Selamat datang di Ruang SKI MA ARIFAH
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, asosiasi, dan mengkomunikasikan, peserta didik mampu :
· memahami materi tentang Perkembangan Islam di Asia Tenggara (Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Vietnam, Singapura, Myanmar) dengan baik;
· menyimpulkan materi tentang Perkembangan Islam di Asia Tenggara (Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Vietnam, Singapura, Myanmar) dengan baik;
mengomunikasikan materi tentang Perkembangan Islam di Asia Tenggara (Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Vietnam, Singapura, Myanmar) dengan baik
2. Brunei Darussalam
Sejarah Perkembangan Islam di Brunei
Darussalam Islam mulai berkembang dengan
pesat di Kesultanan Brunei sejak Syarif Ali
diangkat menjadi Sultan ke-3 Brunei pada
tahun 1425. Sultan Syarif Ali adalah seorang
Ahlul Bait dari keturunan cucu Rasulullah Saw,
Hasan, sebagaimana tercantum dalam Batu Tarsilah atau Prasasti dari abad ke-18 M
yang terdapat di Bandar Sri Begawan, ibu kota Brunei Darussalam. Selanjutnya,
agama Islam di Brunei Darussalam terus berkembang pesat. Sejak Malaka yang
dikenal sebagai pusat penyebaran dan kebudayaan Islam jatuh ke tangan Portugis
tahun 1511, banyak ahli agama Islam yang pindah ke Brunei. Masuknya para ahli
agama membuat perkembangan Islam semakin cepat menyebar ke masyarakat
Kemajuan dan perkembangan Islam semakin nyata pada masa pemerintahan
Sultan Bolkiah (sultan ke-5) yang wilayahnya meliputi Suluk, Selandung, Kepulauan
Sulu, Kepulauan Balabac, Pulau Banggi, Pulau Balambangan, Matanani, dan utara
Pulau Palawan. Di masa Sultan Hassan (sultan ke-9), masyarakat Muslim Brunei
memiliki institusi-institusi pemerintahan agama. Agama pada saat itu dianggap
memiliki peran penting dalam memandu negara Brunei ke arah kesejahteraan. Pada
saat pemerintahan Sultan Hassan ini, undang-undang Islam, yaitu Hukum Qanun yang
terdiri atas 46 pasal dan 6 bagian, diperkuat sebagai undang-undang dasar negara.
Pada 4 Januari 1979, Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian
Kerjasama dan Persahabatan. Perjanjian tersebut berisi 6 pasal. Akhirnya setelah 96
tahun di bawah pemerintahan Inggris Brunei resmi menjadi negara merdeka di bawah
Sultan Hassanal Bolkiah pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam telah berhasil
mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
Setelah merdeka Brunei menjadi sebuah negara Melayu Islam Baraja. “Melayu”
diartikan dengan negara Melayu yang mengamalkan nilai-nilai tradisi atau
kebudayaan Melayu yang memiliki unsur-unsur kebaikan dan menguntungkan.
“Islam” diartikan sebagai suatu kepercayaan yang dianut negara yang bermadzhab
Ahlussunnah wal Jama’ah sesuai konstitusi dan cita-cita kemerdekaannya. “Baraja”
adalah suatu sistem tradisi Melayu yang telah lama ada