22 LANGKAH YANG MENANTANG MEMAHAMI GURU PENGGERAK


Kendari, 6-7 Juni 2022


EKSPLORASI KONSEP MODUL 2.1

NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK



Sistem Berpikir cepat dan lambat


Cara kerja otak memiliki sifat kontradiksi yang berkeja berkesinambungan dalam menunjang usaha dan upaya dalam pertumbuhan dan pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Kerjanya bersamaan dan sama pentingnya dalam menapakkan ciri kehidupan manusia. Kerja otak reptil/mamalia merupakan cara kerja otak cepat. Otak ini mengontrol system kerja tubuh yang bisa memberi pengaruhi psikologis juga motorik manusia. Konsep kerjanya mendukung Otak primata / leluhur. Otak kedua ini merupakan cara kerja otak lambat namun penting dalam menunjang kehidupan. Hal ini sangat berpengaruh untuk mengelola kemampuan berpikir (logis, rasional, terstruktur) dan bertindak (mengambil keputusan).

Secara alamiah otak bisa mengkonversi energi, cepat bereaksi, menimbulkan sebagai ancaman sekaligus menganalisanya, berpikir dan belajar. Namun perlu diingat bahwa kerja organ diatur oleh bagian otak yang lain untuk menunjang kerja tubuh. Otak manusia memiliki potensi dalam belajar. Hal ini tidak statis tetapi elastis. Penggunaan otak berpikir lambat dari kerja otak luhur (manusia) dapat kita pelajari. Tujuannya agar otak Reptil dan Mamalia tidak begitu saja menjalankan sistem berpikir cepat dan mengambil alih pengendalian diri.

Peran Guru Penggerak di Sekolah

Mewujudkan lingkungan belajar siswa yang baik memiliki banyak cara. Salah satunya dengan pencanangan sekolah lingkungan, sehat, adiwiyata dan model di SMPN 17 Kendari. Menjadi ketua Tim Work Sekolah Lingkungan dan Adiwiyata Nasional menjadi wadah mengasah diri dalam belajar menjadi pemimpin pembelajar. Sebenarnya konsep tahapan BAGJA belum dikenal saat itu, namun langkah yang ditempuh telah seirama dengan konsep tersebut.

Kegiatan serupa juga dilakukan dalam program kegiatan sekolah lingkungan, sekolah sehat dan sekolah jaminan mutu atau sekolah model. Saat itu saya diberikan kepercayaan sebagai ketua tim work sekolah. Pencapaian sekolah dalam 10 besar nasional sekolah sehat, enam besar sekolah lingkungan, menjadi sekolah adiwiyata nasional petama di Sultra dan menjadi sekolah model manajemen mutu adalah bukti dan bakti warga sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang baik.

Manusia Merdeka

Makna “diri kita yang merdeka” yang dikemukakan oleh Aksioma Gletser mengandung pilihan. Artinya manusia selalu diperhadapkan pada sebuah pilihan dalam memaknai kebebasan dirinya. Itulah pengendalian diri sangat penting dalam memaknai merdeka pada kehidupan. Hubungan yang dijalin sebagai mahluk social menjadi sepanjang hidup yang terus berjalan dari masa lalu hingga sekarang. Perilaku memegang kendali terhadap dunia berkualitas kita. Semua dilakukan melalui tindakan, perasaan, pemikiran dan fisiologis. Tindakan yang diambil hanyalah sebuah pilihan untuk mengambil kendali atas perilaku dari suatu keadaan. Bukanya korban dari keadaan tersebut.

Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila

Profil Pelajar Pancasila tidak secara khusus diajarkan dalam matapelajaran di ruang kelas. Prinsip eksplisit dengan terintegrasi menjadi upaya mewujudkannya dalam proses menuntun para pendidik. Terpenting arti menggerakan dalam pendidikan (ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani) yang diberikan pada murid sehingga mudah menghidupkan dan mengaplikasikannya di lingkungan sekolah. Profil pelajar Pancasila ini terdiri enam poin. Pertama beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia Murid yang menyangkut religiuus spiritual serta ahlak mulia baik bagi dirinya, manusia lain, masyarakat, negara dan global. Kedua, berkebinekaan global yang menyangkut

Berbudaya, terbuka terhadap keberagaman, berinteraksi dan berkomunikasi postif pada sesama dan kemajemukan. Ketiga, gotong royong yakni Mampu berkolaborasi dan hidup berkelompok mencapai kesejahteraan bersama. Keempat mandiri yang menyangkut prakarsa/inisiatif dan tanggung jawab mengelola diri atas pengembangan diri dan prestasinya. Kelima adalah Bernalar Kritis, menyangkut memproses informasi dan mau terbuka terhadap pendapatnya. Keenam adalah Kreatif dengan elemen memodifikasi atau orisinalis yang bermakna, bermanfaat, dan berdampak untuk mengatasi berbagai persoalan.

Nilai-Nilai Guru Penggerak

Guru penggerak diupayakan senantiasa berpikir kritis, memahami perubahan, membangun keselarasan/koherensi dan berpikir berbasis aset. Hal tersebut akan mengarahkan untuk membuat keputusan spesifik dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Terdapat lima nilai-nilai seorang guru penggerak. Pertama perpihak pada murid yang bermakna mengutamakan kepentingan murid dari aset yang dimiliki dan menghilangkan pemuasan diri dalam mengajar. Kedua adalah mandiri yang bermakna selalu berinisatif namun bertanggung jawab dalam memulai perubahan tanpa harus menunggu perintah demi kualitas dan hasil kerjanya. Ketiga adalah reflektif, memanfaatkan pengalaman yang ada untuk memulai pembelajaran positif dan mengubahnya menjadi potensi diri dalam bekerja. Keempat kolaboratif, menjalin kerjasama dalam ketergantungan positif melalui saling percaya, menghargai dan mengakui dalam tim. Kelima inovatif, menciptakan kreasi baru yang “segar” dan tepat guna.

Pembentukan nilai diri seseorang

Terdapat tiga lingkaran dimensi lingkungan yakni lingkaran pengaruh, lingkaran kepedulian dan lingkaran perhatian. Lingkaran pengaruh contohnya supur yang memegang kendali terhadap penumpangnya dan lingkran perhatian adalah segala yang ada diluar bis. Penumpahnya adalah lingkaran kepedulian. Memakan banyak energi dan stress jika kita masuk mengurusi terlalu jauh pada lingkaran kepedulian dan perhatian. Olehnya itu kita harus mampu menempatkan diri sebagai pemimpin sehingga lingkaran pengaruhnya (ekosistem sekolah) berupa murid, guru, pegawai dan orang lain dalam sekolah. Keberdaan kita mampu memfasilitasi gotong-royong dalam mencari jawaban sebagai penyelaras konteks (context setter), bukan sekedar sebagai penyedia jawaban.

Diagram Identitas Gunung Es

Suka atau tidak, di luar kelebihan dan kelemahannya, baik atau tidak karakternya, guru sudah terlanjur dipandang sebagai orang yang dapat diteladani di tengah masyarakat kita. Guru sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi muridnya. Kini, pilihannya adalah memanfaatkan kesempatan itu dengan kesadaran penuh atau membiarkannya lewat begitu saja dan tidak melakukan apa-apa. Menjadi teladan harus diupayakan secara sadar.

Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.

Pada bagian ini, Bapak/Ibu akan menonton sebuah video pendek berjudul “Diagram Identitas Gunung Es” yang berusaha menggambarkan bagaimana karakter seseorang ditumbuhkan. Guru adalah tukang kebun, yang merawat tumbuhnya nilainilai kebajikan di dalam diri murid-muridnya. Guru berkesempatan untuk mengembangkan lingkungan yang dapat mempengaruhi identitas murid agar berproses menumbuhkan nilai-nilai kebajikan. Oleh karena itu, guru harus terus mengembangkan diri menjadi teladan nilai-nilai kebajikan dan memanfaatkan ekosistem lingkungan sadar-bawah sadar, fisik-psikis, maupun ekstrinsik-intrinsik untuk menumbuhkan nilainilai kebajikan dengan konsisten melalui gotong-royong bersama segenap anggota komunitas di sekolahnya

Peran Guru Penggerak

Peran guru penggerak adalah menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, menjadi coach bagi guru lain, mewujudkan kepemimpinan murid (student agency) dan menggerakkan komunitas praktisi. 4 kategori kompetensi sebagai kompetensi-kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin di lingkungan sekolah, yaitu: mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah. Seorang guru penggerak harus memilikinya.

Lima Kebutuhan Dasar Manusia

Seperti halnya hewan, manusia pun adalah mahluk biologis dengan sifat dasar dalam menjaga keberlanjutan generasinya. Terdapat lima kebutuhan dasar manusia untuk menunjangnya. Kebutuhan pertama adalah survival (bertahan hidup). Sandang, papan, pangan, kesehatan, keamanan dan kenyamanan masuk golongan ini. Kedua, love and belonging (kebutuhan untuk diterima). Kasih sayang, perhatian dan hubungan dengan orang lain yang positif masuk dalam bagian ini. Keluarga, teman, rekan kerja bahkan komunitas dan masyarakat luas adalah wadah sosialnya. Ketiga fereedom (kebebasan). Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan berupa hobi, keinginan, cita-cita dan hal positif lainnya menjadi contohnya. Keempat adalah power (kekuasaan). Aspeknya berupa membuka ruang pengembangan dan pengendalian diri serta mencoba hal menarik serta baru. Kelima adalah fun (kesenangan). Menyediakan tantang dengan gurauan, tawa, gembira namun belajar bermakna.

Tahap Perkembangan Psikososial Erik Erikson

Enam tahapan Erik Erikson dalam pertumbuhan kepribadian anak. (1) Tahap Usia 0-1,5 tahun. Masa harapan dan mengembangkan rasa percayaan. Jika tidak tesedia muncul ketidakpercayaan. (2). Tahap Usia 1,5-3 tahun. Masa menumbuhkan tekad dan kehendak. Jika tidak dikembangkan maka muncul keraguan dan rasa rendah diri. (3). Tahap Usia 3-5 tahun. Masa mengeksplorasi maksud dan tujuan-tujuan dalam kehidupan/lingkungannya. Jika tidak ditumbuhkan akan muncul rasa bersalah. (4). Tahap Usia 5-12 tahun. Masa kompetensi atau kebanggaan atas kemampuannya. Jika tidak menumbuhkembangkan maka tumbuh rasa inferior, merasa kecil dan tidak berarti. (5) Tahap Usia 12-18 tahun. Masa remaja (labil dan galau) dalam menebalkan identitas dirinya, mempengaruhi dimasa berikutnya. Jika tidak dituntun maka akan mengalami kebingungan peran. (6) Tahap Usia 18-40 tahun. Masa mulai mengeksplorasi hubungan relasi yang sifatnya pribadi (dewasa muda). Jika tidak ada kesempatan maka merasa terisolasi dari lingkungan sosialnya.

Wiraga-wirama Ki Hadjar Dewantara

1. Wiraga (periode usia 0-8 tahun): Taman indra – jasmani dan indra tumbuh pesat sehingga

a. Harus banyak bergerak (melatih otot kasar/besar), melatih otot halus,

b. Mengeksplorasi indera mereka (pendengaran, perasa, pengecap, penciuman, peraba, termasuk imajinasi), dan mengenali simbol-simbol.

Tugas guru - mengeksplorasi “dunia”nya (diri, sesama, dan lingkungan di dekatnya).

2. Wiraga-Wirama (periode usia 9-16 tahun): Keselarasan proses berpikir – Perkembangan jasmani dan indera. Tugas guru fokus dalam menuntun proses berpikir anak agar mereka semakin selaras (seirama) dengan sesamanya dan lingkungannya. menuntun anak untuk melakukan, membiasakan, menginsyafi, hingga akhirnya menyadari mengapa mereka (misalnya) melakukan kebiasaan baik.

3. Wirama (periode usia 17-24 tahun): Mengelola dan mengenali potensi diri, mengambil keputusan diri.

Mulai menata bagaimana agar masa depannya, membawa diri, menebalkan jati dirinya di tengah masyarakat dan lingkungan. Guru harus memapu menyadarkan mereka sehingga mampu membawa diri sebagai manusia yang merdeka.

Video pendek berjudul “diagram identitas gunung es”

Diagram identitas gunung es. Diagram ini diperkenalkan pertama kali oleh rekan-rekan psikolog tim Bandung Jawa Barat / Jabar masagi dalam program penguatan karakter sejak tahun 2016 untuk menjelaskan Bagaimana karakter seseorang dapat ditumbuhkan.

Halo Bapak Ibu calon guru penggerak video ini berisi tentang diagram identitas gunung es yang Menjelaskan konsep penumbuhan karakter

Fenomena gunung es di lautan dapat menggambarkan bahwa apa yang terlihat di permukaan tidak dapat menunjukkan sebesar apa yang tersembunyi di bawah permukaan laut. Gunung es mengajarkan bahwa kita tidak cukup hanya mempertimbangkan sesuatu dari apa yang terlihat di permukaan saja. Fenomena gunung es ini akan kita gunakan untuk mengumpamakan Bagaimana proses perubahan perilaku dan pertumbuhan karakter manusia terjadi.

Bagian gunung es yang terlihat di permukaan air sebanyak-banyaknya hanya sebesar 12%. Bagian itu adalah bagian karakter yang dapat terlihat oleh orang lain dan disadari oleh diri sendiri. Sisanya sebesar 88%, berada di bawah sadar. Berada di dalam diri masing-masing orang. Perlu usaha tersendiri untuk melihatnya apalagi mengubahnya. Di bawah permukaan laut sebagai bagian terbesar gunung es ada dalam diri tiap manusia. Di sana diumpamakan ada sebuah kotak hitam yang berisi nilai-nilai kepercayaan, pola pikir yang semuanya mendasari tentang bagaimana seseorang berperilaku.

Kotak hitam ini adalah identitas hakiki seorang manusia tersembunyi. Jadi karakter yang dapat kita lihat atau yang terlihat dari seseorang sesungguhnya didasari oleh perilaku-perilaku yang berulang telah ia lakukan. Sehingga akhirnya menjadi kebiasaan-kebiasaan. Kemudian kebiasaan-kebiasaan itu secara kumulatif menjadi gambaran umum karakter seseorang.