JURNAL DWIMINGGUAN 2


JURNAL DWIMINGGUAN KEDUA : MENAKAR HARAPAN DI MODUL 1.2

SUHARDIN – CGP 5 KOTA KENDARI

Jurnal minggu ini menggunakan teknik 4F. Cara ini merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway Thapannya adalah 1. Facts (Peristiwa): 2. Feelings (Perasaan): 3. Findings (Pembelajaran): 4. Future (Penerapan):

1. Facts (Peristiwa)

Jumat, 3 Juni 2022 merupakan hari pertama pembelajaran modul 1.2. Tema yang diusung adalah nilai-nilai dan peran guru penggerak. Seperti sebelumnya, kegiatan diawali dengan mulai dari diri dan eksplorasi konsep. Hanya sehari saja bagian ini dipelajari. Setelah hari minggu yang padat, saya disuguhkan materi yang padat dan beritun. Hari senin menjadi waktu pengerjaan eksplorasi konsep berupa forum diskusi. Sehari setelahnya ruang kolaborasi terbuka yang diikuti dengan demostrasi kontekstual , elaborasi pemahaman koneksi antar materi dan aksi nyata.

Dibagian awal diperkenalkan tentang trapezium usia. Mengingat kejadian masa lalu yang positif memang menggugah semangat. Namun hal negatifnya sangat susah diungkap. Tetapi ini hal menarik karena memberikan pelajaran untuk jalan hidup kedepan. Apa yang dapat saya ceritakan mengenai salah satu dari nilai-nilai GP (berpihak pada murid, inovasi, kolaboratif, reflektif dan mandiri) yang telah membantu saya dalam melayani murid saya dengan lebih baik? Tuliskan dalam bentuk narasi singkat untuk berbagi dalam kelompok dalam tahap ruang kolaborasi. Begitulah yang tertulis pada forum diskusi eksplorasi kelompok. Mengerjakannya selama sehari pada 3 Juni 2022. Saya pun mengungkapkan aksi nyata yang pernah dilakukan.

Saya akan menceritakan tentang nilai kolaboratif. Hal ini saya pilih karena banyak makna yang bisa dipetik dari nilai pada aspek ini. Alasannya adalah :

1. Membuat sebuah inovasi pembelajaran tidak akan berhasil tanpa adanya jalinan kerjasama dengan banyak orang. Membuat kesepakatan kelas bersama siswa, meminta bantuan rekan kolabirasi dari guru, meminta dukungan pihak sekolah, bantuan keluarga dalam dokumentasi dan sarana serta pihak lainnya untuk penilaian produk dan finising. Hasilnya telah membawa berkah bukan hanya saya sebagai guru tetapi sekolah, siswa dan keluarga mendapatkan manfaatnya. Menjuarai beberapa kompetisi nasional telah membawa mimpi untuk bisa berbulan madu setelah 17 tahun menikah. Nama sekolah makin dikenal dan yang terpenting siswa mampu mendapatkan pembelajaran yang berbeda dengan hasil yang baik.

2. Sebagai ketua, maka kerjasama dalam Tim work sangat penting. Hal ini telah mampu memberikan prestasi bagi sekolah dalam pencapaian sekolah adiwiyata pertama di Sultra, Top ten Sekolah Sehat Tingkat Nasonal, harapan tiga sekolah lingkungan tingkat nasional dan menjadi sekolah model. Pencapaian tersebut telah menjadikan sekolah menjadi sumber belajar dan tempat bersekolah yang BERSERI (bersih, sehat, rindang dan indah) bagi peserta didik.

3. Menjalin kolaborasi dengan siswa dalam gerakan literasi telah melahirkan regenerasi penulis. Diawali dengan kelompok ilmiah remaja, jurnalistik sekolah dan sekarang menjadi komunitas menulis seventeen. Medali emas hingga penghargaan diperoleh siswa dalam kontek kolaborasi ini. Bahkan ada siswa mampu kegiatan internasional. Piala pertama sekolah ini diraih dari karya tulis siswa.

Jawaban nomor 2 adalah aksi nyata yang pernah dilakukan sebagai Peran Guru Penggerak

1. Menjadi Pemimpin Pembelajaran-Ketua Tim Work Kegiatan sekolah berskala nasional

Mewujudkan lingkungan belajar siswa yang baik memiliki banyak cara. Salah satunya dengan pencanangan sekolah lingkungan, sehat, adiwiyata dan model di SMPN 17 Kendari. Menjadi ketua Tim Work Sekolah Lingkungan dan Adiwiyata Nasional menjadi wadah mengasah diri dalam belajar menjadi pemimpin pembelajar. Sebenarnya konsep tahapan BAGJA belum dikenal saat itu, namun langkah yang ditempuh telah seirama dengan konsep tersebut.

Kegiatan serupa juga dilakukan dalam program kegiatan sekolah lingkungan, sekolah sehat dan sekolah jaminan mutu atau sekolah model. Saat itu saya diberikan kepercayaan sebagai ketua tim work sekolah. Pencapaian sekolah dalam 10 besar nasional sekolah sehat, enam besar sekolah lingkungan, menjadi sekolah adiwiyata nasional petama di Sultra dan menjadi sekolah model manajemen mutu adalah bukti dan bakti warga sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang baik.

2. Menjadi Coach Bagi Guru Lain – Peran guru senior di sekolah

Berstatus guru senior menjadi beban sekaligus rahmat. Bebannya, jaman telah menggeser banyak hal. Kemajuan teknologi yang tidak seimbang dengan kemampuan menguasainya dengan cepat. Rahmatnya, dijadikan panutan dan bertanggung jawab dalam rumpun mata pelajaran. Menilai kinerja, memberi saran dan motivasi serta memberikan contoh pada rekan-rekan. Menjabat sebagai ketua MGMP Prakarya dan Instruktur IPA menjadi jembatan untuk menjalankan tugas tersebut. Membimbing guru dalam karya ilmiah dan menulis pernah dilakukan. Memberikan materi sekilas tentang praktek baik dalam mengajar dilakukan saat kegiatan sekolah. Pemateri kegiatan siswa dalam OSIS, pembina kegiatan ekskul dan ketua panitia kegiatan sekolah dilakukan melalui kerja sama warga sekolah. Prestasi warga sekolah dari pembimbingan bukan hanya diperoleh pada level kota saja. Beberapa prestasi nasional bisa dicapai.

3. Menjadi Coach Bagi Guru Lain – Narasumber maupun pemateri dalam kegiatan lokal dan nasional

Berbagi dengan kawan lain dilakukan bukan hanya saat pelatihan saja. Seminar dan lokakarya juga menjadi wadah menbagi pengalaman praktik baik yang telah dilakukan. Undangan dalam symposium, desiminasi maupun seminar nasional adalah rahmat Allah yang sangat besar.

4. Mendorong kolaborasi - Aksi nyata yang telah dilakukan diantaranya dalam menjalankan sekolah model penjaminan mutu. Hal ini merupakan langkah memperbaiki pembelajaran bagi para guru. Ditunjuk menjadi ketua tentu menjadi tantangan tersendiri. Bukan hanya merancang program namun menjadi model praktik baik dalam pembelajaran dilakukan dalam program ini. Memberikan materi pembimbingan serta mendorong kerjasama dalam menampilkan pembelajaran terbaik bagi murid. Membuka diri terhadap kelemahan dilakukan untuk pembenahan. Berdiskusi dan menjalin kolaborasi antar instansi menjadi pilihan. Hasil yang dicapai kemudian menjadi bahan diskusi dengan sekolah lain yang mendapatkan program serupa.

5. Mendorong kolaborasi – Menginisiasi kegiatan swadaya di sekolah

Mendorong Gerakan literasi sekolah dengan membentuk komunitas menulis seventeen. Kegiatannya berupa penulisan karya tulis ilmiah, jurnal sekolah, penerbitan buku antologi dan lomba poster. Kerjasama yang dilakukan bukan hanya antar warga sekolah namun orang tua dan pihak lain dilakukan. Prestasi yang diraih telah banyak. Bukan hanya level kota maupun provinsi tetapi juga nasional.

6. Mendorong kolabrasi - Menjadi instruktur Prakarya dan IPA memberikan ruang untuk berbagi lebih banyak. Tidak menggurui namun belajar bersama dengan berbagi hal positif. Berdiskusi dan membuat program menjadi wadah berkolaborasi. Hal ini tidak hanya terjadi antar guru dalam wilayah tertentu namun juga terjadi di sekolah sendiri.

7. Mendorong kolaborasi - Menjadi Ketua MGMP Prakarya membuat kolaborasi dalam tim menjadi penting. Membantu rekan guru untuk membangun kerjasama dalam menyusun program pembelajaran. Ini mata pelajaran baru dalam kurikulum dengan latarbelakang guru yang beragam. Setahun berjalan, bentuk dan isi yang diharapkan akhirnya mulai terbentuk. Menjalin hubungan dengan berbagai pihak untuk turut membantu mengikut sertakan berbagai kegiatan menjadi tantangannya. Mengajak guru disekolah untuk mengambil peran lebih dengan mendorong sekertariat oraganisasi di sekolah tempat bekerja.

8. Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Agency) pada Pembelajaran Prakarya

Gerakan sarapan pagi bersama menjadi wadah ekspersi dan kreasi siswa dalam mengolah makanan berbahan serealia, kacang dan umbi. Kebersamaan keluarga dalam mengimplementasikan pembelajaran di rumah dikemas dengan tema “menu sarapan pagi dari cinta keluarga di rumah.” Guru hanya menentukan tema, bagaimana mengolahnya menjadi produk? Hal itu kebebasan. Kearifan lokal menjadi patokannya untuk menjaga pelestarian pangan khas daerah. Testimoni orang tua dan catatan ringkas laporan pengolahannya menjadi penyerta produk yang di bawah ke sekolah. Saya bekerja dengan guru lain untuk menilai lebih awal hasil kerja mereka sebelum apel pagi dimulai. Inilah cikal bakal lahirnya strategi pemanfaatan media bekal terasi dalam matapelajaran prakarya. Sudah lima buah buku antologi ber-ISBN yang telah terbit dari program ini. Saat pandemi covid-19 dan bulan Ramadhan program ini terus berlanjut. Bahkan pemanfaatan gawai dalam video proseduralnya menjadi kegemaran mereka.

9. Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Agency) pada Pembelajaran IPA

Mengajarkan materi pencemaran lingkungan di kelas IX tidak dilakukan dalam kelas. Sebuah proyek kecil yang dilakukan individu dan kelompok ditawarkan. Ada pengukuran limbah rumah tangga dan kunjungan pada sarana industri kecil dan rumah tangga atau fasilitas umum disekitar rumah mereka. Analisa pencemaran, dampak dan cara pandang penanggulangannya menjadi alur lembar kerja yang diberikan. Kebebasan diberikan untuk memilih tempat, jenis sampah maupun metode yang digunakan. Bahan pembelajarannya dibuat sebagai acuan pengetahuan melalui buku yang dimiliki perpustakaan sekolah. Hasil produknya tidak hanya laporan semata. Berbagai bahan yang telah diolah menjadi barang jadi ditampilkan sebagai upaya solusi pemecahan masalahnya. Kerajinan bahan bekas, kompos dan poster himbauan menjadi beragam di ruang kelas. Inilah aksi nyata yang dapat meraka lakukan. Pengalaman itulah yang dibagi diruang kelas saat refleksi kegiatan. Ini hanya salah satu dari banyak hal yang telah dilakukan. Pemanfaatan Menara ukur pertumbuhan, pin tetra warna, bandul sederhana, tamu saga dan JL-tezaca adalah inovasi yang pernah dicoba dalam kelas.

10. Menggerakkan komunitas praktisi melaui organisasi profesi dan pengembang kurikulum provinsi.

Mengambil peran dalam menggerakkan komunitas menjadi idaman seorang guru dalam berkarya. Bukan hanya praktisi di sekolah tetapi di wilayahnya adalah sebuah mimpi indah bagiku. Angan-angan itu akhirnya dapat terwujud. Saat dipercayakan menjadi instruktur dan pengembang kurikulum di tingkat kota maupun provinsi semuanya mulai terlihat. Merancang kolaborasi guru di sepuluh kabupaten kota bisa terharu untuk diingat. Begitu pula ketika ditunjuk menjadi instruktur paket aplikasi sekolah. Berbagi dan belajar bersama adalah kebahagiaan tersendiri. Banyak pengalaman yang dipetik dari guru lain. Situasi dan kondisi tempat tugas yang tidak sama membuat pendapat dan solusi menjadi beragam. Hal yang lebih tidak terpikirkan dahulu adalah bergabung dalam komunitas virtual dari oraganisasi profesi, perkumpulan guru, komunitas guru matapelajaran serta pelatihan terpusat. Hal yang sama juga dilakukan dalam oraganisasi profesi

Saya berpikiran setelah membaca modul ini yakni pendidikan diarahkan untuk mengembangkan potensi diri peserta didik baik spiritual, sosial maupun kodratnya yang diperlukan bagi diri, masyarakat maupun bangsa dan negaranya. Motovasi intrinsik dikuatkan dan ditumbuhkembangkan melalui penyediaan sarana dan proses pembelajaran yang dilakukan pendidik. Hal tersebut untuk menumbuhkan tiga hal positif. Pertama anak mampu, dapat dan cakap (kompeten). Kedua adalah hubungan sosial yang saling terhubung dengan sesamanya. Ketiga yakni merasa merdeka atau mandiri (otonom). Ketiganya dilakukan untuk menentukan kodratnya melalui penghayatan perasaannya. Hal ini penting bagi pendidik untuk menumbuh dan kembangkan motivasi intrinsik.

Selanjutnya diperdalam lagi dengan pembelajaran yang mengugah yakni profil pelajar pancasila. Bagian ini sebenarnya tidak secara khusus diajarkan dalam matapelajaran di ruang kelas. Prinsip eksplisit dengan terintegrasi menjadi upaya mewujudkannya dalam proses menuntun para pendidik. Terpenting arti menggerakan dalam pendidikan (ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani) yang diberikan pada murid sehingga mudah menghidupkan dan mengaplikasikannya di lingkungan sekolah. Profil pelajar Pancasila ini terdiri enam poin. Pertama beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia Murid yang menyangkut religiuus spiritual serta ahlak mulia baik bagi dirinya, manusia lain, masyarakat, negara dan global. Kedua, berkebinekaan global yang menyangkut

Berbudaya, terbuka terhadap keberagaman, berinteraksi dan berkomunikasi postif pada sesama dan kemajemukan. Ketiga, gotong royong yakni Mampu berkolaborasi dan hidup berkelompok mencapai kesejahteraan bersama. Keempat mandiri yang menyangkut prakarsa/inisiatif dan tanggung jawab mengelola diri atas pengembangan diri dan prestasinya. Kelima adalah Bernalar Kritis, menyangkut memproses informasi dan mau terbuka terhadap pendapatnya. Keenam adalah Kreatif dengan elemen memodifikasi atau orisinalis yang bermakna, bermanfaat, dan berdampak untuk mengatasi berbagai persoalan.

Saya pun beranggapan bahwa salah satu kunci pembelajarannya terdapat dibagian ini. Guru penggerak diupayakan senantiasa berpikir kritis, memahami perubahan, membangun keselarasan/koherensi dan berpikir berbasis aset. Hal tersebut akan mengarahkan untuk membuat keputusan spesifik dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Terdapat lima nilai-nilai seorang guru penggerak. Pertama perpihak pada murid yang bermakna mengutamakan kepentingan murid dari aset yang dimiliki dan menghilangkan pemuasan diri dalam mengajar. Kedua adalah mandiri yang bermakna selalu berinisatif namun bertanggung jawab dalam memulai perubahan tanpa harus menunggu perintah demi kualitas dan hasil kerjanya. Ketiga adalah reflektif, memanfaatkan pengalaman yang ada untuk memulai pembelajaran positif dan mengubahnya menjadi potensi diri dalam bekerja. Keempat kolaboratif, menjalin kerjasama dalam ketergantungan positif melalui saling percaya, menghargai dan mengakui dalam tim. Kelima inovatif, menciptakan kreasi baru yang “segar” dan tepat guna.

Memasuki pembelajaran di bagian ketiga saya mendapatkan banyak ilmu baru lagi. Ini tentang menuntun kekuatan kodrat manusia. Rupanya terdapat tiga lingkaran dimensi lingkungan yakni lingkaran pengaruh, lingkaran kepedulian dan lingkaran perhatian. Lingkaran pengaruh contohnya supur yang memegang kendali terhadap penumpangnya dan lingkran perhatian adalah segala yang ada diluar bis. Penumpahnya adalah lingkaran kepedulian. Memakan banyak energi dan stress jika kita masuk mengurusi terlalu jauh pada lingkaran kepedulian dan perhatian.

Olehnya itu kita harus mampu menempatkan diri sebagai pemimpin sehingga lingkaran pengaruhnya (ekosistem sekolah) berupa murid, guru, pegawai dan orang lain dalam sekolah. Keberdaan kita mampu memfasilitasi gotong-royong dalam mencari jawaban sebagai penyelaras konteks (context setter), bukan sekedar sebagai penyedia jawaban.

Bagaimana cara berpikir bertingkah laku sehingga membentuk karakter untuk menguatkan lingkaran pengaruh? Inilah yang dipelajari pada materi selanjutnya. Materi itu berjudul Diagram Identitas Gunung Es. Terdapat kesempatan menjadi teladan bagi seorang guru. Pekerjaannya menggantang amal kebaikannya sendiri. Minimal “menuai” pahala dari siswanya sendiri. Tokoh idola masa depan bisa diwujudkan dengan cara membuat keputusan melalui pertimbangan moral, membantu memahami nilai kebaikan dirinya, mempercayainya dan menerapkan dalam kehidupannya. Nilai ini akan terpelihara saat dewasa saat menjadi bagian masyarakat.

Makin banyak siswa tentu nilai kebaikan yang ditanam makin tersebar. Begitulah guru yang dianalogikan sebagai tukang kebun. Makin lama bunga yang dirawat akan banyak dan beragam sehingga menjadi indah dikawasan yang luas. Konsistensi nilai kebaikan itu akan sepeti diagram gunung es. Di bawah hanya ditupang dengan tonggak yang kecil namun makin keatas makin lebar dan besar. Perilaku ini akan mengerucut menjadi kebiasaan dalam membentuk karakter baik di lingkungannya. Sudah terbayang, bagaimana guru bisa beramal banyak?

Materi ini sangat menarik untuk dicermati. Saya juga manusia biasa. Bukan jaminan bisa merubah dan melakukannya. Saya bukanlah manusia setengah malaikat. Ini pembelajaran yang begitu dalam tentang makna seorang guru menjadi penuntun dalam pembelajaran anak. Inilah pentingnya peran guru penggerak. Seorang guru penggerak harus mampu menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, menjadi coach bagi guru lain, mewujudkan kepemimpinan murid (student agency), menggerakkan komunitas praktisi.

Guru harus memahami anak. Materi ini dipelajari pada enam tahapan Erik Erikson dalam pertumbuhan kepribadian anak. (1) Tahap Usia 0-1,5 tahun. Masa harapan dan mengembangkan rasa percayaan. Jika tidak tesedia muncul ketidakpercayaan. (2). Tahap Usia 1,5-3 tahun. Masa menumbuhkan tekad dan kehendak. Jika tidak dikembangkan maka muncul keraguan dan rasa rendah diri. (3). Tahap Usia 3-5 tahun. Masa mengeksplorasi maksud dan tujuan-tujuan dalam kehidupan/lingkungannya. Jika tidak ditumbuhkan akan muncul rasa bersalah. (4). Tahap Usia 5-12 tahun. Masa kompetensi atau kebanggaan atas kemampuannya. Jika tidak menumbuhkembangkan maka tumbuh rasa inferior, merasa kecil dan tidak berarti. (5) Tahap Usia 12-18 tahun. Masa remaja (labil dan galau) dalam menebalkan identitas dirinya, mempengaruhi dimasa berikutnya. Jika tidak dituntun maka akan mengalami kebingungan peran. (6) Tahap Usia 18-40 tahun. Masa mulai mengeksplorasi hubungan relasi yang sifatnya pribadi (dewasa muda). Jika tidak ada kesempatan maka merasa terisolasi dari lingkungan sosialnya.

2. Feelings (Perasaan):

Awalnya, membuka materi ini perasaan kacau balau dengan tugas yang banyak itu. Kegiatann sekolah yang mulai padat juga mempengaruhi semangat untuk belajar. Setelah menjalani seperempat alurnya ternyata materinya yang sangat menarik menjadikan hati sangat tercerahkan. Banyak hal yang mampu dipterapkan dalam kelas. Menata diri dalam memahami anak seusia SMP, Mendalami penerapan berpusat pada murid, mulai menata peran dan nilai bagi guru dalam mengajar dan banyak lagi yang secara sengaja maupun tidak terikut dalam kegiatan kelas. Bagi saya yang hanya mengenyam sarjana sangat bersyukur mendapatkan materi yang begitu menarik hati untuk dipelajari dan dilakukan sebagai aksi nyata.

3. Findings (Pembelajaran)

Pembelajaran yang diperoleh dan sebagian menjadi hal baru adalah

a. Diagram trapesuim usia memberikan pahaman tentang kejadian masa lalu yang masih bisa teringat dalam memotivasi diri untuk berubah dari pelajaran hikma yang diperoleh saat itu.

b. Aksioma gletser telah membantu dalam mendefinisikan arti merdeka pada diri kita.

c. Motivasi instriksi menjadi modal memotivasi diri dalam berperilaku positif untuk menunjang kehidupan seorang manusia dalam bergerak secara merdeka.

d. Seorang anak harus memiliki profil pelajar Pancasila sebagai hasil proses menuntun dari pendidik di bangku sekolah.

e. Pengaruh lingkungan dan kosep diri merdeka dalam sebuah pilihan menjadi hubungan yang bererti dalam tumbuh kembangnya kepribadian dan jalan hidup manusia.

f. Nilai dan peran guru penggerak sangat penting dipahami dalam mengemban tugas sebagai pendidik masa depan.

g. Lingkaran pengaruh yang besar dapat menjadikan diri menjadi manusia berguna dalam lingkungan maupun komunitas yang ada.

h. Diagram gunung es memberikan pelajaran berate tentang pengaruh yang terjadi dalam pembentukan karakter diri seorang anak yang harus dipahami oleh seorang guru.

i. Terdapat lima kebutuhan dasar manusia yang mempengaruhi pola kehidupannya.

4. Future (Penerapan)

Menata diri menjadi pengajar yang menuntun dan berpusat pada murid menjadi hal utama yang terus dipertahankan. Mewujudkan sekolah dalam konteks pembelajaran untuk menghasilkan pelajar profil Pancasila adalah mimpi yang terus diupayakan. Berinovasi, berkreasi, berkolaborasi, menjalin relasi serta menata komunitas dalam sekolah menjadi bentuk konkrit mewujudkan nilai dan peran guru penggerak. Memahami dan terus meningkatkan peran dan nilai guru sebagai penggerak menjadi tugas penting dalam bekerja, berkarier dan berkarya. Mempelajari materi yang menarik dari modul ini menjadi kesempatan berharga sebagai harapan untuk menjadi guru yang lebih baik.

Sabtu, 18 Juni 2022. Jurnal Dwimingguan Kedua.

Suhardin – Guru IPA dan Prakarya SMPN 17 Kendari.

Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kota Kendari (45.05.01)