Selamat datang di Ruang SKI MA ARIFAH
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, asosiasi, dan mengkomunikasikan, peserta didik mampu :
· memahami materi tentang Perkembangan Islam di Asia Tenggara (Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Vietnam, Singapura, Myanmar) dengan baik;
· menyimpulkan materi tentang Perkembangan Islam di Asia Tenggara (Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Vietnam, Singapura, Myanmar) dengan baik;
mengomunikasikan materi tentang Perkembangan Islam di Asia Tenggara (Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Vietnam, Singapura, Myanmar) dengan baik
Thailand biasa disebut juga Muangthai, atau
Muangthai Risabdah, atau Siam, atau negeri
Gajah Putih, terletak di sebelah utara Malaysia,
dan sering dilukiskan sebagai bunga yang mekar
di atas sebuah tangkai. Thailand berarti negeri
yang merdeka, karena memang merupakan satu-satunya negeri di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh kekuasaan Barat atau
negara lain. Di Thailand, negeri yang mayoritasnya beragama Budha, terdapat lebih
dari 10% penduduk muslim dari seluruh populasi penduduk Thailand yang berjumlah
kurang lebih 67 juta orang. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di
bagian selatan Thailand, seperti di Propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat, dan
sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyah Pattani.
Agama Islam masuk ke Thailand sejak pertengahan abad ke-19. Proses
masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisi kerajaan Pattani
Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai Pattani Darussalam).
Pattani berasal dari kata Al-Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik karena di
tempat itulah banyak lahir ulama dan cendekiawan muslim terkenal.
Perkembangan Islam di Thailand semakin pesat saat beberapa pekerja muslim
dari Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu
mereka membantu kerajaan Thailand membangun beberapa kanal dan system perairan
di Krung Theyp Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai Propinsi Bangkok). Beberapa
keluarga muslim bahkan mampu menggalang dana dan mendirikan masjid sebagai
sarana ibadah, sebuah masjid yang didirikan pada tahun 1949 oleh warga Indonesia
dan komunitas muslim asli Thailand. Tanah wakaf masjid ini adalah milik almarhum
Haji Saleh, seorang warga Indonesia yang bekerja di Bangkok. Islam sudah ada di
daerah yang sekarang menjadi bagian Thailand Selatan sejak awal mula penyebaran
Islam dari jazirah Arab. Hal ini bisa kita lihat dari fakta sejarah, seperti lukisan kuno
yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand. Dan juga
keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah Pattani menjadi bukti
bahwa Islam sudah ada lebih dulu sebelum Kerajaan Thai. Lebih dari itu, penyebaran
Islam di kawasan Asia Tenggara merupakan satu kesatuan dakwah Islam dari Arab di
masa khalifah Umar Bin Khaththab.Islam sudah menyebar di
beberapa kawasan Asia Tenggara sejak lama, di Malakka, Aceh (Nusantara), serta
Malayan Peninsula termasuk daerah Melayu yang ada di daerah Siam (Thailand).
Secara garis besar, masyarakat muslim Thailand dibedakan menjadi 2: masyarakat
muslim imigran (pendatang) yang berlokasi di kota Bangkok dan Chiang Mai
(Thailand tengah dan utara), dan masyarakat muslim penduduk asli, yang berada di
Pattani (Thailand selatan). Masjid Jawa adalah masjid lain yang juga didirikan olehkomunitas warga muslim Indonesia di Thailand. Sesuai namanya, pendiri masjid ini
adalah warga Indonesia suku Jawa yang bekerja di Thailand. Namun demikian,
keturunan dari para pendiri masjid ini tetap berbicara dalam bahasa Thai dan Inggris
saat menceritakan tentang asal mula berdirinya Masjid Jawa ini. Masjid Indonesia dan
Masjid Jawa hanyalah sebagian dari puluhan masjid lain yang tersebar di seluruh
penjuru Bangkok.
Proses pendidikan Islam di Thailand sudah
mengalami perkembangan dan kemajuan. Hal itu bisa dilihat dari kegiatan-kegiatan
yang diadakan oleh beberapa lembaga Islam, seperti pengajian bapak-bapak dan ibuibu,
TPA/TKA dan kajian mingguan mahasiswa. Masyarakat dan pelajar muslim
Indonesia juga mengadakan silaturrahim bulanan dalam forum pengajian Ngaji- Khun,
yang dilaksanakan di berbagai wilayah di Thailand. Pemerintah Thailand juga
membantu penerjemahan al-Quran ke dalam bahasa Thai, serta membolehkan warga
muslim mendirikan masjid dan sekolah muslim. Kurang lebih tercatat lebih dari 2000
masjid dan 200 sekolah muslim di Thailand. Umat Islam di Thailand bebas
mengadakan pendidikan dan acara-acara keagamaan. Tidak hanya itu saja, program
pengembangan pendidikan Islam di Thailand juga sudah mencapai level yang lebihluas, tidak sekedar bersifat nasional dan regional.
4. Filipina
Luas Mindanao ialah 94.630 Km², lebih kecil 10.000 Km² dari Luzon. Pulau ini
bergunung-gunung, salah satunya adalah Gunung Apo yang tertinggi di Filipina.
Pulau Mindanao berbatasan dengan Laut Sulu di sebelah barat, Laut Filipina di timur,
dan Laut Sulawesi di sebelah selatan. Jumlah penduduk Mindanau berkisar 19 juta
orang dimana kurang lebih 5 juta adalah muslim. Mindanao adalah pulau terbesar
kedua di Filipina dan salah satu dari tiga kelompok pulau utama bersama dengan
Luzon dan Visayas. Mindanao, terletak di bagian selatan Filipina, adalah kawasan
hunian bersejarah bagi mayoritas kaum muslim atau suku Moro yang sebagian besar
adalah dari etnis Marano dan Tasaug. Moro adalah sebutan penjajah Spanyol bagi kaum muslim setempat.Pada masa itu mayoritas penduduk Mindanau dan pulau di sekitarnya adalah muslim.
Peperangan untuk meraih kemerdekaan telah ditempuh oleh kaum muslim selama
lima abad melawan para penguasa. Pasukan Spanyol, Amerika, Jepang dan Filipina
belum berhasil meredam tekad mereka yang ingin memisahkan diri dari Filipina yang
mayoritas penduduknya beragama Katolik. Pada saat sekarang, umat muslim hanya
menjadi mayoritas di kawasan otonomi ARMM, The Autonomous Region in Muslim
Mindanao (ARMM). ARMM di bawah kepemimpinan Misuari mencakup
Maguindanao, Lanao del Sur, Sulu, dan Tawi-Tawi. ARMM dibentuk oleh pemerintah
pada tahun 1989 sebagai daerah otonomi di Filipina Selatan, sebagai hasil dari
kesepakatan damai antara MNLF dan pemerintah pusat Filipina. Ketika itu penduduk
boleh menyatakan pilihannya untuk bergabung dalam wilayah otonomi muslim, dan
hasilnya empat wilayah tersebut memilih untuk bergabung. Meskipun begitu,
kesepakatan itu tidak cukup memuaskan sebagian pejuang muslim sehingga munculah
Moro Islamic Liberation Front (MILF) dan kelompok Abu Sayyaf. Kelompok ini
bersumpah untuk menentang dan memboikot ARMM dan tetap memperjuangkan
kemerdekaan. Meskipun pada saat sekarang MILF juga menerima otonami dengansyarat wilayah otonami ARMM diperluas dengan ditambahkan beberapa provinsi lagi
sebagai tambahan.
Bangsa Eropa pertama kali tiba di Filipina pada tahun 1521 dipimpin oleh
Magellan yang kemudian dibunuh oleh kepala suku setempat dalam peperangan.
Kemudian Tentara Spanyol yang dipimpin Miguel Lopez Legaspi, yang tiba di pantai
kepulauan Filipina pada tahun 1565, menghentikan perkembangan dakwah Islam pada
tahun 1570 di Manila, yang menyebabkan terjadinya pertempuran selama berabadabad
masa pendudukan Spanyol. Sehingga dapat dikatakan bahwa penjajahan Spanyol
bermula pada tahun 1565 di salah satu pulau Filipina dan mereka segera mengetahui
bahwa sebagian penduduk setempat beragama Islam. Di samping suku Maguindanao,
suku lain yang bertempat tinggal di pulau Mindanao adalah suku Maranao yang
merupakan kelompok muslim terbesar kedua di Filipina. Dari sekian banyak
kelompok muslim Filipina, Maranao adalah yang terakhir memeluk Islam. Sufisme
memengaruhi corak Islam di Maranao, terutama dalam hal kosakata dan musik ritual.
Nama Bangsa Moro merujuk pada empat suku yang mendiami Filipina selatan, yaituTausug, Maranao, Maguindanao dan Banguingui
Islamisasi awal di Sulu dapat diklasifikasi dalam beberapa tahap, antara lain:
a. Tahap pertama terjadi pada seperempat terakhir abad ketiga belas atau lebih
awal ketika para pedagang asing mendiami kawasan ini. Beberapa pedagang ini
menikahi keluarga setempat yang berpengaruh. Pada tahap ini elemen-elemenIslam awal diintegrasikan ke dalam masyarakat setempat dan secara bertahap
terjadi pembentukan keluarga Muslim.
b. Tahap kedua, yang diperkirakan terjadi pada paruh kedua abad keempat belas,
adalah kelanjutan dari pendirian kumpulan keluarga Muslim yang secara
bertahap melakukan dakwah terhadap masyarakat setempat. Peristiwa ini
bersamaan dengan proses dakwah Islam di Jawa. Pada tahap ini para pendakwah
dikenal dengan sebutan makhdumin.
c. Tahap ketiga adalah kedatangan Muslim Melayu dari Sumatera pada permulaan
abad kelima belas. Hal ini ditandai dengan kedatangan Raja Baguinda dengan
beberapa penasehatnya yang ahli agama, yang membuat umat Islam saat itu
memiliki penguasa Muslim yang menjamin berjalannya proses dakwah.
d. Tahap selanjutnya ialah pendirian kesultanan oleh Shariful Hashim menjelang
tengah abad kelima belas. Pada saat itu, Islam telah menyebar dari daerah pantai
ke daerah pegunungan di pedalaman pulau Sulu. Penerimaan kepala-kepala suku
setempat di daerah pantai menandakan bahwa kesadaran tentang Islam telah
menyebar luas. Menjelang permulaan abad keenam belas, hubungan politik danperdagangan yang semakin meningkat dengan bagian kepulauan Nusantara lain
yang telah berhasil diislamisasi, menjadikan Sulu sebagai bagian dari Darul
Islam yang berpusat di Malaysia.