MUQODIMAH

KATA PENGANTAR

 

Alhamdulilah, berkat Rahmat Allah, hidayah dan Inayahnya, dan atas kerelaan keluarga tercinta memberikan keleluasaan waktu untuk menulis, buku yang diberi judul “Birul walidaen” ini dapat diselesaikan.

Buku ini berisi uraian perintah Allah tentang berbuat baik kepada kedua orang tua. Penguraian perintah desertai dengan penjelasan hadits, agar penempatan status dan kedudukan hukumnya semakin jelas.

Buku ini didedikasikan kepada kedua orangtua penulis, (U.Wahyudin dan Hj.Salamah) yang telah berjuang susah payah mewujudkan impian mencapai cita-cita dan harapan agar mempunyai anak yang dapat berguna dan berbakti kepada Nusa, Bangsa, Agama serta kedua orang tuanya.

Kepada para pembaca, dimohonkan ketulusan hatinya, untuk memberi saran dan pendapat, agar pada penulisan berikutnya lebih berkualitas.

Hanya kepada Allah Saya menyembah dan hanya kepada Allah saya memohon pertolongan. Semoga kehadiran buku ini dapat membawa manfaat. Amin

BIRUL WALIDAIN

Ditulis Pada Hari Sabtu tanggal 20 Juli tahun 2014, bertepatan dengan 10 Romadhon 1434 H

Oleh: Drs.H.Muhamad Solihin

 

MUQODIMAH

 

إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ. وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. وصلى الله وسلم وبارك على سيدنا ومولانا محمدٍ، رسول الله وخيرته من خلقه، خاتم النبيين، وأشرف المرسلين. وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإِحسانٍ إلى يوم الدين. أما بعد:

"Jika hidup kita diliputi kesusahan, cobalah lakukan shalat fardhu dan sunah. Jika masih diliputi kesusahan, coba dawamkan puasa sunah. Jika masih juga diliputi kesusahan, perkuatlah kesabaran dan rasa syukur kita kepada Allah. Dan jika kesusahan masih juga meliputi kita, maka datangilah kedua orangtua kita, bersujudlah di pangkuan mereka, mintalah maaf kepada mereka, dan berjanjilah kepada mereka akan bersungguh-sungguh berbakti kepadanya. Niscaya hidup kita akan jauh dari kesusahan dan pasti kita mudah meraih sukses sesuai dengan apa yang kita impian”. " -Hj. Iis Nur`aeni Afgandi, M. Pd.”

Berbakti kepada orangtua akan mendatangkan keajaiban dan keberkahan dalam hidup. Allah akan memudahkan segala urusan kita. Allah akan senantiasa memberikan pertolongan-Nya kepada kita. Allah akan menganugerahkan rezeki berlimpah kepada kita. Bahkan, Allah akan memuluskan jalan kita meraih sukses di dunia dan akhirat. Banyak kisah nyata yang bisa kita jadikan pelajaran betapa berbakti kepada orangtua akan mendatangkan keajaiban dan kesuksesan dalam hidup. Lalu, bagaimanakah cara kita berbakti kepada orangtua? Berbakti kepada orangtua akan mendatangkan keajaiban dan keberkahan dalam hidup. Allah akan memudahkan segala urusan kita. Allah akan senantiasa memberikan pertolongan-Nya kepada kita. Allah akan menganugerahkan rezeki berlimpah kepada kita. Bahkan, Allah akan memuluskan jalan kita meraih sukses di dunia dan akhirat. Banyak kisah nyata yang bisa kita jadikan pelajaran betapa berbakti kepada orangtua akan mendatangkan keajaiban dan kesuksesan dalam hidup. Lalu, bagaimanakah cara kita berbakti kepada orangtua?

Berbuat baik kepada orang tua (Birrul Waalidain) menempati posisi yang istimewa dalam Islam. Perintah untuk berbuat baik kepada orang tua ditempatkan pada rengking kedua setelah perintah untuk beribadah kepada Allah SWT. "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan hendaklah kalian berbuat baik kepada ibu bapak." (QS. An-Nisa: 36).

Buku ini ditulis  sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih saya kepada kedua orang tua saya, yang telah mendidik dan membesarkan saya dengan susah payah, sehingga saya mengerti hak dan kewajiban sebagai anak terhadap orang tuanya dan sekaligus sebagai hamba terhadap Tuhannya.

Didunia ini hanya ada dua orang yang tidak Diwajibkan untuk berbuat baik kepada ibu bapaknya, yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa, karena mereka tidak mempunyai ibu dan bapak, dan hanya satu orang yang Diwajibkan berbuat baik kepada ibunya saja, yaitu Nabi Isa AS kerena beliau hanya mempunyai ibu dan tidak mempunyai bapak, selebihnya termasuk kita semua mempunyai ibu dan bapak, sehingga Diwajibkan bagi kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.

Setiap anak umumnya memiliki orang tua atau wali yang bertanggung jawab atas dirinya dalam hal membesarkan, mengasuh, memberi nafkah, mendidik, dan lain-lain. Tanpa orangtua maupun wali, seorang anak akan sangat kesulitan untuk menjalani hidupnya. Pada dasarnya orangtua / wali sangat sayang kepada anaknya dan ingin anaknya menjadi orang yang baik, mandiri, tangguh, cerdas, saleh dan berbagai kebaikan dunia akhirat lainnya.

Dari sebegitu banyaknya kasih sayang dan rasa cinta yang diberikan orangtua / wali, seorang anak terkadang tidak menyadarinya dan justru malah membenci orangtua / walinya. Memang tidak semua orang tua mau memberikan rasa sayang dan perhatiannya dalam bentuk yang disukai anaknya, karena takut kalau anaknya nanti akan menjadi manja, ketergantungan, boros, materialistis, cengeng, dan lain sebagainya.

Wahai manusia (yang merasa punya ayah dan ibu) yang dilahirkan melalui pelantaraan ibu bapaknya. Ingat ! sewaktu kita dilahirkan, kita dalam keadaan tidak berdaya, kita sangat membutuhkan pertolongan orang tua, kita disusukan, diberi makan, minum dan pakaian, kita dibesarkan dan diberi pendidikan, susah kalau kita disuruh menghitung jasa dan kebaikan orang tua, mungkin selama umur kita jika diperhitungkan untuk membalasnya kita tidak akan mampu.  Apa kepedulian kita dan kebaikan kita yang telah kita berikan kepada orang tua kita ? Pertanyaan ini tidak usah dijawab akan tetapi harus dipikirkan dan direnungkan.

Kita tidak layak disebut manusia jika kita tidak dapat memanusiakan manusia, dua orang yang telah berjasa (ibu dan bapak) adalah manusia, maka kita berkewajiaban memanusiakan mereka melebihi orang lain.

Dalam mengantarkan buku ini, saya ingin menegaskan berbuat baik kepada orang tua hukumnya wajib syar’i, dan Wajib Akli. Kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua tanpa syarat dan elat (mutlaq), baik orang tuanya muslim maupun non-muslim, baik masih hidup maupun sudah meninggal.

Kemutlakan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, diletakkan penyebutannya oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an setelah memerintahkan manusia untuk beribadah kepada Allah dan melarang mempersekutukan Allah. Ini mengandung arti betapa pentingnya berbuat baik  kepada kedua orang tua, sehingga penyebutannya berutan dengan perintah beribadah. 

Hal yang perlu diperhatikan dengan seksama dalam memahami perbedaan antara berbuat baik  kepada orang tua dan taat (thoat) kepada orang tua. Berbuat baik datang dari subjek (yang melaksanakan)/diri kita sendiri, sehingga inisiatif untuk berbuat baik mutlak milik kita. Sedangkan taat didasarkan atas perintah, himbauan, ajakan, rayuan dan lainnya, (buku inisiatif sendiri). Hukum taat panda mukluk (termasuk orang tua) dibatasi oleh hal-hal yang bersifat baik. Hal-hal yang bersifat tidak baik, seperti diperintah untuk bermaksiat panda Allah SWT, maka hukumnya tidak wajib mentaati.

Sedangkan Sa’ad terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Ibunya sampai mengancam kalau Sa’ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan makan dan minum sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya “ Jangan kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun gantinya atau risikonya”. Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…” (QS. Luqman: 15)

Imam adz-Dzahabi -rahimahullah- dalam kitabnya al-Kabaa-ir , beliau berkata:  " Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama 9 bulan yang seolah-olah 9 tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya. Dia telah menyusuimu , dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu. Dia cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia utamakan dirimu atas dirinya serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu. Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka akan meminta supaya kamu hidup dengan suaranya yang paling keras. Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik. Dia selalu mendo'akanmu dengan kebaikan, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.

Tatkala Ibumu membutuhkanmu disaat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu. Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar. Engkau puas dalam  keadaan dia haus. Engkau mendahulukan berbuat baik pada istri dan anakmu daripada ibumu. Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat. Berat rasanya atas-mu memeliharanya padahal itu adalah urusan yang mudah. Engkau kira Ibumu ada di sisimu umurnya panjang padahal umurnya pendek. Engkau tinggalkan padahal dia tidak punya penolong selainmu. Padahal Allah telah melarangmu berkata 'ah' dan Allah telah mencelamu dengan celaan yang lembut. Engkau akan disiksa di dunia dengan durhakanya anak-anakmu kepadamu. Allah akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul 'aalamin"

Buku ini membahas tema 'Berbakti kepada Kedua Orang Tua', karena banyak sekali di masyarakat, anak-anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, tidak menghargai orang tua, melecehkan orang tua, bahkan ada yang mencaci-maki dan memukul orang tuanya, na'udzubillaah min dzalik.

Padahal, apabila 'si Anak' ini menyadari, orang tualah yang melahirkan, mengurus, memberikan nafkah, mendidik, dan membesarkannya sampai dewasa. Karena itu, kewajiban 'si Anak' adalah taat kepada orang tua dan harus memenuhi hak keduanya dengan mematuhi perintah keduanya. Pembahasan mengenai berbakti kepada orang tua adalah pembahasan yang sangat penting untuk dikaji setelah mengkaji masalah tauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.  Banyak hak yang harus dipenuhi oleh manusia: pertama hak Allah Subhanahu wa Ta'ala, kedua hak Rasulullah shallallaahu 'alahi wa sallam, dan ketiga hak kepada kedua orang tua, kemudian hak-hak lainnya. mengamalkannya dengan baik terutama hak-hak orang tua mereka karena telah melahirkan, mengasuh, mendidik, dan membesarkan kita hingga kita menjadi manusia yang berguna. Oleh karena itu, kita wajib berbakti kepada kedua orang tua dengan cara men-taati, menghormati, mencintai, menyayangi, mem-bahagiakan, serta mendo'akan keduanya ketika kedua-nya masih hidup maupun sesudah meninggal dunia.

Taat kepada kedua orang tua adalah hak orang tua atas anak sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya selama keduanya tidak memerintahkan hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan atau syari'at Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah shallallaahu 'alahi wa sallam bersabda: "Tidak boleh taat kepada seseorang dalam berbuat maksiat kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala." [Shahih: HR. Ahmad (V/66)].

Sebaliknya, kita juga dilarang durhaka kepada kedua orang tua karena hal itu termasuk dosa besar yang paling besar. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa seseorang tidak masuk Surga apabila durhaka kepada kedua orang tuanya.

Rasulullah shallallaahu 'alahi wa sallam bersabda: 'Tidak masuk Surga orang yang suka mengungkit-ungkit (menyebut-nyebut) kebaikan (yang sudah diberikan), anak yang durhaka, dan pencandu  khamr." [HR. An-Nasa-i (VIII/318), dari Shahabat 'Abdullah bin Aim radhiyallaahu 'anhuma. Lihat Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir no 7676)

Perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dalam Al-Qur’an termuat panda: Firman Allah SWT yang artinya:  Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.(Al-Baqarah ayat 83).

Firman Allah SWT yang artinya:  Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf [112], (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.

[112] Ma'ruf ialah adil dan baik. wasiat itu tidak melebihi sepertiga dari seluruh harta orang yang akan meninggal itu. ayat ini dinasakhkan dengan ayat mewaris.(Al-Baqarah ayat 180).

Firman Allah SWT yang artinya: Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya. (Al-Baqarah ayat 215).

Firman Allah SWT yang artinya:  Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabildan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,(An-NMisa ayat 36).

Firman Allah SWT yang artinya:  Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar [518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).(Al-An’am ayat 151)

[518] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya.

Firman Allah SWT yang artinya:  Firman Allah SWT yang artinya:  Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik panda ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia [850].

[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.(Al-Isra ayat 23).

Firman Allah SWT yang artinya:  Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"..(Al-Isra ayat 24).

Firman Allah SWT yang artinya:  Ya Tuhanku! ampunilah Aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahKu dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan". (Nuh ayat 28)

Ayat-ayat tersebut dibatasi, menunjukan dan menggambarkan betapa pentingnya berbuat baik kepada kedua orang tua. Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi penghormatan dan pemuliaan kepada kedua orang tua. Apapun bentuk pelecehan dan sikap merendahkan orang tua maka Islam lewat pesan-pesan moralnya telah melarang dan mengharamkannya. Bahkan durhaka kepada kedua orang tua termasuk diantara dosa-dosa besar yang  dilarang  keras.  Dengan melihat ayat di atas, terutama panda frase, “wa laa taqullahumaa ‘uff’, janganlah kamu mengatakan kepada keduanya, perkataan ‘ah’…” menunjukkan untuk bentuk  pelecehan dan sikap merendahkan kedua orangtua yang paling kecil sekalipun Islam tidak luput untuk memberikan penegasan atas pelarangannya.

Imam Shadiq as bersabda, “Kalau sekiranya dalam berhubungan dengan kedua orangtua ada bentuk pelecehan yang lebih rendah dari melontarkan kata ‘ah’, niscaya Allah telah melarangnya.” (Ushul Kafi, Jilid 2, hal. 349).

Wahai manusia yang mempunyai akal, pikiran dan perasaan…! Kalaulah Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, lantas alasan apa yang membolehkan kita untuk tidak mentaati perintah Allah.

Semoga buku ini bisa menjadi tuntunan, panduan dan sekaligus nasihat, yang selalu dan senan tiasa mengingatkan kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua kita. Amin.

. - Jul 30, 2013 5:11:31 PM