Putri Ayu N., S.Pd.Gr. - CARA BERPIKIR KREATIF DAN INOVATIF

CARA BERPIKIR KREATIF DAN INOVATIF

Berpikir divergen dan konvergen

Kreativitas adalah proses berpindah-pindah dari berpikir divergen dan konvergen. Ada saat yang tepat untuk berpikir divergen, ada juga saat yang tepat untuk berpikir konvergen. Contoh praktik berpikir divergen: brainstorming. Contoh praktik berpikir konvergen: seleksi gagasan. Jika tahap berpikir divergen diganggu konvergen (dan sebaliknya) proses kreativitas terhambat. Oleh karena itu, supaya ide dapat betul-betul bermanfaat, baik kemampuan berpikir divergen maupun konvergen sangat perlu untuk dikembangkan.

Aktifitas kelas untuk proses berpikir divergen atau konvergen dapat dilakukan pada banyak materi seperti menciptakan lagu dan manajemen pertunjukan. Kedua materi tersebut sangat menguras pemikiran peserta didik dan menimbulkan keputusan yang membutuhkan cara berpikir divergen dan konvergen.

Gagasan baru: bagi saya vs orang lain

Suatu gagasan/produk disebut kreatif jika: orisinal (baru), dan adalah solusi terhadap masalah tertentu. Materi ini berkaitan dengan aspek orisinal. Gagasan/produk bisa saja “baru” bagi saya (pencipta), tapi sudah lazim di masyarakat. Jadi, harus dibedakan antara berpikir kreatif dan produk kreatif. Berpikir kreatif berfokus pada menghasilkan gagasan orisinal (tidak menjiplak), sementara produk kreatif baru mungkin melibatkan penilaian orang lain. Produk inovatif hanya terjadi jika seseorang sudah punya mampu berpikir kreatif. Hal ini yang menyebabkan proses berpikir kreatif harus ditumbuhkan dulu menjadi kompetensi seseorang.

Cara saya untuk memunculkan ide kreatif pada peserta didik dalam proses pembelajaran, saya akan membuat proses pembelajaran yang paling utama yaitu nyaman ketika mereka sudah nyaman mereka akan berpikir lebih fokus dan cemerlang, saya akan membuat stimulus yang mengantarkan ke landasan materi yang kuat dengan indikator-indikator yang sudah ada agar tujuan pembelajaran tercapai, saya akan menampung pendapat dengan baik sehingga terciptanya kelas yang terbuka, saya akan meimplementasikan dan menuntun peserta didik dengan cara berpikir divergen, konvergen untuk menciptakan hal-hal baru yang lebih fresh, saya akan mengelaborasikan pengalaman yang sudah ada untuk di paparkan di dalam kelas sehingga mereka bisa mendapatkan inspirasi/pembelajaran dari hal yang sudah ada tersebut.

Dari kesalahan ke ide orisinal

Suatu gagasan/produk disebut kreatif jika orisinal dan memiliki efektivitas atau solusi terhadap masalah tertentu. Materi ini akan berkaitan dengan aspek solusi. Artinya, berpikir kreatif adalah bentuk khusus problem solving. Seringkali gagasan baru benar-benar orisinal setelah berulang-ulang direvisi. Proses revisi terus-menerus inilah yang tidak dipraktikkan oleh proses berpikir nonkreatif. Hal ini sejalan dengan kata-kata Edison: “Munculnya ide sebetulnya hanya memegang 1% saja dari kreativitas, tapi 99% lainnya adalah kerja keras”.

Evaluasi yang saya berikan pada peserta didik untuk menghasilkan karya pemikiran yang kreatif:

1. Kurasi ide dengan memberikan pemaparan yang sudah ada di keilmuan sekarang

2. Diskusi kelompok untuk menajamkan pemikiran antar individu satu dengan yang lain

3. Menggunakan model pembelajaran PBL

4. Apresiasi dan Kritik pada mata pelajaran seni musik

Mengambil risiko

Gagasan kreatif seringkali keluar dari pemikiran dan tindakan yang sudah menjadi tradisi. Gagasan tersebut belum masih minim praktik, bahkan mungkin belum ada dan berisiko memiliki celah kesalahan (kerugian mungkin besar dan/atau tidak terduga). Sebagai individu kreatif seharusnya tidak terhambat oleh ketakutan terhadap risiko-risiko tersebut, bukan karena ia tidak takut, tapi karena proses kreatif juga merupakan problem solving. Tepatnya, problem solving dalam kreativitas menempuh “extra miles”, artinya individu kreatif sudah mengkalkulasi risiko yang akan dihadapinya.

Hal yang saya lakukan untuk mendorong peserta didik berani mengambil risiko saat di kelas yaitu dengan cara;

1. Motivasi yang kuat untuk cinta akan proses

2. Penguatan materi dan mental bahwa yang ia ambil sesuai dengan apa yang mereka inginkan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan membuahkan hasil

3. Meyakinkan murid bahwa keputusan yang mereka ambil adalah hal yang baik yang dimana tidak menjadikan ide sebuah wacana saja melainkan ada langkah yang dilakukan untuk selalu mengevaluasi, kurasi, refleksi, dan aksi tanpa henti sampai hal yang efektif terwujud.

Referensi :

Colzato, L. S., Ozturk, A., & Hommel, B. (2012). Meditate to create: The impact of focused-attention and open-monitoring training on convergent and divergent thinking. Frontiers in Psychology, 3(APR), 1–5. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2012.00116

Goldschmidt, G. (2016). Linkographic Evidence for Concurrent Divergent and Convergent Thinking in Creative Design. Creativity Research Journal, 28(2), 115–122. https://doi.org/10.1080/10400419.2016.1162497

Zhu, W., Shang, S., Jiang, W., Pei, M., & Su, Y. (2019). Convergent Thinking Moderates the Relationship between Divergent Thinking and Scientific Creativity. Creativity Research Journal, 31(3), 320–328. https://doi.org/10.1080/10400419.2019.1641685

Referensi :

Drevdahl, J. E. (1956). Factors of Importance for Creativity. Journal of Clinical Psychology, 12(I), 21–26. https://doi.org/10.1002/1097-4679(195601)12:1<21::aid-jclp2270120104>3.0.co;2-s

Runco, M. A., & Jaeger, G. J. (2012). The Standard Definition of Creativity. Creativity Research Journal, 24(1), 92–96. https://doi.org/10.1080/10400419.2012.650092

Runco, M. A., & Acar, S. (2012). Divergent Thinking as an Indicator of Creative Potential. Creativity Research Journal, 24(1), 66–75. https://doi.org/10.1080/10400419.2012.652929

Page updated

Google Sites

Report abuse