JURNAL DWI MINGGUAN KE EMPAT


JURNAL DWI MINGGUAN KEEMPAT CGP ANGKATAN 5 – SUHARDIN – SMPN 17 KENDARI

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Jurnal minggu ini menggunakan teknik 4F. Cara ini merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway Thapannya adalah 1. Facts (Peristiwa): 2. Feelings (Perasaan): 3. Findings (Pembelajaran): 4. Future (Penerapan):

1. Facts (Peristiwa)

Penerapakan kurikulum merdeka pada SMPN 17 Kendari memberikan tantangan bagiku sebagai pengajar. Salah satunya penerapan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi. Apa dan bagaimana pembelajaran berdiferensiasi ini dilaksanakan? Itulah pertanyaan yang menjadi topik hampir setiap hari bagiku dan rekan-rekan guru lainnya. Kegiatan pelatihan langsung di sekolah dan mandiri secara daring masih menyisahkan beberapa pertanyaan yang belum bisa terjawab. Konteks dalam kelas dan pengalaman implementasinya masih membutuhkan banyak referensi dan contoh.

Mendalami pembelajaran berdiferensiasi melalui kegiatan pelatihan guru penggerak memberikan harapan baru. Materi, contoh kasus, ruang diskusi, kolaborasi serta aksi nyata menjadi jembatan baru dalam memahami pembelajaran yang berpusat pada murid ini. Pelatihan ini memberikan warna tersediri untuk belajar. Banyak hal yang bisa diambil dari setiap sesi yang dilalui.

Selain tugas membaca materi dan memberi tanggapan atau pertanyaan, terdapat pula beberapa tugas mandiri untuk pendalaman materi melalui modul ajar yang diberikan. Fasilitator dan instruktur memberikan pengatan setelah forum diskusi dilakukan. Pengalaman dan rencana tindak lanjut pun diminta untuk memperjelas pemahaman yang telah diperoleh. Peristiwa dalam perjalanan pelatihan modul ini pun sangat berarti. Bukan hanya untuk kemampuan kompetensi diri tetapi bisa memberikan imbas pada rekan guru dalam mengimplementasikannya.

2. Feelings (Perasaan)

Kegelisahan dan resah hati mulai memudar. Tahap demi tahap dilalui dengan keyakinan. Pertanyaan yang menjadi masalah mulai tercerahkan. Tanpa ada yang menjawab, pengalaman belajar menjadi jalan RahmatNya. Memasuki mulai dari diri hati mulai berubah. Slot yang panjang memang mengerutkan kening ketika membukanya. Pertanyaannya pun kadang tidak berstatus tunggal. Menjawabnya tidak bisa asal dan berdasarkan pengalaman semata. Hal baru tentu butuh materi yang selaras untuk dimendalaminya.

Semuanya mulai terbayar ketika diskusi dilaksanakan. Senang bisa belajar dari rekan-rekan yang sangat luar biasa. Ide, gagasan dan pemikiran begitu luas. Ilmu baru diperoleh sebagai tambahan pengetahuan. Berbagi pengalaman membuat suasana menjadi nyaman untuk dijalani. Contoh yang diberikan sangat variative sehingga hati menjadi lega untuk menyimaknya.

3. Findings (Pembelajaran)

Bagian awal modul 2.1 telah memberikan tantangan yang tidak ringan. Saya harus mengidentifikasi keadaan anak didik di dalam kelas. Saya pun mengutarakan keragaman murid yang ada di sekolah. Disamping jumlah laki-laki perempuan yang tidak seimbang, mereka memiliki latar belakang suku, agama dan ekonomi orang tua yang berbeda. Sesaui hasil observasi awal semester, mereka memiliki minat/bakat maupun kemampuan bersosialisasi yang beragam. Tes awal semester pun juga demikian. Pemahaman pengetahuan yang dilimiki tidak sama. Berjalan satu bulan pembelajaran kebiasaan meringkas dan mendengarkan lebih dominan dibandingkan kerja kolaborasi dalam kelompok maupun penyelesaian produk dan proyek yang diberikan.

Membiasakan mereka kerja dalam kelompok dengan sebuah kesepakatan kelas yang dibangun menjadi strategi awal yang dilakukan. membiasakan berprensentase, menerapkan strategi eksperimen sederhana, menyalurkan minat melalui apel pagi dan kegiatan ekskul, merencanakan proyek kecil dan penerapan pembelajaran berbasis masalah. Agar proses pembelajaran menjadi lebih mudah untuk murid, saya pun mengupayakan beberapa hal yang dianggap penting. Menyipakan media elektronik (blog) sebagai bahan literasi, membuat tayangan audiovisual, menganalogi konsep, membuat lembar kerja, mendesain pembelajaran berbasis produk sederhana, membuat media pembelajaran, melakukan ragam assesmen, membuat group belajar setiap kelas, membiasakan menyusun pentigraf untuk refleksi dan pendalaman materi, mendesain bagan maupun selogan sains.

Terdapat tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses pembelajaran di kelas akibat keragaman murid-murid tersebut. Apa saja hambatannya? Mengidentifikasi keragaman untuk menyesuaikan dengan isi materi pembelajaran menjadi tantangan terberatnya. Banyaknya kelas dengan jam pembelajaran yang padat pada jenjeng yang berbeda menjadi masalah lain yang dihadapi. Sarana laboratorium Sain dan TIK yang tidak berimbang dengan rombongan belajar serta akses internet yang belum memadai merupakan tambahan pertimbangan untuk mencari solusinya.

Saya pun berupaya untuk mengambil tindakan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Membuat ketentuan pemanfaatan handphone siswa, membuat media buatan sendiri sebagai alternatif yang beragam, melakukan pembelajaran berbasis aset lingkungan siswa, menjadwalkan pemanfaatan sarana sekolah pada materi ensesial untuk kelas yang berbeda. Melakukan peragaan menjadi alternatif yang dikembangkan. Harus ada kemampuan guru dalam mendesain pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa yang beragam. Dilaksanakan secara berbeda dalam waktu bersamaan sehingga siswa dapat meningkatkan kreativitasnya. Ada kelompok yang bekerja dengan tugas yang sama namun bisa berbeda dengan kelompok lain. Guru menyiapkan sarana evalusi yang memungkinkan siswa memenuhi tujuan pembelajaran namun tetap sesuai dengan kebutuhan siswa tersebut. Artinya ada pemenuhan kebutuhan sesuai minat dan bakat siswa dalam pembelajaran.

Tahap selanjutnya adalah memahami secara mendasar tentang pembelajaran berdiferensiasi. Terdapat fakta bahwa murid-murid kita memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Jika tidak, maka tentunya akan terjadi kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Rupanya acuan pembelajaran ini telah sejalan dalam pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan. Cakupanya berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan murid untuk menyelesaikan masa belajarnya. Inila pentingnya suatu upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal. Salah satu solusinya adalah penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini dapat memaksimalkan potensi peserta didik serta meminimalisir kesenjangan belajar (learning gap). Tidak hanya potensinya secara maksimal, tetapi memberikan banyak ruang membuat dan menentukan pilihan menjadi lebih menyenangkan.

Usaha guru harus menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan memperbanyak jumlah soal, mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda dan bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic). Multitasking bagi guru memiliki tujuan untuk memastikan setiap murid di kelasnya sukses dalam proses pembelajarannya. Hal ini karena guru dihadapkan pada keberagaman yang banyak sekali bentuknya, sehingga seringkali mereka harus melakukan banyak pekerjaan atau membuat keputusan dalam satu waktu. Multitasking bagi guru memiliki tujuan untuk memastikan setiap murid di kelasnya sukses dalam proses pembelajarannya. Hal ini karena guru dihadapkan pada keberagaman yang banyak sekali bentuknya, sehingga seringkali mereka harus melakukan banyak pekerjaan atau membuat keputusan dalam satu waktu.

Setelah membawa modul dengan 21 slot. Akhirnya saya mendapatkan sebuah kesimpulan awal bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Hal yang perlu diperhatikan adalah tujuan pembelajaran harus didefinisikan dengan jelas, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid dengan menyesuaikan rencana pembelajaran, lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar, Terciptanya manajemen kelas yang efektif. prosedur, rutinitas, metode bersifat fleksibilitas, namun strukturnya jelas serta adanya Penilaian berkelanjutan untuk menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya.

Pembelajaran berdiferensiasi harus berdampak pada pemenuhuan kebutuhan anak. Ada tiga cara mengidentifikasi kebutuhan belajar murid yakni (1). Kesiapan belajar (readiness) murid berupa keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya. (2). Minat murid berupa keingintahuan atau hasrat dalam diri. (3) Profil belajar murid berupa bekerja dengan cara yang mereka sukai.

Bantuan yang berbeda pada murid dapat dipenuhi setelah melakukan identifikasi kebutuhan belajarnya. Inilah yang dimaksud kesiapan belajar yakni memberikan kepastian dalam mempelajari materi baru dengan memebawa murid keluar dari zona nyamannya dengan dukungan yang memadai. Perencanaan pembelajaran disusun berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru dengan mempertimbangkan tingkat kesiapan keluar zona nyamannya, memberikan tantangan melalui dukungan dan lingkungan belajar memadai. Memastikan merela menguasai materi atau keterampilan baru yang diberikan.

Setelah membaca lanjutan materi di modul 2.1, saya pun berpendapat bahwa menarik minat murid dalam belajar dan mempertahankannya menjadi tugas guru sebagai motivator. Minat ini dapat dilihat dari keaktifan dalam proses pembelajaran. Guru dapat memahaminya melalui dua perspektif yakni yang pertama adalah minat situsional. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan perhatian, upaya yang dilakukan serta pengaruh sebagai keadaan phisikologis murid. Perspektif kedua adalah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Ada anak yang tidak suka materi hewan namun bisa menyukainya karena pembawaan gurunya yang menarik. Ada pula yang tidak terpengaruh dengan cara gurunya mengajar. Muridnya memang suka dengan materi hewan.

Banyak cara untuk meningkatkan minat siswa. Guru perlu mempertimbangkan minat yang dimiliki bukan hanya untuk menarik dan memperluasnya tetapi membantu mereka menemukan minat yang baru. Pilihan ini dapat memungkinkan digunakan meningkatkan kerja murid dalam belajar. Guru dapat memanfaatkan area minat/kegemaran atau moda ekspresi dalam merencanakan pembelajaran. Saya berpikiran tentang sebuah ide yakni mengajarkan tema yang sama namun menghasilkan produk yang beragam. Tugasnya teks prosedur namun minat menentukan produk yang dibuat. Ada yang menulis tentang memasak bahan umbi, kerajinan tangan berbahan keras atau melukis dengan bahan alam. Topik tulisan setiap anak pun menjadi beragam. Inilah contoh pembelajaran berdeferensiasi berbasis minat siswa.

Membaca materi tentang pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar menambah wawasan untuk melakukan pembelajaran yang variative. Pemetaan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada murid agar mampu belajar secara natural dan efisien. Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi belajar murid berdasarkan profil murid yakni (1) Preferensi terhadap lingkungan belajar (misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur); (2) Pengaruh Budaya (santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal – impersonal) (3) Preferensi gaya belajar (visual, Auditori, Kinetetik); (4) Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk/ multiple intelligences (visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika).

Lingkungan, budaya, keinginan dan kecerdasan siswa sangat beragam. Warga Kota Kendari yang heterogen memberikan “warna” kelas bagai “pelangi” Guru bisa menyiapkan alat bantu atau media pembelajaran yang berbeda. Anak bisa memilih mana yang mereka inginkan. Penjelasan singkat guru bisa juga sebagai akses informasi dalam memahami materi. Media saat presebtase juga penting agar pemahaman siswa bisa menjadi focus. Saat pemberian tugas, siswa dapat memilih menyelesaikannya dengan cara mereka sendiri. Bisa berbentuk gambar, rekaman, wawancara maupun role-play.

Banyak cara untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid. Guru bisa melakukannya secara langsung maupun tidak langsung. Menganalisa hasil penilaian formatif, perilaku murid, refleksi murid, dan terbiasa mendengarkan dengan baik murid-muridnya biasanya akan lebih mudah mengetahui kebutuhan belajar murid-muridnya. Penting pula untuk Membuat catatan tentang profil murid agar membantu guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan murid-muridnya.

Rupanya seorang pengajar harus mampu memahami dan manfaat dan tujuan asesemen untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa. Melalui modul ini, terdapat tiga cara untuk melakukannya yakni Pra Asessmen, Asessmen Formatif dan Asessmen Sumatif.

Kegiatan ruang kolaborasi telah menggali lebih dalam tentang pembelajaran berdiferensiasi. Terdapat situasi yang diberikan setiap kelompok sebagai bahan diskusi. Menganalisa kebutuhan murid, memahami alur pembelajaran, menelaah konten, proses dan produk serta kegiatan asessmen yang dilakukan. Contoh pembelajaran berdiferensiasi ini memiliki keragaman sesuai tingkatan sekolah. Forum ini dibagi dua kelompok yakni guru Sekolah Dasar dan guru Sekolah Menengah Pertama.

Implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini mungkin pada awalnya akan tidak mudah, karena diperlukan perubahan paradigma dalam melihat proses pembelajaran. Bahkan untuk para guru yang sudah memiliki cara berpikir yang terbuka pun dan yakin dengan manfaat dari pembelajaran berdiferensiasi ini, mereka masih tetap perlu didukung dalam praktek penerapannya. Oleh karena itu, peran kepemimpinan sekolah menjadi sangat penting. Inilah akhir pembelajaran modul ini.


4. Future (Penerapan)

Kegiatan aksi nyata mendorong untuk membuat rancangan pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan melalui penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan pra asessmen dilakukan melalui pengamatan siswa, observasi, analisa hasil belajar sebelumnya dan survei minat dan bakat sebelum pembelajaran dilakukan.

Kegiatan pra assesmen memang penting. Selama ini hanya berpatokan pada nilai pelajaran semester sebelumnya dan tes diawal tahun pembelajaran. Penelusuran secara rinci mengenai bakat dan minat anak belum sepenuhnya terealisasi. Bertanya dan berkomuniksi dengan guru lain, mengemati siswa, mereviuw pembelajaran sebelumnya sebagai bahan refleksi, atau melakukan tes formatif secara khusus. Inilah beberapa alternatif sebagai persiapan melaksanakan pembelajaran diferensiasi tentu harus. Semuanya sebagai upaya untuk kesiapan belajar murid sesuai kebutuhan mereka. Berikut beberapa pertimbangan untuk memenuhinya. (1) kebutuhan informasi yang lebih jelas, sederhana dan tidak bertele-tela; (2). Sifatnya masih kongkrit atau telah siap bergerak dalam mempelajari yang bersifat abstrak: (3). Masih diperlukan yang sederhana atau membutuhkan tantangan dengan kerumitan yang lebih tinggi; (4). Menjelajah dengan materi lebih lebih terbuka atau masih harus terstruktur; (5). Perlunya menerapkan kemandiran berpikir, belajar dan menghasilkan produk tertentu atau masih membutuhkan ketergantungan guru. Apakah memungkinkan kemampuan mereka berjalan dengan gerakan yang cepat atau lambat? Semua hal itu perlu dipertimbangkan.

Kegiatan pra asessmen menjadi penting dalam memetakan pengetahuan awal maupun keterampilan siswa. Hal ini dilakukan untuk mempersiapakan kapasitas siswa dalam mempelajari materi yang baru. Oleh karena itu tingkat pemahaman maupun keterampilan ini menjadi acuan untuk menyiapkan kenyamanan belajar mereka. Menciptakan lingkungan belajar yang baik, sangat penting untuk mengoptimalkan kegiatan belajar. Pemetaan ini dimanfaatkan dalam pembimbingan kelompok kecil dalam ruang kelas. Tingkat pemahaman dan keterampilan yang masih kurang akan menjadi fokus perhatian bimbingan guru yang lebih banyak. Siswa yang berkemampuan sedang akan diberikan model tanya jawab dan sedikit penjelasan saja. Tantangan yang besar diberikan pada siswa yang memiliki tingkat pemahaman dan keterampilan yang tinggi. Bukan menghukumnya tetapi memberikan stretegi kemandirian yang banyak untuk meningkatkan kreativitasnya sehingga mampu mempelajari hal-hal baru yang beragam.

Rencana ini disusun berdasarkan kebutuhan murid. Saya akan mengajar tentang metagenesis tumbuhan lumut dan paku. Berikut beberapa hal yang harus saya lakukan adalah :

  1. Menetapkan tujuan pembelajarannya yakni Dengan menggunakan sumber/ bahan belajar yang beragam, siswa memilih produk sesuai minatnya untuk dapat merancang alur bagan sederhana metagenesis lumut dan paku dengan baik. Kedua adalah mengidentifikasi 5 perbedaan metagenesis lumut dan paku dengan benar.

  2. Menyiapkan konten pembelajaran beragam sesuai hasil observasi kesiapan belajarnya yang dilakukan guru sebelum pembelajaran.

a. video pembelajaran tentang tanaman lumut dan paku serta perbedaan metagenesisnya https://www.youtube.com/watch?v=foMi_c2zaAw&t=104s

https://www.youtube.com/watch?v=RAKf6B41Vps

https://www.youtube.com/watch?v=YwbX_2KlTS0

b. Buku bacaa dan poster tentang reproduksi tanaman lumut dan paku

c. Bahan bacaan blog buatan guru. Linknya bahan ajar: https://suhardin73.blogspot.com/2022/09/materi-pembelajaran-tumbuhan-lumut-dan.html

  1. Menyiapkan Link LKPD yang diberikan : https://docs.google.com/document/d/17Mh-Wq1I0Fm_Jjrs-IbXykO7NBDM5WK12fEef3JGocQ/edit?usp=sharing

  2. Menyiapkan strategi pembelajaran yang menuntun. Siswa dibimbing dalam kelompok dengan tiga cara yakni kelompok 1 (melakukan tanya jawab, kelompok); 2 (penjelasan singkat dan tanya jawab); kelompok 3 (penjelasan singkat, tanya jawab dan memberikan contoh)

  3. Menetapkan kriteria penilaian produk ini menyangkut alur bagan sederhana dan perbedaan metagenesis paku dan lumut dengan bentuk yang beragam. Produk 1 : Membuat video singkat / vlog. Produk 2 : Membuat tulisan pentigraf secara elektronik. Produk 3 : Membuat poster dengan aplikasi editing gambar. Produk 4 : Membuat gambar tulisan singkat di buku siswa

Pilihan konten sebagai sumber bahan pembelajaran dapat dipilih oleh siswa. Poster, vidio pembelajaran (tutorial, contoh dan paparan singkat berbentuk cerita), bahan bacaan blog elektronik, buku bacaan atau gambar/foto adalah contohnya. Pengajar akan memberikan susana belajar yang berbeda pula dalam prosesnya. Pengelompokan siswa ini sesuai pemetaan sebelumnya. Pembimbingannya disesuaikan dengan pengalaman, minat dan lingkungan siswa. Keterampilan yang akan dikembangkan pun bisa berbeda. Produk pembelajaran ini akan disesuaikan dengan minat, bakat dan kemampuannya. Pembimbingan tentu dilakukan saat pembelajaran maupun waktu luang di luar kelas. Membangun kesepakatan menjadi penting untuk membentuk karakter baik sebagai budaya postif siswa.

Menyesuaikan tugas dengan kemampuan, bakat dan minatnya sehingga menyenangkan siswa dalam belajar. Memberikan alternatif cara belajar yang diinginkan. Merancang strategi pembelajaran yang berpusat pada murid. Mengenal karakteristik siswa (potensi dirinya) Memahami kebutuhan siswa serta lingkungan belajar lebih baik. Membuat kesepakatan atas dasar usulan mereka untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman.

Pengaturan kelas yang efektif dalam pembelajaran berdiferensiasi menjadi tantangan pengajar. Terdapat beberapa tips pengalaman bengajar yang pernah dilakukan. Membangun kesepakatan menjadi hal utama. Memberikan mereka kesepatan untuk terbuka membangun kebersamaan. Tujuan pembelajaran harus terdiferensiasi dengan jelas serta sesuai langkah tindakan yang akan dilakukan. Ada prosedur yang dikuasai serta strukturnya fleksibel. Kenyamanan guru dalam mengajar tentu menjadi harapan. Kegiatan dalam kelas berbada namun tetap terjangkau oleh guru.

Strategi pengelompokan ini dipilih berbentuk kecil dengan karakteristik potensi kemampuan siswa yang sama. Hal ini untuk memudahkan melakukan pembimbingan. Acuan pengelompokan berdasarkan nilai pengetahuan awal dan apa yang telah diketahui siswa. Nilai formatif, hasil analisa keterangan guru lain, mengamati perilaku siswa analisa hasil raport atau refleksi pembelajaran sebelumnya. Minat dan bakat siswa serta keinginan mereka menjadi pertimbangan pula dalam pengelompokan siswa untuk penyiapan konten, proses dan produk pembelajaran.

Sabtu, 10 Spetember 2022. Jurnal Dwimingguan Keempat.

Suhardin – Guru IPA dan Prakarya SMPN 17 Kendari.

Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kota Kendari (45.05.01)