Indonesia Gelap
Mengapa Protes Gagal?
a note from R. Nugroho Purwantoro, FEB UI lecturer's who is always curious about the future
Mengapa Protes Gagal?
a note from R. Nugroho Purwantoro, FEB UI lecturer's who is always curious about the future
Terdapat beberapa gagasan tentang bagaimana protes dapat berhasil mengubah masyarakat:
Konfrontasi Kekuasaan Secara Langsung: Protes yang berhasil, secara langsung menargetkan pihak pemegang kekuasaan, bukan cuma berfokus pada isyarat moral.
Permintaan Spesifik dan Material: Protes yang efektif memiliki tuntutan yang jelas, spesifik, dan material, yang ditujukan untuk mencapai konsesi dan perubahan kebijakan secara nyata. Bukan sekadar ekspresi kemarahan atau pertunjukan simbolis.
Leverage, Bukan Kinerja: Tujuan dari protes yang sukses adalah untuk menciptakan pengaruh, bukan hanya visibilitas atau tontonan. Karena ini, sering kali protes perlu melibatkan upaya menciptakan "gangguan terorganisasi" yang memaksa pihak yang berkuasa untuk merespons.
Solidaritas Lintas Perbedaan: Gerakan yang berhasil, membangun solidaritas di antara perbedaan individu, menyatukan orang berdasarkan kepentingan bersama. Solidaritas ini dibangun melalui risiko dan konflik.
Mengorganisasikan Tempat di mana Kekuasaan Berada: Alih-alih berunjuk rasa di taman/lapangan, protes yang efektif diorganisir dan dilakukan di tempat-tempat pusat kekuasaan, seperti kantor pusat perusahaan atau kantor pemerintahan, untuk menekan para pembuat keputusan secara langsung.
Mengganggu dan Mendesak Secara Moral: Protes yang efektif secara historis adalah protes yang "mengganggu, mendesak secara moral, dan spesifik secara material". Protes seringkali perlu melibatkan tindakan yang berisiko, menyebabkan penangkapan atau menciptakan ketidaknyamanan untuk dapat menyoroti urgensi tujuan protes.
Menantang Sistem, Bukan Hanya Gejala: Protes yang berhasil tidak sekadar bereaksi terhadap tokoh-tokoh individu, tetapi juga mengungkap kebobrokan sistem dan menantang dilakukannya perubahan atas ekonomi, kelembagaan, dan politik yang mendasarinya yang menjadi penyebab terjadinya masalah-masalah sosial.
Perjuangan Berkelanjutan: Perubahan sosial yang signifikan sering kali tidak dapat dicapai dalam sekejap, tetapi melalui perjuangan dan aktivisme berkelanjutan, bahkan hingga puluhan tahun.
Kesimpulannya, protes yang sukses menekankan konfrontasi langsung terhadap kekuasaan, tuntutan yang spesifik dan material, memanfaatkan peluang, membentuk solidaritas lintas perbedaan, pengorganisasian di mana kekuasaan berada, dan menantang masalah sistemik. Ketika menganalisis "Indonesia Gelap" melalui lensa ini:
Permintaan Spesifik dan Material: Aksi protes "Indonesia Gelap" tampak sudah sejalan dengan gagasan tentang tuntutan khusus. Para pengunjuk rasa menyuarakan keprihatinan yang jelas tentang pemotongan anggaran Presiden Prabowo Subianto yang memengaruhi pendidikan, program makanan bergizi gratis yang melibatkan militer dan polisi, dan peningkatan penindasan terhadap kritikus pemerintah. Mereka juga menuntut transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan, memperkuat lembaga antikorupsi, meminimalkan konflik kepentingan, melindungi kebebasan pers, dan mereformasi sistem politik untuk memperluas partisipasi publik. Ini semua adalah tuntutan konkret dan material, yang bertujuan untuk perubahan nyata.
Menantang Sistem: Protes "Indonesia Gelap" secara langsung membahas masalah sistemik inti: kecemasan publik atas meningkatnya pengaruh sekelompok elit terhadap kebijakan negara, yang bisa digambarkan sebagai "pengambilalihan negara" secara sepihak. Hal ini sejalan dengan ide bahwa untuk berhasil protes harus menyuarakan kegagalan ekonomi, kelembagaan, dan politik yang menjadi dasar timbulnya masalah sosial dan bukan alih-alih hanya berfokus pada gejalanya.
Mengorganisasikan Tempat di mana Kekuasaan Berada: Protes "Indonesia Gelap" dilakukan dengan aksi menyerbu kantor legislatif setempat hingga berkumpul di lokasi dekat Istana Presiden. Hal ini menunjukkan telah adanya upaya untuk mengorganisasi dan memprotes di tempat kekuasaan berada, yang merupakan elemen kunci dari protes yang berhasil. Ini bertujuan untuk memberikan tekanan pada para pembuat keputusan.
Solidaritas Lintas Perbedaan: Protes "Indonesia Gelap" diinisiasi oleh mahasiswa dan berbagai organisasi sipil, dan dengan cepat menyebar ke wilayah lain. Meskipun seberapa tinggi tingkat "solidaritas lintas perbedaan" belum dapat ditentukan tanpa perincian lebih lanjut, keterlibatan berbagai kelompok menunjukkan basis yang lebih luas daripada sekadar satu segmen masyarakat. Hal ini menunjukkan potensi "Indonesia Gelap" untuk membangun solidaritas, yang diidentifikasi sebagai hal penting bagi gerakan yang efektif.
Faktor lemah dari "Indonesia Gelap":
Leverage vs. Kinerja (Taktik): Sementara tuntutan dan target protes telah menunjukkan adanya pergerakan ke arah pengaruh, namun taktik yang digunakan oleh para pengunjuk rasa belum menimbulkan "gangguan terorganisasi" secara efektif, (bandingkan dengan aksi pemogokan dan tindakan konfrontatif demonstran di banyak negara maju), Protes yang berhasil harus dapat "mengganggu, mendesak secara moral, dan spesifik secara material". Sejauh ini, "Indonesia Gelap" belum berhasil memberikan pengaruh, melainkan cuma kinerja simbolis.
Sentimen Publik vs Kinerja: Protes "Indonesia Gelap" sejauh ini baru menjadi "pertunjukan simbolik" yang memberikan "isyarat moral", alih-alih memberikan konfrontasi secara nyata. Sentimen publik yang negatif menyiratkan bahwa pesan atau metode protes "Indonesia Gelap" belum bergema secara luas atau efektif, yang berpotensi menghambat kemampuannya dalam membangun dukungan luas ataupun mencapai tujuannya melalui tekanan publik. Ini merupakan konsekuensi dari protes yang dianggap hanya sebagai simbolik atau mengganggu tanpa pembenaran yang jelas oleh sebagian besar masyarakat.
Untuk meningkatkan keberhasilan protes "Indonesia Gelap" untuk perubahan sosial yang efektif, tindakan berikut layak dipertimbangkan:
Prioritaskan Konfrontasi Langsung: Walaupun protes "Indonesia Gelap" sudah melibatkan pengumpulan massa di dekat pusat kekuasaan dan mengangkat masalah sistemik seperti "pengambilalihan negara", langkah kunci menuju keberhasilan adalah memastikan taktik yang dapat menciptakan pengaruh konkret. Ini berarti bergerak melampaui cuma sekadar terlihat atau mengekspresikan kebajikan, menuju tindakan yang secara langsung mengganggu status quo atau memaksa konsesi dari mereka yang berkuasa. Ini dapat berbentuk aksi gangguan yang terorganisasi, kampanye tekanan berkelanjutan di lembaga tertentu, atau tindakan yang menciptakan biaya ekonomi atau politik bagi elit yang menjadi sasaran.
Memperbaiki Tuntutan agar dapat Ditindaklanjuti Secara Langsung dan Menyatukan: Protes "Indonesia Gelap" sudah memiliki banyak tuntutan khusus diantaranya terkait pemotongan anggaran, korupsi, dan kebebasan pers. Agar lebih berhasil, tuntutan ini harus terus diartikulasikan dengan sangat jelas dan dikaitkan dengan tindakan konkret yang dapat diambil oleh aktor tertentu. Tuntutan tersebut juga harus dibingkai dengan cara yang memaksimalkan kepentingan bersama di antara basis yang luas, daripada berfokus pada kemarahan pribadi.
Membangun dan Memelihara Solidaritas yang Luas: Protes "Indonesia Gelap" dipimpin oleh mahasiswa dan organisasi sipil, telah menyebar secara regional, yang merupakan awal yang baik. Namun, gerakan yang berhasil memerlukan pembangunan solidaritas yang mendalam di antara berbagai kelompok, termasuk pekerja, berbagai kelas sosial, dan kelompok etnis. Hal ini perlu dibangun melalui risiko dan konflik bersama, yang menyatukan orang-orang di sekitar kepentingan material yang sama.
Penargetan Strategis Pemegang Kekuasaan: Pendekatan saat ini, yaitu berkumpul di dekat kantor legislatif dan Istana Presiden, merupakan langkah awal yang baik dalam "menata tempat kekuasaan berada". Agar lebih berhasil, individu, lembaga, atau badan pemerintah tertentu yang paling berpengaruh terkait tuntutan harus diidentifikasi dan ditekan secara langsung melalui tindakan yang lebih terarah.
Mempertahankan Aktivisme di Luar Acara Tunggal: Gerakan-gerakan yang sukses dalam sejarah mencapai tujuan mereka bukan dalam satu kali gebrakan, tetapi melalui perjuangan yang berkelanjutan, bahkan selama puluhan tahun. "Indonesia Gelap" perlu mengembangkan strategi jangka panjang untuk aktivisme yang berkelanjutan, bergerak melampaui protes-protes yang terisolasi menuju kampanye-kampanye berkelanjutan yang membangun momentum dan mempertahankan tekanan.
Menangani Persepsi Publik dan Melawan Sentimen Negatif: Sentimen negatif yang signifikan terhadap tagar #IndonesiaGelap menunjukkan adanya tantangan dalam penerimaan publik yang lebih luas. Memahami dan secara strategis menangani persepsi publik yang negatif tanpa melemahkan tuntutan inti dapat menjadi hal yang penting untuk memperluas dukungan dan meningkatkan pengaruh. Ini mungkin melibatkan komunikasi yang lebih jelas tentang tujuan gerakan dan perlunya tindakan kepada masyarakat luas.