Produk Video
Produk Video
Produk Gambar/Lukis
Produk Poster Digital
Produk Cerita
Fakta bahwa murid-murid kita memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Jika tidak, maka tentunya akan terjadi kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.
Ada tiga cara mengidentifikasi kebutuhan belajar murid yakni (1). Kesiapan belajar (readiness) murid berupa keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya. (2). Minat murid berupa keingintahuan atau hasrat dalam diri. (3) Profil belajar murid berupa bekerja dengan cara yang mereka sukai. Bantuan yang berbeda pada murid dapat dilakukan setelah melakukan identifikasi kebutuhan belajarnya. Inilah yang dimaksud kesiapan belajar yakni memberikan kepastia dalam mempelajari materi baru dengan memebawa murid keluar dari zona nyamannya dengan dukungan yang memadai. Perencanaan pembelajaran disusun berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan.
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru dengan mempertimbangkan tingkat kesiapan keluar zona nyamannya, memberikan tantangan melalui dukungan dan lingkungan belajar memadai. Memastikan merela menguasai materi atau keterampilan baru yang diberikan. Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001). Menentukan beberapa contoh perspektif kontinum dalam kesiapan belajar murid yakni dari materi bersifat mendasar kearah yang bersifat transformatif, dari hal yang konkret menjadi abstrak, mempelajari yang sederhana menjadi kompleks, terstruktur menjadi terbuka, menghilangkan kerergantungan (dependent) menjadi mandiri (Independent) serta dari lambat menjadi cepat.
Contoh yang diberikan dalam mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar menjadi dasar untuj kesiapan belajar (Readiness) dapat dilakukan dalam beberapa strategi namun harus dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya. Menarik minat murid dalam belajar dan mempertahankannya menjadi tugas guru sebagai motivator. Minat ini dapat dilihat dari keaktifan dalam proses pembelajaran. Guru dapat memahaminya melalui dua perspektif yakni yang pertama adalah minat situsional. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan perhatian, upaya yang dilakukan serta pengaruh sebagai keadaan phisikologis murid. Perspektif kedua adalah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Ada anak yang tidak suka materi hewan namun bisa menyukainya karena pembawaan gurunya yang menarik. Ada pula yang tidak terpengaruh dengan cara gurunya mengajar. Muridnya memang suka dengan materi hewan.
Banyak cara untuk meningkatkan minat siswa. Guru perlu mempertimbangkan minat yang dimiliki bukan hanya untuk menarik dan memperluasnya tetapi membantu mereka menemukan minat yang baru. Pilihan ini dapat memungkinkan digunakan meningkatkan kerja murid dalam belajar. Guru dapat memanfaatkan area minat/kegemaran atau moda ekspresi dalam merencanakan pembelajaran. Tema yang sama namun menghasilkan produk yang beragam. Tugasnya teks prosedur namun minat menentukan produk yang dibuat. Ada yang menulis tentang memasak bahan umbi, kerajinan tangan berbahan keras atau melukis dengan bahan alam. Topik tulisan setiap anak pun menjadi beragam. Inilah contoh pembelajaran berdeferensiasi berbasis minat siswa.
Pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada murid agar mampu belajar secara natural dan efisien. Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi belajar murid berdasarkan profil murid yakni (1) Preferensi terhadap lingkungan belajar (misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur); (2) Pengaruh Budaya (santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal – impersonal) (3) Preferensi gaya belajar (visual, Auditori, Kinetetik); (4) Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk/ multiple intelligences (visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika).
Lingkungan, budaya, keinginan dan kecerdasan siswa sangat beragam. Warga Kota Kendari yang heterogen memberikan “warna” kelas bagai “pelangi” Guru bisa menyiapkan alat bantu atau media pembelajaran yang berbeda. Anak bisa memilih mana yang mereka inginkan. Penjelasan singkat guru bisa juga sebagai akses informasi dalam memahami materi. Media saat presebtase juga penting agar pemahaman siswa bisa menjadi focus. Saat pemberian tugas, siswa dapat memilih menyelesaikannya dengan cara mereka sendiri. Bisa berbentuk gambar, rekaman, wawancara maupun role-play.
Banyak cara untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid. Guru bisa melakukannya secara langsung maupun tidak langsung. Menganalisa hasil penilaian formatif, perilaku murid, refleksi murid, dan terbiasa mendengarkan dengan baik murid-muridnya biasanya akan lebih mudah mengetahui kebutuhan belajar murid-muridnya. Penting pula untuk Membuat catatan tentang profil murid agar membantu guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan murid-muridnya. Disamping guru mampu memehami manfaat dan tujuan asesemen untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa, terdapat tiga cara untuk melakukannya yakni Pra Asessmen, Asessmen Formatif dan Asessmen Sumatif.
Diprafrase kembali Oleh Suhardin
Sumber : Buku Modul Elektronik CGP Angkatan 5, Kemdikbud 2022