Credit & Growth: Lost in Translation
By R. Nugroho Purwantoro
FEB UI lecturer's who is always curious about the future
FEB UI lecturer's who is always curious about the future
Mengapa? Karena pada banyak kasus, kredit yang disalurkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya digunakan untuk membiayai pembelian aset yang sudah ada sebelumnya (aset lama), khususnya real estate. Pemanfaatan kredit semacam ini tidak memberi dampak yang proporsional terhadap permintaan barang dan jasa (tidak harus menumbuhkan pendapatan nasional secara proporsional). Akibatnya, kredit dapat saja tumbuh dengan tingkat yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. Atau dengan kata lain, menumbuhkan kredit 10% tidak serta merta menghasilkan pertumbuhan ekonomi sebesar 10% pula, bisa jadi jauh lebih kecil.
John Maynard Keynes membahas kemungkinan ini dalam Treatise on Money. Keynes mendefinisikan dua jenis transaksi dalam ekonomi: pertama, pembelian barang dan jasa saat ini, yang nilainya akan menjadi fungsi (menghasilkan) nilai nominal dari output perekonomian di saat yang sama (PDB nominal). Kedua, transaksi spekulatif dalam barang modal atau komoditas atau transaksi keuangan. Nilai jenis transaksi ini, tidak memiliki kaitan yang pasti dengan tingkat produksi saat ini dan ditambahkan lagi bahwa tingkat harga dari barang modal dapat bervariasi secara berbeda dari barang konsumsi. Sehingga, kredit yang dipakai untuk membiayai pembelian barang modal (termasuk real estate) yang sudah ada sebelumnya dapat tumbuh tanpa terkait dengan tingkat permintaan nominal saat ini. Dan, harga barang modal, didorong oleh pasokan kredit, dapat saja menyimpang. secara besar-besaran dibandingkan dengan harga barang dan jasa saat ini.
Di dalam ekonomi kebanyakan orang, sebagian besar kekayaan berada di (berbentuk) real estate dan tanah; bagi kebanyakan orang investasi terpenting mereka adalah rumah; dan sebagian besar kredit dikucurkan untuk membiayai pembelian rumah yang sudah ada sebelumnya. Pemahaman Keynes berguna untuk memahami dinamika dan implikasi dari kredit real estate terhadap siklus harga aset secara umum.
Misalkan, seseorang meminjam uang dari bank untuk membiayai pembelian rumah yang sudah ada sebelumnya (bukan bangunan baru dari sesuatu yang tidak ada sebelumnya): maka, harga rumah secara umum akan naik sebagai respons, dan orang-orang yang telah menjual rumahnya sekarang memiliki saldo uang lebih besar di bank. Saldo kredit, kekayaan, dan saldo uang secara keseluruhan pun meningkat, tetapi tidak ada peningkatan permintaan nominal untuk hasil produksi barang dan jasa saat ini.
Memang ada efek tidak langsung. Kenaikan harga rumah akan membuat orang merasa lebih kaya, dan beberapa pemilik rumah dapat saja kemudian mengkonsumsi lebih banyak dan menabung lebih sedikit. Dan beberapa penjual rumah, setelah sebelumnya melihat saldo uang mereka meningkat, mungkin kemudian menyalurkannya ke dalam investasi lainnya, yang secara potensial dapat merangsang, melalui berbagai rute tidak langsung, peningkatan investasi riil dalam perekonomian. Tetapi walaupun dampak semacam ini mungkin terjadi, tidak ada yang menjamin bahwa nilainya akan sepenuhnya proporsional dengan nilai kredit baru yang dikucurkan sebagai awalnya.
Selain itu, efek peningkatan kekayaan berbeda untuk setiap orang, efek ini dipengaruhi oleh distribusi kekayaan yang dapat saja asimetris dari waktu ke waktu: Orang-orang kaya misalnya, saat mengalami peningkatan nilai kekayaan atas aset perumahan mereka, belum tentu serta merta akan meningkatkan pengeluaran konsumsi mereka; sementara orang-orang yang lebih miskin cenderung akan mengurangi pengeluaran konsumsi secara sangat signifikan saat mereka mengalami penurunan nilai kekayaan. Semua ini, dijelaskan secara lengkap oleh Mian dan Sufi (2014).
Kesimpulannnya, penciptaan kredit untuk membiayai pembelian aset yang ada, tidak merangsang bertumbuhnya PDB nominal pada tingkatan yang sama seperti kredit yang dikucurkan untuk membiayai investasi riil baru ataupun kredit konsumsi.
Lebih jauh, lihat:
Keynes, JM (1930) A Treatise on Money, 2 volume. London: Macmillan & Company.
Mian, A., dan A. Sufi (2014) House of Debt. Chicago: Universitas Chicago Press.