Misrepresentasi Strategis
a note from R. Nugroho Purwantoro, FEB UI lecturer's who is always curious about the future
a note from R. Nugroho Purwantoro, FEB UI lecturer's who is always curious about the future
Misrepresentasi strategis terkadang juga disebut bias politik, bias strategis, atau bias kekuasaan. Bias ini merepresentasikan kecenderungan manusia untuk melakukan rasionalisasi di mana tujuan menghalalkan cara.
Misalnya target untuk memperoleh pendanaan atas sebuah proyek (atau ide bisnis/start-up), adanya bias ini membuat pengusul proyek (atau founder bisnis/start-up) untuk cenderung berupaya agar proposal/prospektus-nya terlihat bagus di atas kertas. Walaupun kenyataannya mungkin berbeda.
Misrepresentasi strategis dapat ditemukan juga dalam berbagai kasus masalah keagenan (agency problem) pada pengelolaan perusahaan publik, serta berbagai kasus tekanan politik-organisasi; misalnya, persaingan untuk memperoleh posisi.
Misrepresentasi strategis pada dasarnya merupakan penipuan yang disengaja, dengan kata lain merupakan kebohongan, jika didefinisikan secara jujur.
Jika Anda ingin memenangkan kontrak bisnis atau mendapatkan persetujuan proyek, maka seringkali mengajukan proposal/perencanaan yang dangkal akan sangat berguna untuk pencapaian tujuan anda. Karena proposal/perencanaan ini dibuat dengan cenderung mengabaikan tantangan-tantangan besar, pada akhirnya akan membuat proyeksi perkiraan biaya dan waktu menjadi tampak lebih rendah/cepat, sehingga kontrak/proyek menjadi tampak lebih menarik (layak) dan disetujui.
Namun, seperti halnya hukum gravitasi dalam ilmu fisika, risiko/tantangan yang diabaikan selama perencanaan pada akhirnya seringkali akan menjadi bumerang, menghasilkan berbagai kasus keterlambatan/penundaan maupun pembengkakan biaya selama pelaksanaan. Saat hal ini terjadi, seringkali proyek sudah berjalan terlalu jauh untuk dihentikan. Mencapai “point of no return” inilah tujuan sebenarnya dari misrepresentasi strategis. Ini adalah politik.
Dalam buku terlarisnya, Thinking, Fast and Slow, Kahneman (2011) menulis, "Kesalahan dalam penyusunan anggaran awal tidak selalu tidak berbahaya (dengan kata lain seringkali berakibat fatal). Para penyusun rencana sering kali tidak realistis karena didorong oleh keinginan agar rencana tersebut disetujui—baik oleh atasan maupun klien—didukung pula oleh kepercayaan bahwa proyek jarang ditinggalkan tanpa penyelesaian hanya karena kelebihan biaya atau waktu" (hlm. 250–251). Gambaran yang dikemukakan Kahneman ini jelas bukan deskripsi atas bias kognitif psikologis, seperti optimisme, yang menurut definisi tidak berbahaya, melainkan sebuah bias politik, misrepresentasi strategis yang bertujuan untuk meng-gol-kan sebuah proyek.
Optimisme merupakan bias kognitif psikologis yang terdokumentasi di banyak penelitian ilmiah. Optimisme itu sendiri merupakan kecenderungan individu untuk terlalu optimistis atas hasil dari tindakan yang direncanakannya. Ahli ilmu saraf menyebutnya "salah satu penipuan terbesar yang dapat dilakukan oleh pikiran manusia" (Sharot, 2011). Dalam cengkeraman optimisme, orang-orang, bahkan para ahli sekalipun, ditemukan tidak menyadari bahwa mereka optimis. Mereka membuat keputusan berdasarkan visi ideal tentang masa depan, bukan berdasarkan bobot rasional atas keuntungan, kerugian, dan probabilitas. Akibatnya, mereka melebih-lebihkan manfaat dan meremehkan biaya. Sehingga tanpa sadar memutarbalikkan skenario keberhasilan dan mengabaikan potensi kesalahan dan salah perhitungan. Akibatnya, rencana-rencana yang disusun dalam cengkeraman bias optimisme kemungkinan besar tidak akan memberikan hasil seperti yang diharapkan dalam hal manfaat dan biaya.
Jadi apa yang membuat misrepresentasi strategis berbahaya? Karena disengaja, dilakukan dengan kesadaran penuh.
Sementara bias psikologis, seperti optimisme, tidak disengaja, muncul dengan sendirinya karena karakter psikologis dari penyusun rencana/pengambil keputusan.
Referensi:
Bent Flyvbjerg, “Top Ten Behavioral Biases in Project Management: An Overview,” Project Management Journal 52, no. 6 (December 2021): 531–46;
Daniel Kahneman, Thinking, Fast and Slow, (New York: Farrar, Straus and Giroux, 2011).
Tali Sharot, The Optimism Bias: A Tour of the Irrationally Positive Brain (New York: Pantheon, 2011)
Ana Guinote and Theresa K. Vescio, eds., The Social Psychology of Power (New York: Guilford Press, 2010).
Lawrence R. Jones and Kenneth J. Euske, “Strategic Misrepresentation in Budgeting,” Journal of Public Administration Research and Theory 1, no. 4 (1991): 437–60;
Wolfgang Steinel and Carsten K. W. De Dreu, 2004, “Social Motives and Strategic Misrepresentation in Social Decision Making,” Journal of Personality and Social Psychology 86, no. 3 March 1991): 419–34;