JURNAL DWI MINGGUAN KE-3

1. Facts (Peristiwa)

Jumat, 17 Juli merupakan awal keguatan pelatihan Calon Guru Penggerak (CGP) untuk modul 1.3. Materinya menyangkut visi guru penggerak. Seorang guru penggerak harus mampu merumuskan visi yang menggerakkan hati dan kolaborasi dalam menumbuhkembangkan Profil Pelajar Pancasila pada murid-murid. Guru penggerak juga selalu mengupayakan pencapaian visi melalui prakarsa perubahan yang positif dan apresiatif. Membaca judul dan tujuan umum ini membuat diri menjadi berpikir jauh. Apakah guru penggerak akan ahli dalam manajerial di lingkungan sekolah?

Terdapat beberapa tuntutan yang harus dipenuhi untuk menjawabnya. Guru senantiasa berupaya mengartikulasikan Profil Pelajar Pancasila dalam kalimat visi, merumuskan kalimat visi yang menggerakkan hati dan kolaborasi, menentukan prakarsa perubahan yang menantang, bermakna, kontekstual, dan relevan, memahami bahwa prakarsa perubahan adalah bagian dari upaya untuk mencapai visi yang telah dirumuskan, membuat rencana prakarsa perubahan di tempat di mana mereka berkarya menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif, menjalankan rencana prakarsa perubahan di tempat di mana mereka berkarya menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif.

Kini kata kuncinya telah ditemukan Profil Pelajar Pancasila, menggerakkan hati dan kolaborasi, prakarsa perubahan dan menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif. Apakah visi sekolah telah mengacu pada hal tersebut? Beberapa pekan sebelumnya, tim pengembang sekolah rapat. Agendanya tunggal, membahas tentang visi, misi dan tujuan sekolah. Rupanya cara yang ditempuh masih belum sesuai. Pada modul ini diperkenalkan isitilah BAGJA. Rupanya merumuskannya harus sesuai alurnya. Buat pertanyaan – ambil pelajaran – gali mimpi – jabarkan rencana – ambil esksekusi. Kata kunci diatas juga harus sesuai. Apakah kata-kata kunci tersebut penting? Kurikulum Merdeka menjadi hal baru. Inilah saatnya untuk berubah. Visi sekolah pun harus sesuai.

Apakah visi itu harus dikerjakan kembali? Ilmunya baru saja diterima minggu ini. Rupanya tidak bisa tergesa-gesa, dikerja sendiri ataupun hanya mengandalkan satu sumber pertimbangan. Kami hanya mengacu pada rapor Pendidikan yang dikeluarkan Lembaga pemerintah. Profil pelajar Pancasila, kolaborasi, kekuatan berbasis asset, kelemahan, pernyataan apresiatif, dibahas rinci tiap masalah, menyusun BAGJA dan banyak hal lainnya yang perlu dipertimbangkan.

Saya sangat bersyukur mendapatkan materi ini. Setidaknya bisa memberikan sumbangsih pikiran dalam penetapan visi dalam kurikulum sekolah. SMPN 17 Kendari saat ini telah menjalankan kurikulum merdeka. Hal ini penting dan sejalan untuk membentuk program sekolah secara kolaboratif.

Namun sayang sekali, kegiatan ini harus terhenti. Peralihan kegiatan dari pusat ke daerah menjadi penyebabnya. Sebulan lebih pelatihan menjadi vacuum. Namun kelompok kami tidak membuatnya membeku. Berbagai kegiatan dilakukan baik dalam komunitas maupun tingkat sekolah bahkan individu secara mendiri. Awal Agustus 2022, akhirnya kegiatan dimulai kembali. Materinya masih lanjutan modul 1.3.

2. Feelings (Perasaan)

Gincangan perasaan terlintas saat menyusun visi sekolah. Penerapan kurikulum merdeka membuat visi yang ada sebelumnya harus direvisi. Pehaman yang beragam dari tim membuat pembahasannya berkepanjangan. Saya berharap, materi modul 1.3 ini bisa membantu. Namun kenyataannya diluar dugaan. Pengehntian sementara program ini membuat saya mencari alternative lain.

Banyak harapan untuk menimba ilmu pada modul ini. Visi guru penggerak ini bukan hanya mengekspoitasi nilai dan peran guru penggerak semata. Akan tetapi jauh dari itu dan lebih mendalam. Apakah penerapan profil pelajar Pancasila ini bisa membantu kegiatan proyek di sekolah? Apa hubungannya dengan pengembangan sekolah? Bagaimana menyusunya dan menerapkannya? Begitulah sebagian kecil pertanyaan yang datang silih berganti.

3. Findings (Pembelajaran)

Pembelajaran pertama yang diperoleh adalah merumuskan visi pribadi mengenai murid dan sekolah yang menumbuhkembangkan Profil Pelajar Pancasila. Pada materi ini diberikan tuntutan untuk membuat “gambar” yang bertemakan “Imajiku tentang murid di masa depan”. Buatlah satu gambar mengenai murid yang Bapak/Ibu dambakan 5-10 tahun mendatang.

Hal yang mencerahkan yakni konsep Inkuiri Apresiatif telah memberikan arah pemikiran untuk menyusun rancangan program peningkatan pelayanan pembelajaran pada peserta didik. Perubahan menajerial ini diterapkan dengan pola pikir positif untuk mengembangkan potensi diri dan lingkungan kerja. Hal ini sebagai inisiatif melakukan sebuah perubahan dalam Pendidikan dilingkungan sekolah. Inilah langkah upaya untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dalam visi yang disusun

Saya membayangkan upaya penerapan Ingkuiri apresiatif dalam konteks keseharian sebagai pendidik akan mencakup dalam 3 aspek pengaruh dalam mewujudkan profil pelajar pancasila yakni (a). Lingkungan kelas. Terdapatnya langkah terarah untuk peningkatan kualitas mengajar yang dilakukan melalui peran saya sebagai guru matapelajaran. (b). Lingkungan sekolah. Terjadinya kolaborasi yang terarah dalam melaksanakan program kegiatan sekolah yang berpihak pada murid baik. (c). Lingkungan masyarakat. Terjalinnya koordinasi dan korelasi yang baik sebagai anggota masyarakat sekitar sekolah dalam mendukung program kegiatan sekolah dan mebangun kepercayaan masyarakat secara kelembagaan.

Paparan kontektual penerapannya dapat dilakukan melalui 5 nilai profil pelajar Pancasila berikut: (1).Ketagwaan dan ahlak mulia dilakukan melalui menanamkan nilai positif pada kegiatan menjalankan ajaran agama/kepercayaan yang dianutnya (Salat berjamaah, berdoa dikelas, jumat berkah). Sisi integritas serta kesehatan diri (Kamis sehat, mencuci tangan, upacara bendera). Pelestarian dan pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan melalui piket kebersihan, pembiasaan pagi atau buang sampah pada tempatnya dengan tepat. serta mengaktualisasikan hak dan kewajibannya warga negara berupa taat pada pareturan sekolah dan undang-undang yang berlaku serta mengetahui haknya sebagai murid. (2).Berkebhinekaan global dilihat dari kemampuan berinteraksi dengan menghargai, berefleksi dan berkeadilan sosial. Menghargai pendapat teman, bekerja sama dalam proyek atau tugas kelompok, tidak memihak pada salah satu teman karena kepentingan pribadi, mengintropeksi diri. (3).Gotong-royong indikatornya adalah mampu berkolaborasi, peduli dan saling berbagi (bergotong royong dalam pembenahan lingkungan sekolah, berkerja dalam tim/kelompok, mau membantu teman dalam bekerja, memberi usul/masukan/gagasan/ide, mengajarkan hal yang diketahui pada kawannya. (4).Kemandirian siswa terlihat pada kemampuan mengembangkan diri, berprestasi, bertanggung jawab serta mengelola diri sendiri (tau perannya, mengerjakannya dengan mandiri untuk pengembangan dirinya, berinisiatif dalam memecahkan masalah, mampu menjelaskan sesuai sudut pandangnya, bisa menghasilkan karya/produk/gagasan) (5).Kreatifitas siswa diwujudkan melalui kemampuan mengolah, menganalisa, mengevalusi dan merefleksi informasi (tidak termakan issu hoaks, menghasilkan gagasan baru dalam menjawab permasalahan, mencari kelemahan yang ada, memilah informasi yang berguna dan penting).

Upaya kolaboratif efektif yang muncul dari inisiatif sendiri maupun suatu Lembaga ataupun kelompok selalu mengarah pada penemuan hal positif. Filosofi atau landasan berpikirnya dapat mencajup masa lalu, masa kini maupun keadaan masa akan datang.

Rupanya sebuah visi memiliki kemampuan untuk menyemangati lalu menggerakkan hati sehingga dapat mendorong kolaborasi tiap anggota sebuah komunitas. Mewujudkannya harus ada perubahan yang mendasar serta adanya upaya yang konsisten. Begitulah tujuan sebuah visi untuk membentuk perubahan dari masa saat ini ke masa mendatang. Di dunia sekolah, para pemimpin sekolah hendaknya harus mulai melalui langkah memahami lalu kemudian mendorong sebuah perubahan budaya sekolah. Ini butuh waktu dan tahapan untuk menggapainya. Berkesinambungan dan berkelanjutan. Mweujudkannya melalui seboyan tut wuri handayani.

Pendekatan merupakan alat untuk mencapai tujuan. Mengeksploitasi paradigma yang digunakan adalah Inkuiri Apresiatif (IA) sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Inilah sebuah landasan berpikir sebagai upaya kolaboratif dalam menemukan hal positif baik dari diri maupun suatu organisasi dan dunia di sekitarnya. Situasinya baik di masa lalu, saat kini maupun di masa depan. Saat ini membutuhkan mata untuk mengungkap hal yang benar dan baik. Membukakan kemungkinan perbaikan maupun memberikan apresiasi sesuatu yang berjalan baik. Hal ini akan dapat berkembang secara berkelanjutan. Menurut Drucker, kepemimpinan dan manajemen adalah keabadian. Oleh sebab itu, seorang pemimpin bertugas menyelaraskan kekuatan yang dimiliki organisasi. Harus menemukan kelemahan sesuatu system untuk menghilangkan penghalang untuk focus menyelaraskan kekuatan.

Ada berepa hal penting yang bisa saya petik yakni

1. Cakupan profil pelajar Pancasila tercakup secara kuat dari sudut pandang Generasi Yang Cerdas, Berdaya Saing, Beriman dan Bertakwa dan Berilmu Pengetahuan dan Teknologi, Peduli Lingkungan dan Sosial – Budaya.

2. Visi yang diusung berdasarkan potensi kekuatan asset sekolah dalam hal sekolah lingkungan, sekolah karakter dan sekolah ramah anak. Semuanya diwujudkan melalui kalimat indokator visi yang dijabarkan secara khusus.

3. Harapan yang tersirat pada visi itu terlihat pada indikatornya yakni Pendidikan berwawasan religious, global dan pengembangan keterampilan abad 21.

Ketagwaan dan ahlak mulia dilakukan melalui menanamkan nilai positif pada kegiatan menjalankan ajaran agama/kepercayaan yang dianutnya, inegritas serta kesehatan diri, pelestarian dan pemeliharaan lingkungan hidup serta mengaktualisasikan hak dan kewajibannya warga negara. Berkebhinekaan global dilihat dari kemampuan berinteraksi dengan menghargai, berefleksi dan berkeadilan sosial. Gotong-royong indikatornya adalah mampu berkolaborasi, peduli dan saling berbagi Kemandirian siswa terlihat pada kemampuan mengembangkan diri, berprestasi, bertanggung jawab serta mengelola diri sendiri Kreatifitas siswa diwujudkan melalui kemampuan mengolah, menganalisa, mengevalusi dan merefleksi informasi Berpikir kritis terlihat pada kemampuan memberikan gagasan, karya dan tindakan orisinal untuk memecahkan masalah.

Saya memimpikan murid-murid yang Memegang teguh dan melaksanakan ajaran agama atau kepercayaan yang dianutnya serta memiliki akhlak yang terpuji. Memiliki jiwa sosial dan saling menghargai dalam berinteraksi untuk mewujudkan keadilan dalam pergaulannya, Mampu berkerjasama dan berbagi, mengelola/mengembangkan dirinya sehingga berprestasi dan bertanggung jawab. Memiliki ide/gagasan sehingga mengolah, menganalisa, mengevaluasi serta merefleksi informasi yang diperolehnya. Membuat karya ataupun tindakan nyata yang orisinal untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.


Saya percaya bahwa murid adalah Jiwa yang memiliki kodratnya yang butuh penanaman nilai-nilai karakrekter untuk dapat perilaku positif, baik sebagai Hamba Allah maupun mahluk sosial dalam mencapai kesejahteraan hidupnya.


Di sekolah, saya mengutamakan penanaman nilai karakter yang terkandung dalam nilai-nilai profil pelajar pancasila bagi kehidupan tatak rama sekolah serta mengimplementasikan pemanfaatan teknologi pada kegiatan persekolahan maupun pembelajaran.


Murid di sekolah saya sadar betul bahwa Penanaman imtaq harus beriringan dengan pengusaan iptek sehingga murid memiliki karakter baik yang berbudaya dalam mewujudkan cita-cita dan harapan hidupnya kedepan.


Saya dan guru lain di sekolah saya yakin untuk menuntun murid dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila dalam kehidupan sekolah untuk mendukung generasi yang maju namun berkarakter serta berbudaya.


Saya dan guru lain di sekolah saya paham bahwa Mewujudkan harapan dan keinginan itu penuh dengan tantangan sehingga harus melakukan keteladanan diri, perubahan dan terus belajar sesuai jaman untuk menuntun murid sesuai dengan kodrat diri dan alamnya sehingga mampu meningkatkan mutu lulusan yang berjiwa profil pelajar Pancasila.

1. Future (Penerapan)

Inkuiri apresiatif (AI) memberikan arah rancangan awal untuk memlui tindakan. Dapat berupa kegiatan dalam sekolah atau bisa juga diluar sekolah. Baik bersifat pembelajaran, ektrakurikuler maupun program unggulan. Rancangan ini sangat efektif digunakan di kelas, sekolah maupun keterkaitan dengan masyarakat serta steakholder pendidikan. Hal tersebut diuraikan dalam BAGJA. Urutannya dimulai dari buat pertanyaan, ambil pelajaran, gali mimpi, jabarkan rencana dan atur eksekusi. Alur tersebut menjadi arah yang ditempuh untuk merealisasikannya.

Perencanaan yang matang ini sangat baik untuk mendorong pendidik maupun peserta didik. Khususnya dalam mewujudkan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang filosofi pendidikan di ruang kelas. Membuat pembelajaran berbasis proyek misalnya. Pengembangan minat, bakat maupun kemampuan anak dalam bentuk yang beragam sesuai potensi anak dan lingkungannya. Hal itu akan memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembuatan bank sampah untuk menanggulangan pencemaran lingkungan menjadi contoh kongkritnya. Prakarsa perbuhannya dapat berupa, mewujudkan bank sampah sekolah yang bernilai ekonomis.

Menumbuhkan perilaku positif tanpa harus memaksakan kehendak guru. Terdapat struktur organinasi siswa, kesepakatan bersama tentang aturan kegiatan, bentuk pemanfaatannya maupun jalinan kolaborasi internal dan eksternal, Menuntun mereka untuk menghargai lingkungan hidupnya sekaligus bersosialisasi pada orang lain. Menukar sampah menjadi uang, melakukan kredit berbasis pemanfaatan sampah, belajar menabung dari usaha mandiri, mengenal berorganisasi, saling membantu, melatih disiplin diri, berbagi dalam barter, menjual produk kerajinan, belajar mengolah sampah hingga menjadikan kegiatan itu kearah ekonomis. Bisa jadi aplikasi maupaun memanfaatan teknologi informasi ikut serta dalam manajemen sederhananya. Guru yang berperan sebagai fasilitaor akan menuntun siswa sesuai dengan kodrat alam maupun jamannya. Lingkungan tidak terabaikan namun masalah lingkungan bisa teratasi dengan kecanggihan teknologi yang mereka kuasai.

Uraian diatas hanya satu contoh kegiatan yang bisa dilakukan. Pada kurikulum merdeka ada banyak proyek profil pelajar pancasila yang bisa dikembangkan. Visi sekolah dapat dijabarkan dalam banyak kalimat prakarsa perubahan. Salah satu upaya mewujudkan geberasi emas yang cerdas dan berprofil pelajar pancasila dapat melalui perwujudan komunitas menulis seventeen. Prakarsa perubahannya adalah, mewujudkan komunitas menulis seventeen melalui pembelajaran berliterasi sains yang menyenangkan.

Upaya ini dirancang di SMPN 17 Kendari. Kegiata literasi ini memiliki banyak bentuk sehingga murid bisa memilih sesuai dengan bakat dan minatnya. Peran guru adalah penuntun dalam komunitas praktisi kelas. Menyukseskan pembelajaran murid dengan cara dan arah profil pelajar pancasila. Program ini tidak hanya menggerakan siswa tetapi guru lain dalam kegiatan. Tentu ada coach, monev dan kolaborator. Sebuah prestasi bersama dapat berupa kumpulan tulisan pengelaman yang diterbitkan. Itulah susunan direksinya harus jelas.

Korelasi kegiatan dengan ekstrakurikuler maupun struktur kerja sekolah akan memberikan dampak terhadap upaya bergerak, tergerak dan menggerakkan bagi orang lain. Konsistensi dan tanggung jawab inilah menjadi ikatan kolaborasi. Agar kegiatan bisa berkembang tentu dituntut adanya nilai-nilai guru penggerak yang maksimal. Kemandirian, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid merupakan kata kunci dalam diri untuk memainkan peran dalam kegiatan.

Terdapat inisiatif untuk memulai perubahan melalui bekerjasama dengan berbagai pihak dalam mewujudkannya. Ide dan gagasan baru akan memberikan warna lain sebagai pembeda. Tentu ada pembelajaran dari kegagalam maupun kelemahan yang ditemui. Perbaikannya dilakukan agar kegiatan dapat berpihak seutuhnya pada murid.

Peran guru ini penting untuk tetap menjaga konsistensi dan kesinambungan dalam bertindak pada hal positif. Sebagaimana Ki Hajar Dewantara dalam asas trikonnya. Harus ada kontinyuitas, konvergen dan konsisten dalam melakukan pembelajaran. Membangun komitmen menjadi penting agar prakarsa perubahan yang dibuat dapat efektif dan efisien. Suhardin (CGP Angkatan 5 Kota Kendari)

Sabtu, 13 Agustus 2022. Jurnal Dwimingguan Ketiga.

Suhardin – Guru IPA dan Prakarya SMPN 17 Kendari.

Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kota Kendari (45.05.01)