Terdapat kesempatan menjadi teladan bagi seorang guru. Pekerjaannya menggantang amal kebaikannya sendiri. Minimal “menuai” pahala dari siswanya sendiri. Tokoh idola masa depan bisa diwujudkan dengan cara membuat keputusan melalui pertimbangan moral, membantu memahami nilai kebaikan dirinya, mempercayainya dan menerapkan dalam kehidupannya. Nilai ini akan terpelihara saat dewasa saat menjadi bagian masyarakat.
Hal tersebut jika dilakukan dengan konsisten dan menjadi pembiasaan akan memberikan pengkondisian yang negatif dalam perilakunya. Maka akan terbentuk Identitas berupa nilai-nilai, kepercayaan, keyakinan dan pola pikir) yang meraka rasakan sepanjang hidupnya. Tentu hal yang kurang baik itu akan terus menjadi pengaruh lingkungan yang tidak baik dalam cara berpikirnya. Soft skill yang terbentuk tentu tidak akan berbeda jauh. Bisa jadi manja dan pemalas serta tidak mau pusing karena telah dikondisikan seperti itu. Mungkin kita berpikir telah membantu mereka dengan memberi kelonggoran dan segala kemudahan. Apakah itu dianggap sebagai sebuah kebaikan? Mungkin bisa direnungkan kembali. Benar dan tidaknya akan tergantung, bagaimana kita membawa pola menuntun yang dilakukan. Bisa jadi kebiasaan perilaku yang nampak ke permukaan adalah hal baik. Namun bongkahan besar dalam jiwanya telah banyak hal yang negatif yang berkembang. Ini tidak terlihat sama sekali. Secara kasat mata karakter yang ada adalah hal yang telah lama menjadi pembiasaan.
Materi ini sangat menarik untuk dicermati. Saya juga manusia biasa. Bukan jaminan bisa merubah dan melakukannya. Saya bukanlah manusia setengah malaikat. Ini pembelajaran yang begitu dalam tentang makna seorang guru menjadi penuntun dalam pembelajaran anak.
Pembelajaran Slot 8 pada Selasa, 6 Juni 2022