KONSEP DILEMA ETIKA DAN BUJUKAN MORAL
Kepemimpinan adalah amanah yang memiliki tangunggang jawab yang tidak ringan. Langkah kebijakan maupun program yang dirancang serta implementasikan mengandung resiko yang tidak sedikit. Bisa jadi hambatan dan tantangan akan dating silih berganti. Daya lenting sosok pemimpin menjadi taruhannya. Profil pelajarn Pancasila, peran dan nilai guru penggerak menjadi salah satu arah perubahan sekaligus solusi yang bijaksana jika dijalankan dengan baik. Inilah jalan amal apabila mampu dikelola dengan bijaksana. Kepemimpinan yang berpihak pada murid menjadi focus utamanya, agar jalannya menjadi baik sebagai ladang ibadah.
Ilustrasi Kasus - Rekaan
Menjelang kenaikan kelas, seorang siswa tidak dapat dipertahankan untuk naik kelas. Absensinya 32 alpa selama satu semester. Saya mengajar dua kali dalam seminggu. Itu berarti 16 minggu atau 4 bulan tidak hadir dalam pembelajaran IPA. Jangan tanya tugas yang dikerjakan. Proyek kolaboratif tentu tidak bisa lagi dia penuhi. Apalgi nilai pengetahuan dan sikapnya. Sudah beberapa kali orang tua disurati untuk berkonsultasi tetapi tidak diindahkan. Beberapa hari sebelum rapat, terdengar kabar bahwa semua siswa harus diupayakan naik kelas. Alasan pendemi Covid-19 adalah pertimbangannya. Orang tua anak ini juga telah menghadap dan ingin membantu sekolah dalam beberapa bentuk sarana yang dibutuhkan. Pada akhirnya anak ini naik kelas. Ayahnya adalah seseorang yang memiliki peran di daerah. Bagaimana menurut teman-teman tentang kasus ini?
Sebagai sekertaris kerukunan adat, tentu banyak masalah yang ditemukan dalam keluarga besar. Nilai kabjikan yang telah memeberikan pembelajaran berarti. Ketika ada kasus kekeluargaan maka sikap adil namun bijaksana sangat diperlukan dalam menentukan sikap. Ada sebuah tanggung jawab Ketika keputusan diambil dan sepakati. Sikap jujur, kasih saying, keadilan kejujuran menjadi rayuan etika saat mengutarakan pendapat dan membentu memutuskan sesuatu. Tentu harus ada kesabaran dalam menjalani diri sebagai fasilitaor maupun konselor. Disamping hal tersebut, nilai kepercayaan diri dibutuhkan untuk mengambil peran yang tidak ringan ini. Kadang kala, usia terpaut jauh lebih tua dinading umur diri. Sikap hormat dan kehati-hatian selalu menjadi penyeimbang dalam bertindak.
Saat menjabat sebagai Kepala Laboratorium mengusulkan untuk pembelian lemari alat. Sarana ini sangat penting untuk menyimpan alat yang tidak teratur dalam laboraorium. Benda ini memang memiliki spesifikasi dan syarat ketat karena untuk menyimpan bahan yang berbeda sifatnya. Harga alat yang mahal sangat penting untuk segera dipelihara dengan penyimpanan yang tepat. Contohnya alat optic, larutan, mikroskop maupun benda kaca dan timbangan. Dua kali pengusulan belum bisa terpenuhi. Saya pun mengganti pengusulan untuk memasang saluran air menuju laboratorium IPA dan pengadaan penerangan. Namun tidak dipenuhi secara maksimal. Alasan yang diperoleh karena dana tidak mencukupi. Disisi lain, terjadi pembelian buku penunjang bacaan siswa yang tidak mendesak dalam jumlah banyak. Berbincang dengan Kepala Perpustakaan bahwa pendaannya memang menjadi pengadaan rutin. Saya pun memlih diam tentang hal ini. Setahun sesudahnya, lemari penyimpanan pun di beli namun tidak sesuai spesifikasi laboratorium. Enggan memakainya, dengan pertimbangan bisa merusak alat. Akhirnya semester berikutnya saya pun tidak diberikan lagi tanggung jawab tersebut. Lemari itupun tidak digunakan sesuai peruntukannya, dengan pertimbangan fungsinya yang tidak efektif.
Membeni siswa dengan membawa pot lengkap dengan bunganya. Hal tersebut karena telah berulang kali terlambat datang ke sekolah. Tindakan itu diambil sekaligus melengkapi koleksi bunga di kantor. Akan tetapi setelah pulang kerumah, ada semacam penyesalan akan tindakan tersebut. Ada siswa lain yang terlambat namun tidak mau lagi langsung kesekolah. Namun dia berani karena ingin belajar. Saya pun tidak bertanya, kenapa hari itu dia terlambat. Jangan sampai tindakan ini salah. Kenapa saya tidak menyuruhnya saja untuk membersihkan taman sekolah. Saya berpikir, dengan biaya yang besar, dia tidak akan mampu memenuhinya. Hal itupun bisa menjadi hilangnya motivasi untuk datang kesekolah.
Bagaimana cara untuk mengambil keputusan apabila kebijakan dan aturan itu tidak memungkinkan?
Harapnnya semoga materi ini bisa bermanfaat dalam mengambil sebuah keputusan yang bijaksana.
Saya ingin memiliki kemampuan untuk melakukan pengambilan keputusan dalam situasi yang sulit namun tetap bijaksna walaupun berada di antara berbagai pemangku kepentingan maupun pengaruh murid, orang tua murid, guru, lembaga, dan pihak komunitas sekolah