapa vektor, vektor yang searah dijumlahkan, sedangkan vektor yang berlawanan arah akan dikurangi.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai (besar) dan arah sehingga memiliki cara tersendiri dalam penulisan maupun penggambarannya. Cara penulisan besaran vektor sedikit berbeda dengan penulisan besaran skalar. Misalkan kita akan menulis sebuah vektor “A” pada beberapa buku terdapat beberapa cara dalam menuliskan besaran vektor yakni
Simbol vektor di cetak tebal
Sehingga penulisan vektor “A” adalah “A”
Simbol vektor di cetak tebal dan miring
Sehingga penulisan vektor “A” adalah “A”
Simbol vektor di cetak tebal, miring dan diberi tanda arah di atasnya
Sehingga penulisan vektor “A” adalah “\vec{\mathbit{A}}”
Simbol vektor di beri tanda arah di atasnya
Sehingga penulisan vektor “A” adalah “\vec{A}”
Cara penulisan seperti pada point 1 sampai 3 biasanya digunakan pada buku-buku pelajaran karena ada fasilitas untuk bold dan italic sedangkan jika menulis di papan tulis atau buku tulis dapat menggunakan cara ke 4. Besarnya (nilai) suatu besaran vektor dapat dituliskan dengan cara memberikan tanda “mutlak” seperti ini “∣A∣” atau ditulis biasa seperti ini “A”.
Besaran vektor biasanya digambarkan dengan anak panah dengan panjang anak panah menggambarkan besar vektor dan arah anak panah menggambarkan arah vektor. perhatikan gambar berikut.
Gambar 3. Beberapa gambar vektor
Berdasarkan gambar 3 di atas terlihat bagian-bagian vektor dari sebuah anak panah pada vektor A, perhatikan gambar vektor B dan vektor C memiliki arah yang sama (ke kiri) tapi vektor C lebih besar dari pada vektor B (ditunjukkan dengan panjangnya yang berbeda), sedangkan untuk vektor B dan vektor D memiliki besar yang sama tetapi arahnya berlawanan (ditunjukkan oleh arah anak panah).
Komponen vektor merupakan salah salah satu cara yang digunakan untuk mengalisis sebuah vektor dalam sistem koordinat (dalam kesempatan kali ini digunakan sistem koordinat kartesian (x,y,z)) sehingga sebuah vektor pada dasarnya memiliki komponen dalam arah sumbu x, sumbu y maupun sumbu z. Misalkan untuk sistem koordinat (x,y) dalam menentukan komponen suatu vektor menggunakan aturan trigonometri sederhana (sinus, cosinus, tangen). Perhatikan gambar berikut
Gambar 4. Trigonometri untuk sinus, cosinus, tangen, pada segitiga siku-siku
Dengan menggunakan aturan trigonometri sederhana di atas, kita dapat menentukan nilai sinus, cosinus, dan tangen untuk sudut α dan sudut β seperti yang terlihat pada tabel berikut
Berdasarkan tabel di atas, jika kita perhatikan lebih jauh maka akan terlihat pada dasarnya nilai tangen merupakan hasil pembagian antara nilai sinus dan cosinusnya
Menganalisis suatu vektor dengan menggunakan komponen vektor sangat penting untuk dipahami, karena komponen vektor merupakan salah satu materi dasar yang nantinya akan terus digunakan pada materi-materi fisika selanjutnya. Misalkan sebuah vektor A digambarkan dalam sistem koordinat kartesian (x,y) seperti terlihat pada gambar berikut
Gambar 5. Sebuah vektor A digambarkan dalam bidang x – y dengan membentuk sudut α terhadap sumbu x
Vektor A yang digambarkan membentuk sudut α terhadap sumbu x, vektor A tersebut, dapat di proyeksikan terhadap sumbu x dan sumbu y sehingga memiliki komponen vektor Ax dan Ay yang dapat ditentukan dengan trigonometri di atas seperti berikut.
Ax = A cos α
Ay = A sin α
Kedua komponen vektor di atas bernilai positif karena arahnya sesuai dengan arah sumbu x positif dan arah sumbu y positif, selain itu komponen vektor juga dapat bernilai negatif jika arahnya sesuai dengan arah sumbu x negatif dan arah sumbu y negatif (perhatikan arah tanda panahnya, untuk sumbu x ke kanan bernilai positif dan ke kiri bernilai negatif. Untuk sumbu y ke atas bernilai positif dan ke bawah bernilai negatif). Hubungan antara vektor dan komponen vektor seperti pada gambar di atas secara vektor dapat ditulis A = Ax + Ay.
Berdasarkan komponen vektor kita dapat juga mengetahui besar dan arah vektor utamanya, misalkan untuk vektor komponen Ax dan Ay di atas dapat kita tentukan besar dan arah vektor A (arah ditunjukkan dengan besar sudutnya) sebagai berikut.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa komponen vektor ditinjau dari sistem koordinat kartesian, masing-masing sumbu koordinat memiliki ciri khas tersendiri yang disebut dengan vektor satuan, seperti yang terlihat pada tabel berikut
Arah vektor satuan ini sesuai dengan arah sumbunya, perhatikan gambar berikut
Gambar 6. (a) arah komponen vektor pada koordinat kartesian, (b) proyeksi vektor A terhadap sumbu x dan sumbu y dengan vektor satuan
Vektor satuan juga menunjukkan bahwa suatu besaran adalah besaran vektor dalam komponen sumbu tertentu, sehingga jika ada penulisan menggunakan vektor satuan maka besaran tersebut merupakan besaran vektor dan penulisan Ax dan Ay menyatakan besar (nilai dari besarannya), sehingga dengan menggunakan vektor satuan vektor A pada gambar 6b dapat ditulis
Contoh soal
1) Seorang pejalan kaki berjalan sejauh 5,0 km ke timur dan 12,0 km ke selatan. Tentukan besar dan arah perpindahan pejalan kaki tersebut.
Pembahasan :
Untuk mempermudah mengerjakan soal tersebut, kita ilustrasikan Misalkan pejalan kaki berjalan dari titik P menuju titik P’ dengan menempuh jarak 5,0 km ke timur kemudin 12,0 km ke selatan seperti ditunjukkan oleh gambar berikut
Berdasarkan gambar di atas kita dapat menentukan komponen perpindahan terhadap sumbu x (Sx) adalah 5,0 m dan komponen perpindahan terhadap sumbu y (Sy) adalah 12,0 m, sehingga besarnya perpindahan dengan menggunakan persamaan
Arah perpindahan pejalan kaki dapat ditentukan dengan mencari besar sudut α melalui persamaan
Jadi pejalan kaki melakukan perpindahan sebesar 13 m dengan arah 67,40 ke arah tenggara (dari timur ke selatan)
2) perhatikan gambar berikut
Sebuah bagian dari mesin dinaikkan melalui papan miring dan menempuh jarak sejauh d = 12 m dengan papan membentuk sudut θ = 300 terhadap lantai. Tentukan berapa jauh perpindahan yang dilakukan oleh bagian mesin tersebut secara vertikal dan horizontal!
Pembahasan :
Perpindahan bagian mesin secara vertikal dan horizontal pada dasarnya adalah komponen perpindahan benda tersebut terhadap sumbu x (Sx) dan terhadap sumbu y (Sy). komponen perpindahannya dapat ditentukan dengan cara
Sx = S cos θ
Sx = 12 cos 300
Sx = 12 (½ √3)
Sx = 6√3 m
Sy = S sin θ
Sy = 12 sin 300
Sy = 12 (½)
Sy = 6 m
Ketika Pak Habibie menciptakan sebuah pesawat, beliau harus melakukan pengukuran dengan akurasi dan tingkat presisi yang tinggi. Jika ada kesalahan pengukuran sedikit saja dalam pembuatannya, maka bisa berakibat fatal pada fungsi pesawat. Bahkan dapat menyebabkan kecelakaan, wah ngeri ya,? Maka dari itu, Pak Habibie harus memahami mengenai besaran, satuan, dan dimensi dengan baik. Eits, tentu saja ini juga berlaku untuk ilmuwan lain termasuk kamu calon ilmuwan di masa depan. Untuk lebih jelasnya, kita akan bahas bersama di bawah ini ya!
1. Besaran dan Satuan
Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai besaran (besar) dan satuan. Sementara, satuan digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran. Satuan Internasional (SI) adalah satuan hasil konferensi para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang berat dan ukuran. Nah, berdasarkan satuannya, besaran terdiri dari besaran pokok dan besaran turunan.
a. Besaran Pokok
Merupakan besaran yang menjadi dasar untuk menetapkan besaran yang lain. Satuan besaran pokok disebut satuan pokok dan telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok sifatnya bebas, artinya tidak bergantung pada besaran pokok yang lain. Berikut, disajikan besaran pokok yang telah disepakati oleh para ilmuwan.
b. Besaran Turunan
Merupakan turunan dari besaran pokok. Satuan besaran turunan disebut satuan turunan dan diperoleh dengan menggabungkan beberapa satuan besaran pokok. Paham ‘kan sampai di sini? Berikut merupakan beberapa contoh besaran turunan beserta satuannya, perhatikan ya.
Untuk lebih memahami simak video berikut!
Tugas 1 hari ini :
Sebutkan 5 besaran turunan yang lain beserta satuannya! (Tulis dalam bentuk dalam tabel , foto dan kirim ke WA Grup fisika X IPA.
Thank's for your attention , see you next week.
Volume sebuah balok adalah hasil kali panjang, lebar, dan tingginya. Panjang lebar dan tinggi adalah besaran yang identik, yaitu ketiganya memiliki dimensi panjang. Oleh karena itu, dimensi volume adalah panjang3. Jadi dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok. Lalu, apa manfaat dituliskannya dimensi besaran?
Untuk mengungkapkan adanya kesetaraan besaran, misalnya gaya gesek memiliki persamaan dimensi dengan gaya berat, usaha memiliki persamaan dimensi dengan energi, dan sebagainya.
Untuk menetapkan bahwa suatu persamaan tepat atau tidak.
Berikut ini tabel lambang dimensi untuk besaran-besaran pokok dan turunan.
Angka penting adalah angka yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri atas angka pasti dan angka taksiran yang sesuai dengan tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan. Hasil pengukuran yang telah Anda lakukan dengan menggunakan alat ukur adalah nilai data hasil pengukuran. Nilai ini berupa angka-angka dan termasuk angka penting. Jadi, definisi dari angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran, termasuk angka terakhir yang ditaksir atau diragukan. Angka-angka penting ini terdiri atas angka-angka pasti dan satu angka taksiran yang sesuai dengan tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan.
Semua angka-angka hasil pengukuran adalah bagian dari angka penting. Namun, tidak semua angka hasil pengukuran merupakan angka penting. Berikut ini merupakan aturan penulisan nilai dari hasil pengukuran.
1) Aturan Angka penting
i. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
ii. Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol adalah angka penting.
iii. Untuk angka desimal kurang dari satu sebelum koma, angka nol sebelum dan sesudah koma bukan angka penting.
iv. Untuk angka desimal lebih dari atau sama dengan satu sebelum koma, angka nol sesudah koma termasuk angka penting.
v. Angka nol yang terletak dibelakang angka bukan nol termasuk angka penting.
vi. Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan dst. Yang memiliki angka-angka nol pada deretan akhir harus ditulis dalam notasi ilmiah.
2) Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
Pada oprasi penjumlahan dan pengurangan hanya boleh mengandung satu angka taksiran. Banyaknya angka penting pada hasil pengukuran dan penjumlahan ditentukan oleh bilangan dengan angka yang paling sedikit dibelakang koma.
3) Operasi Perkalian dan Pembagian
Pada oprasi perkalian dan pembagian, hasilnya sama dengan jumlah angka penting paling sedikit pada salah satu bilangan.
4) Operasi Pemangkatan dan Penarikan Akar
Banyaknya angka penting hasil operasi sama dengan banyaknya angka penting bilangan yang dipangkatkan atau diakarkan.
Untuk pembulatan, jika angka terakhir lebih besar dari lima, bulatkan ke atas. Jika angka terakhir lebih kecil dari lima, bulatkan ke bawah. Jika tepat lima, lihat angka sebelumnya, misal angka sebelumnya ganjil bulatkan ke atas dan sebaliknya. Contoh :
6,766 dibulatkan 6,77
6,743 dibulatkan 6,74
6,765 dibulatkan 6,76
6,735 dibulatkan 6,74
Jika kalian dihadapkan pada bilangan ratusan, ribuan, ratusan ribu, mungkin masih mudah untuk dimengerti nama bilangannya, ya. Bagaimana jika dihadapkan pada bilangan seperti 0,00000000000023 atau 1.000.000.000.000.000? Sungguh bilangan yang sulit untuk ditentukan jumlahnya secara langsung.
Hal yang harus dipahami bahwa di dalam Fisika, besaran-besaran hasil pengukuran tidak hanya berupa puluhan, ribuan, atau ratusan ribu, tetapi juga skala makro dan mikro, contohnya saja massa Bumi atau massa elektron. Untuk menulis massa elektron yang tidak terlihat oleh mata telanjang tentulah sangat sulit karena ukurannya sangat kecil.
Oleh karena itu, dibentuklah suatu notasi yang disebut notasi ilmiah. Notasi ilmiah ini bisa mempermudah Quipperian dalam menentukan suatu nilai besaran yang terlalu besar atau terlalu kecil. Penulisannya adalah sebagai berikut.
Keterangan:
a = bilangan satuan, besarnya antara 1-10 dan boleh berupa desimal; dan
n = ordo atau pangkat.
Contoh soal tentang notasi ilmiah adalah sebagai berikut.
1) Tentukan bilangan 510.000.000 dalam bentuk notasi ilmiah!
510.000.000 = 5,1 x 108
2) Tentukan bilangan 0,000000087 dalam bentuk notasi ilmiah!
0,000000087 = 8,7 x 10-8
Look this video and answer questions in it !
Sebutkan nama alat ukur berikut beserta ketelitian / skala terkecilnya dan satuan
Digital Calipers
(Jangka Sorong digital )
Analog Calipers
(Jangka Sorong Analog )
Parts of calipers ( Bagian jangka sorong ) :
calipers with a nonius scale of 10, have an accuracy of 1/10 = 0.1 mm
Jangka sorong dengan skala nonius 10 , memiliki ketelitian 1/10 = 0,1 mm
The main scale shows :
Skala utama menunjukkan : 3,1 cm
The nonius scale shows :
Skala nonius menunjukkan : 9 x 0,01 = 0,09 cm
Measurement results :
Hasil pengukuran : (3,1 + 0,09 = 3,19 cm)
Example :
calipers with a nonius scale of 10, have an accuracy of 1/20 = 0.05 mm
Jangka sorong dengan skala nonius 10 , memiliki ketelitian 1/20 = 0,05 mm
The main scale shows :
Skala utama menunjukkan : 29 mm
The nonius scale shows :
Skala nonius menunjukkan : 17 x 0,05 = 0,85 mm
Measurement results :
Hasil pengukuran : (29 + 0,85 = 29,85 mm)
The following is the result of reading the caliper gauge.
Berikut merupakan hasil dari pembacaan alat ukur jangka sorong.
calipers with a nonius scale of 10, having the smallest scale 1/10 = 0.1 mm
Jangka sorong dengan skala nonius 10 , memiliki skala terkecil 1/10 = 0,1 mm
So ,
68 + ( 6 x 0,1) = 68,6 mm
Pengertian Alat Ukur Mikrometer Sekrup ialah salah satu Alat Ukur yang bisa digunakan untuk mengukur Panjang suatu Benda dan mengukur Tebal sebuah benda serta mengukur Diameter Luar sebuah benda dengan tingkat ketelitian mencapai 0.01 mm (10-5 m). Untuk lebih jelas mengetahui mikrometer sekrup disini akan dijabarkan pengertian, sejarah, bagian – bagian mikrometer sekrup, fungsi, dan cara membaca mikrometer sekrup.
Mikrometer Sekrup ini ditemukan pada abad ke-17 oleh seorang ilmuan bernama Willaim Gascoigne dimana waktu itu sangat dibutuhkannya sebuah alat yang lebih baik dan lebih persisi selain dari jangka sorong. Pada waktu awal ditemukan digunakan untuk mengukur benda – benda di luar angkasa dari teleskop dan mengukur jarak sudut di antara bintang – bintang.
Walaupun mikrometer sekrup ini memiliki kata mikro, namun alat ini tidak dapat digunakan untuk menghitung suatu benda yang skala mikrometer. Kata mikro di mikrometer sekup ini didapat dari bahasa yunani yaitu micros yang artinya kecil , jadi bukan yang skalanya mikro 10-6
Tetapi perlu kalian ketahui sebagai Pelajar maupun Masyarakat Umum bahwa Fungsi Alat Ukur Mikrometer ini sebenarnya mempunyai kesamaan dengan Fungsi Alat Ukur Jangka Sorong dalam menghitung suatu panjang, tebal dan diameter sebuah benda, hanya saja tingkat ketelitian Alat Ukur Mikrometer lebih tinggi sepuluh kali lipat daripada Jangka Sorong karena Jangka Sorong memiliki tingkat ketelitian sebesar 0.1 dan Ketelitian Alat Ukur Mikrometer mencapai 0.01 sehingga kesimpulannya Micrometer lebih baik daripada Jangka Sorong.
Sedangkan untuk Bagian Alat Ukur Mikrometer sendiri bisa dikatakan dibagi menjadi Tujuh dan Ketujuh Bagian – Bagian Mikrometer Sekrup tersebut dapat anda lihat dari gambar mikrometer sekrup dibawah ini serta penjelasan lengkap dari masing – masing bagian:
Frame (Rangka)
Bagian Bingkai atau sering disebut juga Bagian Frame Mikrometer yang berbentuk seperti Huruf C ataupun Huruf U dan terbuat dari Bahan Logam yang tahan panas dan Tebal serta Kuat karena bertujuan agar dapat meminimalkan terjadinya peregangan yang dapat menganggu proses pengukuran sebuah benda.
Anvil (Poros Tetap)
Yang kedua ialah Bagian Poros Tetap Mikrometer yang mempunyai Fungsi untuk penahan sebuah benda saat akan diukur menggunakan Alat Ukur Mikrometer ini.
Spindel (Poros Gerak)
Bagian Mikrometer Yang Ketiga ialah Poros Gerak yang merupakan sebuah Silinder yang dapat digerakan menuju Poros Tetap Mikrometer.
Lock Nut (Pengunci)
Lalu Bagian Mikrometer Sekrup ke Empat ialah Pengunci (LOCK) yang memiliki fungsi untuk menahan Poros Gerak agar tak bergerak saat proses pengukuran sebuah benda
Sleeve (Skala Utama)
Bagian Ke Lima disebut juga dengan Sleeve yang merupakan tempat terletaknya Skala Utama dalam satuan Milimeter (mm).
Thimbel (Skala Putar)
Bagian Mikrometer ke Enam ialah Thimble yang merupakan tempat Skala Nonius (Skala Putar) Mikrometer berada
Ratchet Knob
Lalu untuk Bagian Mikrometer yang terakhir atau ke Tujuh ialah Ratchet Knop yang berfungsi untuk memutar Spindle (Poros Gerak) sesaat ujung Poros Gerak tersebut sudah dekat dengan benda yang akan diukur serta digunakan untuk mengencangkan Poros Gerak (Spindle) tersebut sampai terdengar bunyi suara sehingga untuk memastikan bahwa Ujung Poros Gerak sudah menempel dengan sempurna dengan benda yang akan diukur maka Ratchet Knob tersebut diputar sebanyak Dua atau Tiga putaran.
Adapun untuk Fungsi Alat Ukur ini yang benar ialah untuk mengukur Panjang sebuah benda, mengukur diameter luar benda dan mengukur ketebalan suatu benda yang mempunyai ukuran yang cukup kecil seperti benda lempeng baja, aluminium, diameter suatu kabel, kawat, lebar suatu kertas maupun benda – benda yg lainnya.
Lalu Kegunaan Alat Ukur Mikrometer Sekrup untuk mengukur Panjang, Tebal dan Diameter suatu benda dengan tingkat ketelitian mencapai 0.01 mm yang merupakan tingkat ketelitian yang lebih tinggi sepuluh kali lipat dibandingkan dengan Alat Ukur Jangka Sorong karena Jangka Sorong hanya memiliki tingkat ketelitian sekitar 0.1 mm saja.
Kemudian di dalam Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup sendiri sangatlah mudah dan berikut ini Lima Langkah Cara Memakai Alat Ukur yang bisa kalian pelajari sebelum menggunakan alat ini, yaitu :
Pertama ialah pastikan pengunci alat ukur mikrometer dalam keadaan terbuka
Kedua lakukan pengecekan apakah poros tetap mikrometer dan poros geser mikrometer saat bertemu dengan skala dan skala nonius utama mikrometer menunjukkan angka nol.
Lalu yang ketiga ialah buka rahang alat ukur mikrometer dengan cara menggerakkan pemutar ke arah kiri hingga benda yang akan diukur dapat masuk ke dalam rahang.
Keempat ialah letakkan benda yang akan diukur diantara poros tetap dan poros geser lalu tutup kembali rahang sampai tepat menjepit benda yang akan diukur.
Kelima ialah putarlah pengunci mikrometer agar pemutar tidak bisa bergerak lagi setelah itu ukur atau hitunglah nilai panjang, tebal, lebar ataupun diameter suatu benda yang diukur menggunakan alat ukur mikrometer sekrup.
Untuk membaca nilai pada mikrometer sekrup ada 2 bagian yang harus diperhatikan yaitu skala utama dan skala nonius. Untuk melihat ke-2 bagian tersebut dapat dilihat dari sleve untuk skala utama dan thimble untuk melihat skala nonius.
Agar lebih jelas tentang cara membaca mikrometer sekrup, kalian dapat perhatikan contoh gambar dibawah ini :
Penyelesaian cara membaca dari gambar diatas :
Perhatikan letak garis skala di bagian sleve yang dilewati oleh bagian timhble yaitu 5 mm
Lihat garis skala bawah yaitu 0,5 mm
Perhatikan nilai di skala nonius yang berada dibagian thimble yaitu 30 mm maka rumusnya dikalikan 0,01 mm maka hasilnya 30 x 0,01 = 0.3 mm
Jumlahkan lah hasil dari ketiga nilai diatas yaitu nilai skala atas + nilai skala bawah + nilai di skala nonius = 5 + 0,5 + 0,3 = 5,8 mm
Maka hasil pengukuran dari contoh gambar diatas adalah 5,8 mm