Konsinyering atau rapat pertemuan bisnis di luar kantor (umumnya di luar kota, namun terkadang hingga ke luar negeri) harus memiliki tujuan tertentu (diluar wisata atau jalan-jalan). Idealnya rapat semacam ini dilakukan guna mendiskusikan dan meningkatkan efektivitas strategi perusahaan. Namun apa benar ini yang terjadi?
Berikut adalah langkah (agenda rapat) ideal yang saya sarankan:
Memulai dengan mencoba memahami situasi bisnis saat ini, dengan bertanya “apa yang terjadi di sini?”, dan mengeksplorasi jawaban. Kenyataannya, agenda pertama seringkali diisi dengan “ceramah” (atau upaya doktrinasi lainnya) mengkampanyekan apa yang menjadi keyakinan dari pemimpin puncak atas arah perusahaan (yang menurutnya sebagai strategi yang terbaik)
Memastikan bahwa strategi disusun dengan dipandu oleh apa yang terjadi di luar perusahaan (kekhawatiran eksternal) dan bukan hanya oleh apa yang dipikirkan orang-orang di dalam perusahaan (keprihatinan internal). Artinya, strategi harus dipengaruhi oleh faktor-faktor dunia nyata dan tantangan dalam lingkungan bisnis, sehingga strategi akan lebih efektif dan responsif.
Ikuti saran Henry Mintzberg, meskipun kita tidak bisa melihat segala sesuatu dengan sempurna, kita pasti bisa meningkatkan pemahaman kita. Sayangnya, keprihatinan internal seringkali mendominasi agenda kedua ini.
Strategi bisnis yang efektif menggabungkan kata-kata (kualitatif, seperti deskripsi dan penjelasan) dan angka (kuantitatif, seperti statistik dan angka) untuk membuat rencana terperinci. Rencana ini menjabarkan apa yang ingin dicapai perusahaan dan menguraikan langkah-langkah spesifik yang akan diambil untuk mewujudkan tujuan tersebut. Kenyataannya, lebih banyak waktu terbuang hanya untuk merumuskan kata-kata/slogan/jargon.
Setelah membuat strategi, perhatikan potensi risikonya. Pastikan bahwa rencana yang ditetapkan memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai tantangan, bahkan tantangan yang mungkin belum diketahui. Evaluasi risiko penting untuk memastikan bahwa strategi bersifat tangguh dan mudah beradaptasi, mampu menghadapi masalah atau perubahan yang tidak terduga dalam lanskap bisnis. Agenda yang seringkali terlupakan atau tidak sempat dijalankan, kalah penting dengan sesi wisata dan foto kenangan.
a note from R. Nugroho Purwantoro who curious about business obsession with "off-site meeting"