DISKUSI VIRTUAL TENTANG FILOSOFI PENDIDIKAN KHD YANG BERKESESUAIAN DENGAN KULTUR BUDAYA LOKAL
Sehari setelah kegiatan orientasi, kami harus berkumpul secara virtual melalui Learning Manajemen Sistem (LMS) untuk memuali diskusi. Bagaiman penerapan nilai-nilai filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara dalam konteks lokal yang ada? Inilah topik menariknya. Setiap kelompok terlebih dahulu mendiskusikan empat hal pokok untuk menggali tema tersebut.
Pertanyaan pemantik menjadi dasar mengutarakan pendapat. Memulai forum eksplorasi, fasilitaor memberikan waktu pada setiap kelompok untuk menanggapinya. Apa makna kata ‘menuntun’ dalam proses pendidikan anak bagi saya? Inilah pertanyaan pertama. Terdapat beberapa kata kunci untuk memahami maknanya yakni, tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik, tumbuh menurut kodratnya sendiri dan Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya. Saya pun bercerita sedikit tentang bagaimana pengalaman mengimplementasikannya melalui “Bekal terasi” dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah.
Bagaimana kata “menuntun” saya maknai dalam konteks sosial budaya di daerah saya? Apa dapat saya lakukan untuk mewujudkan pendidikan anak yang relevan dengan konteks sosial budaya di daerah saya? Untuk menjawab pertanyaan ini, harus memahami terlebih dahulu tentang kodrat alam dan kodrat zaman.
KHD hendak mengingatkan pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 yang diingat adalah pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. sehingga isi dan irama adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi, sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Mendidik anak sesuai dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri (KHD,2009 dalam Modul 1 CGP 5)
Banyak konteks budaya yang ada di Kota Kendari yang bisa sesuai dengan kodrat alam dan zaman. Salah satunya “kalosara” yang menjadi adat istiadat yang dianut oleh masyarakat. Menggali pemahaman diri tentang implementasi dan tujuan kearifan sosio-kultur lokal ini harus dilakukan untuk mewujudkannya dalam konteks Pendidikan. Artinya kesesuaian kerafilan lokal tersebut harus sesuai dengan kodrat jaman dan alam yang terjadi sekarang. Analisa dan pengembangannya penting untuk tidak melupakan identitas budaya dalam kehidupan siswa.
Mengapa pendidikan murid (anak) perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman?
Dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama” (KHD,2009 dalam Modul 1 CGP 5)
Sebagaimana planet yang memiliki karakteristiknya akan selalu berputar tanpa henti. Jika diam ditempat akan terjadi ketidakseimbangan. Pendidikan pun harus terus bergerak sesuai jamannya. Anak akan mengikuti jaman saat hidupnya. Pendidikan juga butuh keseimbangan. Sebagaimana perputaran tata surya yang berimbang maka anak juga harus dididik dengan seimbang. Mengetahui apa yang harus dilakukan sesuai dengan keragaman budaya, kodrat maupun alam yang ada disekitarnya. Pendidikan membutuhkan keterpaduan. Artinya kodrat alam dan jaman ini tidak boleh terpisahkan. Keduanya menjadi dasar penghambaan pada anak agar kesejahteraan hidupnya dapat tercapai.
Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba pada anak” dengan peran saya sebagai pendidik?
Seorang pendidik harus “menghamba pada peserta didiknya.” Memaknainya dengan memberikan pelayanan terbaik dalam tumbuh kembangnya. Jaman dan alam selalu bergerak dalam menuntun kodrat anak. Pendidik juga harus mempertimbangkan hal-hal yang dapat mendukunya. Dampak peradaban yang negative harus disaring. Mengambil “barang” yang sesuai dengan kerafilan lokal agar berbudaya. Penyediaan fasilitas dan memotivasinya dalam proses seorang anak untuk bisa memangun pengetahuan (intelegetion), keterampilan (posokomotorik) dan sikapnya (budi pekerti).