Suhardin - SMPN 17 Kendari - Aksi Nyata Modul 1.1

AKSI NYATA MODUL 1.1

Persaaan selama melakukan perubahan di kelas

Telah banyak yang dilakukan sebelumnya namun setelah membaca dan mempelajari modul 1.1 menimbulkan presepsi yang berbeda. Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara telah membuka wawasan berpikir yang lebih luas. Beberapa hal yang penting diperoleh diantaranya, pendidik yang menghamba pada anak. Kodrta anak yang berbeda rupanya sangat penting diingat. Tidak boleh memaksakan kacakapan pendidik dalam menuntun anak. Memenuhi kebutuhannya tanpa meminta sesuatu sarta mampu menghargai perbedaan yang mereka miliki. Ada kebiasaan baru yang mulai terbentuk.

Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan

Mengajar harus sesuai kodrat alam dan zaman. Rentang usia yang berbeda jangan menjadi hambatan untuk mengikuti zaman yang terus berkembang. Alam yang berubah tentu bentuk dan isi kehidupan tidak sama dengan sebelumnya. Butuh kebijaksanaan untuk bisa mengajar dengan zaman dan alam peserta didik saat ini.

Menuntun lebih bermakna dari memberi pelajaran semata. Tidak menyamakan dalam pemaksanaan kehendak dalam materi pelajaran. Memberikan kebebasan namun harus terkontrol. Arus perubahan negative menjadi perhatian utama. Jangan sampai merasuk dalam kehidupan anak didik. Memanfaatkan alam sekitar dan sumber belajar yang berkearifan lokal menjadi kunci untuk berbudaya. Mengarahkan pencapaian kesejahteraan dan keselamatan hidup anak didik menjadi tujuan pengajaran. Pendidikan harus membentuk budi pekerti melalui pembiasaan positif.

Beberapa hal yang dilakukan

Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan praktik baik

Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menjadi ide dan gagasan untuk mengoptimalkannya. Menjadi guru “penentang zaman” tidak bisa dipungkri dalam mengabdi. Bagaimana mau menuntun, jika ilmu zamannya tidak sesuai? Ini pekerjaan berat bagi saya yang gagap teknologi. Mengajar dengan sumber yang dekat dengan siswa menjadi pilihan. Konsep adat istiadat “samaturu” dalam masyarakat Suku Tolaki bisa menjadi referensi. Mengangkat karifan lokal dalam pembelajaran. Adat tersebut bermakna persatuan atau gotong-royong.

Saya menjadi teringat tentang “bekal terasi.” Sebuah strategi yang merupakan sinonim dari berkarifan lokal dan teknologi informasi. Konsep “samaturu” sangat kental dalam implementasinya. Dimulai dari kebersamaan keluarga dalam menu sarapan di sekolah menjadi indentifikasi masalah di dalam pembelajaran. Setelah bersantap, mereka memulai proyek besarnya. Berbagai aplikasi android yang dikuasai menjadi area “bebas ekspresi.” Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam berwirausaha. Ini pembelajaran prakarya. Di sisi akhirnya, bukan hanya keuntungan finansial yang diperoleh. Kebersamaan itu telah menutup pembelian baju seragam kelas. Bukan hanya itu, dua buah buku antologi dapat dikeluarkan sebagi produk ber-ISBN.

“foto bercerita” dari seluruh rangkaian pelaksanaan (perencanaa, penerapan dan refleksi} aksi anda

Anda juga memasukan “testimoni” dari rekan guru dan murid yang terlibat dalam proses perubahan yang anda lakukan

Banyak ungkapan yang diterima setelah melakukan strategi ini. Pembelajaran ini memberikan peluang siswa berekspresi dan berkreasi. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menilai siswa. Bukan hanya pengetahuan saja, tetapi keterampilan banyak yang bisa dilihat (Makmur). Bukan hanya belajar, kegemaran memainkan handphone telah berguna. Bisa bikin desain promosi di picart dan membuat video proseduralnya (Indah). Terimakasih pak guru, anaknya bisa mengolah masakan ikan dan daging saat ini (salah satu orang tua siswa). Testimoni siswa dan produk kegiatan pembelajaran tergabung dalam komunitas menulis seventeen yang diterbitkan dalam buku antologi siswa. Tahun ini telah memasuki tahun ke empat penerbitan. Jumlah buku sebanyak lima buah hingga tahun 2020.