1 Samuel 3 : 19; 2 : 26; 1 Korintus 3 : 1 - 9
Remaja di SMA berbeda dengan remaja di SMP. Ada perubahan-perubahan besar di dalam hidup mereka, baik secara fisik maupun psikologis. Masa-masa ini adalah masa-masa yang kritis, sehingga guru perlu benar-benar memahami mereka sehingga guru tidak keliru memberikan bimbingannya. Sebuah studi pada tahun 2004, misalnya, mencatat bahwa pada usia remaja (10 – 24 tahun), tingkat kematian di kalangan remaja terjadi paling banyak di negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah (97%), mayoritas diantaranya berada di Asia Tenggara dan di Afrika sub-Sahara. Dari jumlah itu, 11% kematian disebabkan oleh HIV dan AIDS dan tuberkulosis (TB). Sebanyak 14% remaja laki-laki dan 5% remaja perempuan meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Sementara itu, kekerasan menyebabkan 12% kematian di kalangan remaja laki-laki, dan bunuh diri menyebabkan 6% dari kematian. Angka kematian yang tinggi di kalangan remaja juga disebabkan oleh perilaku mereka yang berisiko tinggi, seperti misalnya:
1. perilaku yang menyebabkan luka atau kecelakaan yang tidak disengaja;
2. penggunaan tembakau;
3. penggunaan minuman keras dan obat-obat terlarang;
4. hubungan seks yang menyebabkan kehamilan yang tak diinginkan dan
5. penularan PMS (penyakit menular seksual), termasuk HIV;
6. makanan yang tidak sehat;
7. kegemukan, dll.
Banyak masalah di atas disebabkan oleh kegamangan remaja ketika mereka mengalami dengan cepat perubahan-perubahan fisik dan kejiwaan, sementara orang-orang di sekitarnya tidak memahami mereka. Mereka seringkali merasa disalahmengerti. Apalagi, pada tingkat usia ini khususnya, kita seringkali menemukan praktik bullying, ejek-mengejek yang bisa juga disertai oleh tindakan fisik kepada seseorang yang dianggap lebih lemah. Bullying telah menjadi salah satu faktor yang paling banyak menimbulkan depresi dan juga bunuh diri di beberapa negara maju. Tidaklah mengherankan apabila seringkali remaja merasa lebih nyaman kalau bisa bercerita kepada temanteman seusianya, daripada menghubungi guru, orangtua, apalagi tokoh agama. Dengan melihat angka-angka di atas saja mestinya kita sudah merasa didorong untuk sungguh-sungguh memikirkan bagaimana memberikan bimbingan yang benar kepada remaja-remaja kita. Bahan-bahan yang dibahas pada bagian ini didasarkan pada kesadaran kita akan masalah-masalah remaja di atas.
Kedewasaan yang Benar
Dalam contoh
pelajaran yang diambil dari kisah hidup Tonya Harding, pemain sepatu es
Amerika Serikat, kita ingin memperlihatkan bahwa ada orang-orang yang tubuhnya dewasa, tetapi pikirannya masih kanak-kanak, sehingga mereka tidak mampu berpikir lebih jauh tentang dampak dari suatu tindakannya. Menjadi dewasa mestinya berarti seseorang menjadi lebih mampu memperhitungkan dampak dari segala perbuatannya. Apakah suatu perbuatan akan memberikan dampak yang baik atau buruk bagi saya sendiri? Bagi orang lain? Bagi masyarakat?
KEBERANIAN BERTANGGUNGJAWAB
Selain itu, kisah Tonya Harding juga menunjukkan perlunya keberanian bertanggung jawab sebagai salah satu ciri kedewasaan orang Kristen. Dengan demikian, orang Kristen mestinya tidak bersikap seperti yang dikatakan pepatah, “Lempar batu, sembunyi tangan.” Seorang Kristen mestinya berani berkata seperti yang diucapkan oleh Presiden AS Theodore Roosevelt, “The buck stops here.” Artinya, “Saya berani bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat anak buah saya.”
KEJUJURAN
Ciri kedewasaan yang lain adalah kejujuran. Anak kecil seringkali berbohong, bukan karena ia suka berbohong, tetapi karena secara psikologis di usia yang masih muda sekali anak-anak belum bisa membedakan antara dunia khayal dengan dunia yang nyata. Masalahnya, kebiasaan menceritakan “kebohongan” ini kemudian berlanjut ke masa remaja dan dewasa, khususnya ketika seseorang belajar bahwa ia dapat lolos begitu saja dari persoalan yang ia hadapi dengan berbohong. Di sini ditekankan juga pentingnya kejujuran. Contoh dari kehidupan anakanak Eli, Hofni dan Pinehas, yang tidak jujur, diangkat untuk menunjukkan bagaimana anak-anak yang sudah dewasa itu justru suka memanfaatkan posisi mereka untuk keuntungan mereka sendiri.
HIDUP YANG TERARAH KEPADA ORANG LAIN
Ciri berikutnya dari kedewasaan seorang Kristen adalah hidup yang terarah kepada orang lain, dan bukan hanya kepada diri sendiri saja. Di sini seorangKrisen yang dewasa perlu menunjukkan bagaimana ia menggunakan apa yangia miliki atau yang dipercayakan kepadanya, bagaimana ia bertanggung jawab kepada gereja, masyarakat, negara dan bahkan terhadap sesama yang tidak harus orang Indonesia saja.
HIDUP BERHIKMAT
Sebuah kebajikan yang akhir-akhir ini banyak dilupakan adalah “hikmat”. Berhikmat tidak sama dengan menjadi pandai. Ada banyak orang yang pandai, namun ternyata tidak berhikmat. Masalahnya, hikmat tidak diajarkan di sekolahsekolah formal. Tidak ada mata pelajaran atau kursus untuk menguasai hikmat. Alkitab mengatakan bahwa hikmat hanya dapat diperoleh lewat ketaatan kepada Tuhan. Hanya apabila seseorang mau hidup dekat dengan Allah, tekun mempelajari firman-Nya, maka ia akan memperoleh hikmat. Barangkali tidak ada contoh yang lebih baik tentang orang yang berhikmat selain Raja Salomo. Hikmatnya terkenal ke berbagai negara pada zamannya. Cara Salomo memutuskan kasus perebutan seorang bayi di antara dua perempuan adalah contoh yang sangat luar biasa bijaksananya (1 Raj. 3:16-28). Tema pelajaran 1 ini juga mengajak peserta didik untuk bertumbuh menjadi berhikmat. Artinya, peserta didik didorong untuk hidup dengan kepada Tuhan dan tekun mempelajari hikmat-Nya, supaya bertumbuh menjadi orang yang rendah hati dan penuh dengan hikmat sehingga mereka sanggup menentukan pilihan-pilihan yang benar dan tepat di dalam hidup mereka.
PENJELASAN BAHAN ALKITAB
·
1 Samuel 2:26
Kitab 1 Samuel mengisahkan awal permulaan sejarah Israel sebagai sebuah kerajaan. Kitab ini dimulai dengan riwayat hidup Samuel, pemimpin terakhir Israel sebelum bangsa itu dipimpin oleh raja-raja, yang dimulai oleh pengurapan Saul sebagai raja Israel. Bagian yang menjadi bahasan kita di sini adalah 1 Samuel 2:26 dan 3:19 yang merupakan cuplikan dari dua kisah kehidupan Samuel di masa kecilnya. Kisah dalam 1 Samuel 2:26 melukiskan bagaimana Samuel kecil bertumbuh menjadi orang yang disukai banyak orang. Bacaan dari 1 Samuel 2:26 melukiskan bagaimana Samuel semakin lama semakin disukai orang. Ia bertumbuh menjadi matang dan bijaksana, sehingga kelak memang sungguh layak bahwa Samuel-lah yang dipilih Tuhan untuk menjadi pemimpin bangsa Israel. Apa yang digambarkan tentang Samuel di sini dapat kita bandingkan dengan seorang tokoh lain yang juga disukai orang banyak ketika ia bertumbuh semakin dewasa. Lukas 2:52 melukiskan bagaimana Yesus pun bertumbuh secara fisik dan mental, “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Inilahpertumbuhan yang kita harapkan dari setiap anak Tuhan. Dalam pengertian seperti itu pulalah maka banyak gereja menyelenggarakan program-program pendidikan berupa sekolah regular (sekolah biasa), maupun sekolah-sekolah yang melayani anak-anak dengan kebutuhan khusus. Di luar itu, gereja pun terpanggil untuk menyelenggarakan program-program pendidikannya sendiri yang mengisi kebutuhan pertumbuhan rohani warga jemaatnya – misalnya program Sekolah Minggu, kebaktian remaja, persekutuan pemuda, serta bimbingan tentang bagaimana pertumbuhan itu harus diimbangi oleh pemahaman yang benar tentang berbagai masalah dan tantangan hidup masa kini.
· 1 Samuel 3:19
Bahan 1 Samuel 3:19 menceritakan pengalaman Samuel yang mendengar suara Allah ketika ia sedang tidur. Suara itu memanggil-manggil dia, namun Samuel tidak mengerti dari mana asal suara itu. Karena itu, Samuel kemudian pergi menjumpai Imam Eli dan menanyakan apakah Imam Eli sendiri yang memanggilnya. Setelah dua kali Samuel mengajukan pertanyaan yang sama, maka mengertilah Imam Eli bahwa yang memanggil Samuel adalah Allah sendiri. Karena itulah Imam Eli menasihati agar Samuel menjawab panggilan tersebut. KItab 1 Samuel menggambarkan bahwa Samuel bertumbuh dalam ketaatan kepada Allah. Bacaan 1 Samuel 3:19 mengatakan, “Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur.” Inilah dasar pertumbuhan Samuel ke arah kedewasaan. Samuel bukan sekadar bertumbuh secara fisik, tetapi juga secara mental dan rohani. Itulah sebabnya, 1 Samuel 2:26 melukiskan bagaimana Samuel semakin lama semakin disukai orang. Ia bertumbuh menjadi matang dan bijaksana, sehingga kelak memang sungguh layak bahwa Samuel-lah yang dipilih Tuhan untuk menjadi pemimpin bangsa Israel. Apa yang digambarkan tentang Samuel di sini dapat kita bandingkan dengan seorang tokoh lain yang juga disukai orang banyak ketika ia bertumbuh semakin dewasa. Lukas 2:52 melukiskan bagaimana Yesus pun bertumbuh secara fisik dan mental, “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Inilah pertumbuhan yang kita harapkan dari setiap anak Tuhan. Dalam pengertian seperti itu pulalah maka banyak gereja menyelenggarakan program-program pendidikan berupa sekolah regular (sekolah biasa), maupun sekolah-sekolah yang melayani anak-anak dengan kebutuhan khusus. Di luar itu, gereja pun terpanggil untuk menyelenggarakan program-program pendidikannya sendiri yang mengisi kebutuhan pertumbuhan rohani warga jemaatnya, serta bimbingan tentang bagaimana pertumbuhan itu harus diimbangi oleh pemahaman yang benar tentang berbagai masalah dan tantangan hidup masa kini.
· 1 Korintus 3:1-9
Bahan tentang pertumbuhan Samuel dilanjutkan dengan bahan tentang kehidupan jemaat di Korintus, yang dalam berbagai hal tidak menunjukkan dirinya sebagai jemaat yang dewasa. Mengapa demikian? Bacaan 1 Korintus 3:1-9 melukis¬kan pertikaian dan perpecahan yang terjadi di jemaat itu, yang merupakan sebagian dari masalah-masalah yang menyebabkan Paulus menulis Surat 1 Korintus ini. Salah satu masalah yang muncul adalah masalah konflik dan perpecahan yang terjadi di tengah jemaat. Di jemaat ini berkembang kelompok-kelompok yang saling bersaingan dan menganggap dirinya paling hebat melebihi yang lainnya. Ada kelompok pengikut Paulus, ada kelompok pengikut Apolos, Kefas (Petrus), atau yang paling hebat, kelompok pengikut Kristus – seolah-olah yang lainnya bukanlah pengikut Kristus (bdk. 1 Kor. 1:12). Persaingan-persaingan ini kelak berkembang menjadi semakin hebat ketika masing-masing orang membanggakan kehebatan dirinya sebagai orang-orang yang memiliki karunia-karunia tertentu yang tidak dimiliki oleh yang lainnya, seperti misalnya karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, karunia berkatakata dengan pengetahuan, karunia beriman, karunia untuk menyembuhkan, karunia untuk mengadakan mujizat, karunia untuk bernubuat, karunia untuk membedakan bermacam-macam roh, karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, karunia untuk menafsirkan bahasa roh (1 Kor. 12:4-10). Kadang-kadang kita bisa melihat Paulus sangat marah dan frustrasi menghadapi jemaat di Korintus. Mereka benar-benar seperti anak-anak kecil yang belum dewasa. Paulus menunjukkan bahwa mereka ternyata memang benar-benar seperti bayi-bayi yang tidak mampu mengunyah makanan yang keras seperti yang biasanya dimakan oleh anak-anak yang lebih besar, bahkan oleh orang dewasa sekalipun. Paulus berkata, “Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya” (1 Kor. 3:2). Dengan teguran ini tentunya Paulus ingin mendorong supaya jemaat Korintus berpikir lebih dewasa, dan tidak seperti anak kecil yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri.
· Amsal 2:6
Kitab Amsal terdiri dari kumpulan ajaran hikmat yang merupakan salah satu perbendaharaan hikmat bangsa Israel yang sangat berharga. Ada banyak ungkapan dalam amsal ini yang masih sangat relevan untuk kehidupan kita sekarang. Menurut tradisi kitab ini berisi ucapan-ucapan Raja Salomo (Am. 1:1), namun para pakar umumnya menolak pernyataan ini. Nama Salomo dituliskan dalam permulaan kitab Amsal untuk memberikan wibawa (otoritas) kepada isi kitab ini. Amsal 2:6 mengingatkan kita TUHAN-lah yang memberikan kita hikmat. Itu berarti, meskipun kita belajar di sekolah, atau mendengarkan pengajaran dan nasihat di gereja, kita harus pertama-tama mengingat bahwa TUHAN berdiri di belakang itu semua. TUHAN sendirilah yang mengajarkan dan memberikan hikmat itu kepada manusia. Bagaimanakah caranya? Caranya sangat sederhana, yaitu mendengarkan hikmat TUHAN dengan cermat dan menaatinya. In berarti, walau sepintar apapun seseorang, bila ia menolak untuk mendengarkan hikmat dari Allah, maka kepintaran itu akan sia-sia.
· 1 Raja-raja 3:16-28
Kitab 1 dan 2 Raja-raja adalah kitab yang mengisahkan kepemimpinan rajaraja di Kerajaan Israel dan belakangan juga Kerajaan Yehuda, setelah kerajaan Israel terpecah menjadi dua kerajaan setelah kematian Salomo dan berakhir dengan kisah tragis pembuangan orang-orang Yehuda ke Babel setelah kerajaan itu hancur dikalahkan oleh orang-orang Kasdim (Babilonia). Dalam 1 Raja-raja 3:16-28 kita menemukan kisah mengenai kebijaksanaan Salomo dalam mengambil keputusan yang sangat sulit. Kepada Salomo menghadap dua orang perempuan yang masing-masing mengaku sebagai ibunda dari seorang anak bayi yang masih sangat kecil. Kedua perempuan itu memang mempunyai anak bayi, tetapi salah seorang di antaranya meninggal karena kelalaian ibunya. Akibatnya, keduanya kemudian memperebutkan bayi yang masih hidup. Bagaimana memecahkan masalah ini? Kita perlu mengingat bahwa di masa itu ilmu pengetahuan dan teknologi belum berkembang seperti sekarang. Tidak ada tes darah, pemeriksaan sidik jari, uji DNA, yang dapat dengan mudah menentukan siapa sesungguhnya ibunda sang bayi itu. Di tengah-tengah kesulitan itu, Salomo mendapatkan ide yang cemerlang, yang mungkin tidak terpikirkan sama sekali oleh siapapun juga. Hanya setelah mengajukan keputusannya yang “gila”, Salomo akhirnya dapat menunjukkan siapa ibu sejati anak bayi itu.