Sering tidak disadari, bahkan oleh praktisi ahli sekalipun bahwa kualitas data (khususnya data ekonomi) yang menjadi bahan baku perhitungan dan analisis cenderung semakin samar (fuzzy) sehingga semakin sulit untuk dinyatakan dalam ukuran indikator marjin kesalahan (margin of error atau berapa besar perkiraan “kemelesetan” angka yang kita nyatakan).
Kesalahan terbesar yang paling sering dilakukan adalah orang (termasuk praktisi ahli) cenderung berpikir angka yang digunakannya sebagai sesuatu yang bersifat pasti (diketahui secara menyeluruh, konstan, tidak memiliki variabilitas).
Padahal tidak ada yang pasti. Karena itu statistik mengenal margin of error, ukuran deviasi ataupun variabilitas sebagai indikator untuk mengingatkan bahwa suatu hasil analisis (dengan metode apapun) bisa mengandung range kesalahan yang besarnya tergantung kepada asumsi tingkat keyakinan (normalnya antara 95% - 99% tapi tidak pernah 100%) yang digunakan dalam proses perhitungan.
Sayangnya berbagai laporan penting mengenai berbagai perkiraan (ramalan) ekonomi yang disebarluaskan sering tidak memasukkan perkiraan ketidakpastian- margin of error.
Margin of error sendiri dapat mengukur seberapa jauh hasil kesimpulan yang dibuat statistik berbasis sampel mungkin meleset dari hasil kesimpulan yang (lagi-lagi) mungkin diberikan jika studi memakai seluruh data populasi, hanya karena “keberuntungan” dalam memilih sampel.
Margin of error sendiri hanya menggambarkan 1 jenis kesalahan yang dapat timbul sementara banyak sumber kesalahan lain yang juga bisa muncul.
Intinya ini cuma satu jenis indikator dari banyak jenis yang dapat “mengingatkan” kita akan ketidakpastian kesimpulan statistik.
Pada konteks menilai hasil survey, ukuran sampel dan margin of error adalah sama pentingnya dengan mengetahui bagaimana survey dilakukan dan bagaimana pertanyaan disajikan, semua berkontribusi akan besarnya ketidakpastian