BERBAGI UNTUK BERGERAK, TERGERAK DAN MENGGERAKKAN
AKSI NYATA DI SDN 1 KENDARI
Gerakanku pagi ini bermula dari janji yang terlontar dua minggu lalu. Aku menggas untuk melakukan gerakan berbagi dalam mengembangkan video pembelajaran sebagai media ajar. Ibu Heri dan Pak Bas menjadi rekan yang diajak bersama. Menggerakkan guru untuk berbagi ini juga melibatkan pengajar SDN 1 Kendari. Ibu Acy dan Fatma merupakan dua rekan guru dari sekolah tersebut. Mereka semua adalah peserta pelatihan guru penggerak angkatan lima. Senasib dan sepanggungan inilah yang mendorong keinginan untuk melakukan aksi nyata pertama. Hari Senin inilah waktunya untuk melakukannya.
Aku berinisiatif membuat spanduk dan sertifikat. Namun keinginan tidak semulus yang diharapkan. Waktu yang padat disaat liburan membuat ada saja yang terlupakan. Spanduk yang berubah membuat sisipan wajah kedua rekan dari sekolah pelaksana lupa diposisikan dengan nyata. Rekan meminta spanduk yang lama, tanpa disadari apa tujuannya. Saat berkegiatan, semuanya terungkap, jika dokumentasi harus mampu memposisikan semua personilnya sebagai pelaporan. Permohonan maaf, menjadi jalan untuk menutup kelemahan itu.
Sebelum pukul delapan pagi, akupun telah bergerak menyusuri jalan yang mulai mendung. Laju motor tuaku sedikit agak cepat dari biasanya. Keluaran tahun 2005 itu sudah tidak mampu melaju dengan sangat kencang. Sibuk mengamati jalan yang padat, tempat yang ditujupun terlewati. Setelah bertanya, aku pun harus balik arah untuk menjumpai papan nama SDN 1 Kendari. Aku pun disapa oleh Ibu Acy setelah turun dari motor. Bukan langsung duduk santai, aku harus menuju terlebih dahulu ke kamar kecil. Suasana dingin membuat tubuh harus mengimbanginya dengan pengeluran urine yang ada.
Kurang lebih setengah jam, kawan dan peserta lainnya berdatangan. Mengisi waktu, aku membantu untuk memasang spanduk dan menata tayangan yang akan ditampilkan. Aku bertugas untuk memaparkan teknik pengambilan gambar. Pak Bas, mengenalkan pemanfaatan fitur dan elemen canva sedangkan Ibu Heri menjelaskan tentang tata Bahasa dalam video pembelajaran. Sangat penuh ceria, Pak Oji berkesempatan hadir hari ini. Beliau adalah pengajar praktik di kelompok kami.
Suasana Pembukaan
Paparan Materi Ketiga
Sambutan Pak Oji
Paparan Pertama dan Kedua
Ibu Acy mulai membuka acara ketika semua dianggap telah siap. Seorang guru lelaki mengisi acara kegiatan pagi ini melalui doa bersama. Ibu Kepala Sekolah memberikan arahan sekaligus membuka secara resmi kegiatan. Selanjutnya Pak Oji memberikan sambutan singkatnya tentang akun belajar.id. Panggilan seorang guru di sekolah ini sangat berbeda. Ency menjadi sebutan guru perempuan sedangkan engku untuk guru lelaki. Pengaruh budaya Cina dan Melayu sangat besar dalam perjalanan sejarah sekolah. Sesuai informasi dari Ibu Suriati, sekolah ini berdiri sejak tahun 1910. Itu berarti masih berstatus sekolah rakyat. Beliau adalah guru namun telah menjadi kepala sekolah di tempat ini.
Ibu Ancy awalnya memandu acara sendiri. Beberapa saat kemudian Ibu Fatma muncul tiba-tiba. Bukan hanya membuat heran tetapi sangat terkejut. Ibu yang baru saja melahirkan anak ketiga ini datang bersama bayi mungilnya. Spontan suasana berubah. Mengucap syukur dan selamat menjadi acara diluar agenda. Beberapa peserta dan pemateri menyempatkan melihat sosok yang baru hadir dimuka bumi. Banyak doa terbaik yang diungkapkan. Harapan pun diucapkan sebagai motivasi Sang Ibu untuk terus bergerak bersama dalam program calon guru penggerak yang sedang diikuti. Saat aku tampil sebagai pemateri ketiga. Ibu Fatma diberikan kesempatan untuk berbagi bersama saat itu.
Keseriusan Peserta
Merancang Video Pembelajaran
Ruang Kegiatan
Peserta yang antusias
Kehadiran Ibu Fatma
Merubah sejenak agenda acara
Ibu Suriati sangat mengapresiasi kegiatan ini. Dukungan penuh diberikan agar worshop dapat berjalan dengan lancar. Hanya saat menerima tamu, beliau meninggalkan tempat kegiatan. Selebihnya bersama kami dalam menyimak penyampaian yang diberikan. Beliau berharap agar moment ini menjadi langkah perubahan bagi guru untuk meningkatkan pelayanan pada peserta didik. Media yang menarik dengan teknologi yang ada akan memberikan manfaat bukan hanya pada diri guru tetapi pada pelayanan sekolah dalam pendidikan. Bukan tanpa alasan harapan tersebut. Peserta tidak hanya diberikan paparan materi semata tetapi praktek perakitan hingga penggunaanya dilakukan. Pemanfaatan fitur dan eleman, menulisan teks hingga pengambilan gambar diperagkan secara personal. Diakhir sesi yang aku bawakan, seorang peserta didaulat mempresentasekan hasil karya yang telah menjadi produk media pembelajaran yang dibuatnya.
Menjelang masuk sore hari, kegiatan pun ditutup. Aku berkesempatan berbagi buku karya sendiri pada pihak sekolah. Goresan kalimat bermakna yang berjudul Keringat di Pelupuk Mata diserahkan pada Ibu Kepala Sekolah. Harapanya buku ini bisa menjadi koleksi perpustakaan sekolah. Apabila telah dibaca dapat diberikan pula pada guru lainnya. Buku ini memang jumlahnya tidak banyak. Hanya satu atau dua buku yang dikeluarkan saat mengikuti kegiatan. Disamping waktu yang lama untuk mencetaknya, masalah biaya menjadi kendala untuk menyimpan dalam jumlah banyak. Suasan puasa hari ini menjadi lebih bermakna dalam menggerakkan agar bisa tergerak untuk berubah. Membuat hal positif menjadi dalah harapan menatap masa depan yang semakin maju dan menantang.