a note from R. Nugroho Purwantoro, FEB UI lecturer's who is always curious about the future
Kita semua menghadapi permasalahan pengambilan keputusan, dan seringkali pengambilan keputusan melibatkan banyak sekali tujuan yang ingin dicapai, unsur ketidakpastian dan terkadang kita juga menghadapi dilema dalam keputusan dimana tidak semua tujuan bisa dicapai, harus ada yang dikorbankan dari sekian banyak tujuan yang diinginkan. Kompleksitas bisa terus meningkat dengan semakin banyaknya alternatif dan juga pihak-pihak atau stakeholder yang harus terlibat di dalam pengambilan keputusan tersebut
Di sinilah pentingnya kita melakukan analisis pengambilan keputusan. Analisis ini pada dasarnya berupaya memecah permasalahan yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah untuk dikelola. Analisis ini juga menyediakan jejak audit untuk kita meninjau kembali atau melakukan review/revisi atas pengambilan keputusan yang kita sudah lakukan sebelumnya, dan analisis ini juga bisa membantu memecahkan konflik serta meningkatkan partisipasi dari para pihak atau stakeholder.
Keuntungan lain dari analisis keputusan adalah bisa memicu munculnya wawasan baru atau kreativitas baru, selain membantu kita mengintegrasikan banyak perspektif yang berbeda dan banyak asumsi rasionalitas yang berbeda di dalam sebuah keputusan bersama. Analisis ini juga bisa membantu meningkatkan pemahaman kita atau mungkin membantu kita mengubah preferensi dari suatu alternatif solusi ke alternatif solusi yang lainnya.
Kita tidak boleh lupa bahwa dalam melakukan analisis atas keputusan (melakukan evaluasi), kita harus membedakan antara keputusan yang bagus dan buruk dengan hasil yang bagus dan yang buruk. Menilai keputusan yang baik adalah melihat bagaimana kualitas proses pengambilan keputusan; bagaimana tingkat partisipasi para pihak, transparansi dalam metode yang digunakan, dan juga wawasan-wawasan apa yang muncul dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini berbeda dengan hasil, dimana kalau kita bicara output, efektivitas dari sebuah hasil hanya mencakup keuntungan/manfaat baik itu berwujud maupun tidak berwujud
Jadi bisa saja sebuah keputusan yang bagus, dimana proses pengambilan keputusannya berjalan secara metodik dan bisa di-review kembali secara seksama menghasilkan output atau hasil yang tidak baik atau tidak efektif. Dan juga sebaliknya bisa terjadi, di mana pengambilan keputusan yang prosesnya tidak bagus atau keputusan yang mungkin diambil hanya berdasarkan impuls/desakan emosi namun menghasilkan output yang relatif efektif yang kemungkinan besar lebih disebabkan karena faktor keberuntungan.
Hal ini tidak boleh membuat kita merendahkan manfaat dari analisis keputusan walaupun mungkin output dari keputusan tersebut tidak efektif. Karena, sebuah proses pengambilan keputusan yang bagus akan membuat evaluasi menjadi lebih mudah. Sebab, proses bagaimana keputusan itu diambil, bagaimana alternatif diidentifikasi, nilai kriteria apa saja yang menjadi pertimbangan, semua terdokumentasi dengan jelas dalam proses pengambilan keputusan yang baik. Jadi, sekiranya output yang dihasilkan tidak efektif, kita bisa dengan mudah mencari tahu apa yang menjadi penyebabnya. Apakah ada kriteria-kriteria tertentu yang mungkin kita menilainya terlalu tinggi dibandingkan dengan konteks lingkungan yang ada, atau mungkin muncul kriteria yang baru yang kita tidak pertimbangkan sebelumnya, yang ternyata itu penting sehingga saat kriteria tersebut ditambahkan, solusi yang menjadi rekomendasi bisa saja berubah dari solusi yang direkomendasikan sebelumnya.
Jadi, analisis keputusan memberikan beberapa manfaat. Yang paling utama, membantu kita mengoptimalkan waktu dalam pengambilan keputusan dan memperjelas proses pemikiran yang menjadi dasar dari pengambilan keputusan. Menggunakan metode atau alat yang jelas dalam pengambilan keputusan juga membantu kita mengeksplorasi adanya trade off atau dilema yang perlu dipertimbangkan, membantu kita memahami persepsi risiko apa yang menjadi pertimbangan, dan juga membantu kita meningkatkan kualitas komunikasi yang diperlukan saat pengambilan keputusan. Dan tentu saja karena analisis keputusan menyediakan dokumentasi yang jelas atas sebuah keputusan, tentu akan membuat evaluasi atau penyempurnaan menjadi jauh lebih mudah.
Salah satu alat pengambilan keputusan yang berguna untuk dimanfaatkan adalah yang disebut dengan smart (Simple Multi Attribute Rating Technique). Metode ini pada dasarnya mencoba menyederhanakan pengambilan keputusan dengan membantu kita fokus pada beberapa aspek kunci dari sebuah permasalahan. Yang perlu dilakukan pada dasarnya adalah 8 langkah sederhana yaitu: pertama, mengidentifikasi siapakah pihak-pihak yang relevan dalam pengambilan keputusan; kemudian yang kedua, mengkaji alternatif alternatif solusi apa yang bisa diambil; dilanjutkan dengan langkah ketiga, yaitu menentukan atribut-atribut atau fitur-fitur apa yang perlu kita pakai sebagai sarana untuk menilai alternatif mana yang lebih baik.
Langkah kedua dan ketiga ini adalah yang paling penting dan kadang-kadang untuk sebuah keputusan penting bisa saja kita balik, di mana kita menentukan lebih dulu atribut-atribut atau manfaat-manfaat apa yang ingin kita dapat untuk kemudian baru kita merumuskan alternatif solusi apa yang dimungkinkan untuk memecahkan sebuah permasalahan.
Sementara langkah berikutnya, langkah keempat, yaitu menentukan nilai atas berbagai atribut-atribut relevan; kemudian langkah yang kelima, menentukan bobot dari setiap atribut tersebut; untuk kemudian pada langkah keenam, kita menghitung bagaimana nilai tertimbang dari setiap atribut untuk setiap alternatif sehingga kita bisa mendapatkan alternatif mana yang memiliki skor keseluruhan yang paling baik; untuk kemudian di langkah ketujuh, kita mengambil keputusan berdasarkan skor terbaik tersebut; dan pada akhirnya di langkah ke-8, kita melakukan analisis sensitifitas pada dasarnya semua langkah ini adalah sebuah prosedur yang sifatnya iteratif yang kita bisa lakukan secara berulang hingga mendapatkan keputusan yang memuaskan bagi semua pihak.
Alat lain yang bisa membantu kita mengambil keputusan adalah yang disebut dengan value tree. Value tree pada dasarnya adalah sebuah upaya untuk memecah atribut-atribut besar menjadi atribut-atribut yang lebih kecil, lebih spesifik, sehingga lebih mudah untuk dilakukan pengukuran. Terdapat 5 kriteria yang bisa kita gunakan dalam memecah sebuah atribut besar menjadi atribut yang lebih spesifik yaitu: kriteria pertama, kita mengharapkan memiliki atribut yang lengkap, yang bisa menggambarkan kompleksitas dari permasalahan yang kita sedang bahas; sementara kriteria kedua, atribut yang kita identifikasi itu harus bisa diimplementasi punya kemampuan untuk dioperasionalisasikan; dan kriteria ketiga, atribut tersebut tidak bisa dipecah lagi menjadi atribut lain yang lebih kecil (decomposability); ini untuk mendapatkan kriteria yang keempat, yaitu tidak adanya redundancy atau terdapat kasus dua atau lebih atribut yang sesungguhnya menggambarkan hal yang sama; dan kriteria yang terakhir, kriteria kelima, adalah jumlah atribut yang harus kita pertimbangkan kalau bisa jumlahnya minimal. Value Tree yang disusun secara baik tentu akan bisa meningkatkan efektivitas dari analisis keputusan.
Kalau kita menuju kembali 8 langkah dalam metode smart langkah terakhir yaitu analisis sensitifitas, sangat disarankan untuk dilakukan guna meningkatkan kualitas keputusan yang kita ambil. Analisis sensitifitas penting untuk meningkatkan robustness, meningkatkan kehandalan dari kualitas keputusan kita. Caranya relatif sederhana, yaitu kita mulai dengan skenario atau kemungkinan terburuk dari sebuah solusi, dengan kata lain solusi terburuk yang mungkin terjadi, berapa nilai untuk setiap atribut-atributnya. Kemudian dari posisi tersebut kita melakukan simulasi dengan menanyakan nilai atribut manakah yang paling penting untuk ditambah agar kita mau menerima solusi terburuk tersebut sebagai solusi yang lebih baik. Hal ini kita ulang terus untuk semua atribut sehingga pada akhirnya kita akan mendapatkan ranking dari setiap atribut pengambilan keputusan yang kita gunakan. Mana yang dianggap paling penting, dan mana yang dianggap kurang penting sehingga dengan mengetahui atribut terpenting tersebut, kita mendapatkan tambahan wawasan bahwa kalau situasi kondisi berubah dan atribut penting tersebut menunjukkan perkembangan atau nilai yang lebih baik maka kita siap untuk merevisi keputusan yang kita ambil.
Berikutnya kita akan mencoba menangani permasalahan tentang banyaknya pihak atau stakeholder yang mungkin harus dilibatkan dalam sebuah pengambilan keputusan. Bagaimana cara kita mengkombinasikan penilaian dari setiap individu tersebut untuk menghasilkan suatu keputusan bersama. Di sini ada dua pendekatan yang bisa kita pakai baik itu yang sifatnya matematis maupun yang sifatnya lebih kepada bagaimana menghasilkan mufakat secara perilaku. Cara matematika, cara paling sederhana untuk menyatukan banyak pendapat yang berbeda, adalah dengan merata-rata penilaian dari setiap individu. Di sinilah peran penting dari sebuah metode pengambilan keputusan, saat kita menggunakan satu metode yang jelas dengan kriteria penilaian dan pembobotan yang jelas, tentu melakukan rata-rata atas penilaian menjadi jauh lebih mudah, dan revisi atas solusi yang direkomendasikan juga bisa lebih mudah dilakukan, dengan meninjau kembali poin/bobot yang diberikan dari setiap individu yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
Terdapat berapa strategi yang bisa kita gunakan untuk mendapatkan pengambilan keputusan kelompok secara lebih baik. Salah satu cara adalah metode Delphi, di mana ada pihak yang bertugas sebagai wasit, sebagai panitia, yang memandu jalannya pengambilan keputusan bersama. Mereka yang mengumpulkan respon, menghitung rata-rata dan mereka pula yang mengkomunikasikan kepada setiap peserta pengambilan keputusan, solusi sementara apa yang direkomendasikan dari sebuah sesi penilaian. Untuk kemudian, nanti setiap peserta mempelajari kembali hasil pengambilan keputusan dan kalau diperlukan mereka merevisi kembali nilai atau bobot yang mereka berikan, dan proses ini terus diulang-ulang hingga pada akhirnya seluruh peserta mencapai kesepakatan sebagai sebuah keputusan bersama.
Cara lain adalah dengan menggunakan apa yang disebut dengan devil advocate, di mana ada kelompok lain yang bertugas untuk melakukan kritik atas sebuah keputusan yang diambil, menunjukkan kelemahan-kelemahan apa saja yang ada, untuk kemudian kelompok pengambil keputusan melakukan evaluasi kembali atas kritik tersebut. Ini bisa dilakukan secara berulang sehingga semua kritik bisa terjawab dengan baik.
Cara lainnya adalah dengan menggunakan dialectic inquiry, di mana kita membuat dua atau lebih tim pengambilan keputusan yang berbeda, untuk kemudian hasil dari masing-masing tim itu diperbandingkan. Dan kemudian masing-masing kelompok setelah mengetahui bagaimana keputusan yang dibuat oleh kelompok yang lain merevisi kembali dan ini diulang terus hingga akhirnya semua kelompok setuju pada sebuah solusi bersama.
Penyusun:
R. Nugroho Purwantoro
Referensi:
Decision Analysis for Management Judgment, Paul Goodwin & George Wright, Wiley Global Education UK, 2014