Mengawali hari ini memang kurang bersemangat. Batuk dan hidung agak tersumbat terasa sejak subuh. Melirik penaggalan di gawai tertulis 31 Mei 2011. Hari dimana akan mengikuti kegiatan vicon bersama instruktur CGP. Menerima konsultasi orang tua dilakukan pagi ini. Sebelum pukul 10.00 Wita sudah bergerak menuju rumah. Jam mengajar yang lowong serta akses internet yang landau di sekolah menjadi alasannya.
Setelah makan siang dan salat zuhur, aku pun bersiap di depan laptop. Semangat pun kian memudar. Sinyal wifi yang digunakan menghilang dari koneksi intenet laptop. Menunggu tanggapan ruang virtual pun tak kunjung terlihat. Menghibungi pengejar paraktik untuk meminta solusi tetapi belum juga terwujud keinginannya. Mengulang masuk hingga lebih sepuluh kali. Memeriksa paket internet di gawai menjadi jalan keluarnya. Belum lama berlangsung kekuatanya juga mulai melemah. Solusi pengajar praktik menjadi acuan untuk bergabung. Setelah mengganti akun, wajah pun terlihat dilayar. Kini pertemuannya telah berjalan setengah waktu. Menyimak saja seadanya. Diam dan mencermati kawan yang bertanya dan memberikan tanggapan. Ingin juga bersuara namun takut jika kalimat geli terdengar.
Memberanikan diri menuliskan komentar lewat chat. Alhamdulillah mendapat tangapan dari instruktur. Hati mejadi senang membacanya. Aku pun berpikir telah aktif dalam kegiatan ini. Seperti yang diungkapkan instruktur, belajar sesuai kodrat anak didik. Begtulah yang bisa aku lakukan hari ini. Waktu 90 menit hampir usai. Sebelum berakhir, instruktur memberikan tugas melalui menti.com dengan tanggapan saat kegiatan berlangsung. Ini pertama kali menggunakan aplikasi ini. Walaupun gagap, setelah mempelajarinya dengan cepat akhirnya pesan pun bisa terkirim. Rupanya tantangannya tidak sampai disitu. Aku harus mengerjakan tugas tambahan melalui padlet.com. Empat pertanyaan yang harus dijawab setiap peserta. Inilah tanggapanku tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut.
Pertanyaan yang diajukan dalam empat kolom yakni
1.Tuliskan satu pengalaman Anda terkait proses pembelajaran yang merefleksikan (mencerminkan) pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD)?
2.Bagaimana perwujudan ‘menuntun’ yang saya lihat dalam konteks sosial budaya di daerah saya?
3.Mengapa Pendidikan Indonesia perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman?
4.Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba (berpihak) pada anak” dengan peran saya sebagai pendidik?