Selamat datang di Ruang SKI MA ARIFAH
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik menyusun konsep pembaruan dalam Islam
2. Peserta didik mampu membandingkan konteks sosial politik dari tokoh-tokoh pembaruan
Islam (Ali Pasha, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha,
Muhammad Iqbal)
3. Peserta didik mampu membandingkan dan menilai ide-ide pembaruan Islam dari para
tokoh pemaruan Islam ((Ali Pasha, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid
Ridha, Muhammad Iqbal)
4. Peserta didik mampu mengidentifikasi nilai-nilai positi gerakan pembaruan Islam dalam
bidang kehidupan politik, sosial, budaya, dan pendidikan Islam
Biografi Tokoh-tokoh Pembaruan Dalam Islam
Berikut ini adalah biografi tokoh-tokoh pembaru dalam Islam:
1. Muhamamd Ali Pasha (1765-1849 M)
Muhammad Ali Pasha lahir bulan Januari 1765 di Kawalla Albania Yunani
dekat pantai Macedonia dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Negeri ini telah
menjadi bagian negara Daulah Usmani sejak ditaklukkannya oleh Sultan
Muhammad II al-Fatih pada tahun 857 H/1453 M dan baru dapat melepaskan diri
dari kekuasaan Istanbul pada tahun 1245/1829 M. Ayah Muhammad Ali Pasha
bernama Ibrahim Agha, seorang imigran Turki, kelahiran Yunani. Sejak kecil,
Muhammad Ali Pasha memiliki keterampilan dan kecerdasan luar biasa.
Dalam perjalanan kariernya, banyak usaha yang dilakukan untuk
memperbaharukan atau memodernisir keadaan umat Islam yang telah jauh tertinggal
dari negara-negara Barat. Setelah besar ia bekerja sebagai pemungut pajak, karena
kecakapannya dalam pekerjaannya ini ia menjadi kesayangan Gubernur Daulah
Usmani setempat, akhirnya ia diangkat sebagai menantu oleh gubernur tersebut dan
mulai dari waktu itu kariernya semakin meningkat.
Muhammad Ali Pasha diangkat menjadi menantu Gubernur Usmani di
tempatnya bekerja. Setelah masuk dalam dinas militer, ia juga menunjukkan
kecakapan dan kesanggupan sehingga pangkatnya cepat naik menjadi perwira.
Ketika pergi ke Mesir ia mempunyai kedudukan wakil perwira yang memimpin
pasukan yang dikirim dari daerahnya. Setelah tentara prancis keluar dari Mesir di
tahun 1801. Muhammad Ali Pasha turut memainkan peran penting dalam dunia politik.
Muhammad Ali Pasha mewariskan peninggalan yang megah di perbukitan
Jabal Muqatam. Dengan mengerahkan desainer Yunani bernama Yusuf Bushnak
akhirnya berhasil membuat Masjid indah dengan corak menara Turki yang berwarna
putih perak. Masjid tersebut terbuat dari bahan marmer yang menawan, penduduk
Mesir menamainya sebagai masjid Alabaster. Muhammad Ali Pasha meninggal
dunia pada tahun 1849 M di Alexandria kemudian jenazahnya dimakamkan di
komplek masjid Alabaster
2. Jamaluddin Al-Afghani (1838-1897 M)
JamaluddinAl-Afghani dilahirkan di Asadabad, dekat Kanar di Distrik Kabul,
Afghanistan, pada tahun 1838 M (1254 H). Al-Afghani menghabiskan masa
kecilnya di Afghanistan, namun banyak berjuang di Mesir, India bahkan Perancis.
Dalam usia 18 tahun, Al-Afghani tidak hanya menguasai ilmu keagamaan tetapi juga
mendalami filsafah, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran, sains, astronomi dan
astrologi.
Jamaluddin al-Afghani adalah salah seorang pemimpin pergerakan Islam
pada akhir abad XIX. Ayah Afghani, adalah Sayyid Sand, dikenal dengan gelar
Shadar Al-Husaini. Ayahnya tergolong bangsawan terhormat dan mempunyai
hubungan nasab dengan Hussein Ibn Ali r.a., dari pihak Ali At-Tirmizi, seorang perawi hadis. Oleh karena itu, pada nama depan Jamaluddin Al-Afghani diberi
tambahan Sayyid.
Al-Afghani melanjutkan belajar ke India selama satu tahun. Di India Afghani
menekuni sejumlah ilmu pengetahuan melalui metode modern. Didorong
keyakinannya, Al-Afghani melanglang buana ke berbagai negara. Dari India, Al-
Afghani melanjutkan perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Sepulangnya ke Kabul Al-Afghani diminta penguasa Afghanistan Pangeran Dost
Muhammad Khan, untuk membantunya. Tahun 1864, Al-Afghani diangkat menjadi
penasehat Shir Ali Khan, dan beberapa tahun kemudian diangkat menjadi Perdana
Menteri oleh Muhammad A’zam Khan. Namun karena campur tangan Inggris, Al-
Afghani akhirnya meninggalkan Kabul ke Mekkah. Inggris menilai Al-Afghani
sebagai tokoh berbahaya karena ide-ide pembaruannya, oleh karenanya pihak Inggris terus mengawasinya
3. Muhammad Abduh (1849 – 1905 M)
Muhammad Abduh lahir di pedusunan delta Nil Mesir pada tahun 1849.
Keluarganya terkenal berpegang teguh kepada ilmu dan agama. Dalam usia 12 tahun
Muhammad Abduh telah hafal al-Qur’an. Kemudian, pada usia 13 tahun ia dibawa
ke Tanta untuk belajar di Masjid Al-Hamdi. Masjid ini sering disebut Masjid Syeikh
Ahmad, yang kedudukannya dianggap sebagai level kedua setelah Al-Azhar.Di
masjid ini Muhammad Abduh menghapal dan belajar al-Qur’an selama 2 tahun.Syeikh ini mengajarkan kepadanya disiplin etika dan moral serta praktek
kezuhudan tarekat nya. Meski Muhammad Abduh tidak lama bersama Syeikh
Darwisy, sepanjang hidupnya Muhammad Abduh tetap tertarik kepada kehidupan
ruhaniah tasawuf. Namun kemudian dia jadi kritis terhadap banyak bentuk lahiriah
dan ajaran tasawuf, dan karena kemudian dia memasuki kehidupan Jamaluddin Al-
Afghani yang karismatis itu.
Tahun 1866 Muhammad Abduh meninggalkan isteri dan keluarganya menuju
Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Tiga tahun setelah Muhammad Abduh di Al-Azhar,
Jamaluddin Al-Afghani datang ke Mesir. Di bawah bimbingan Al-Afghani,Muhammad Abduh mulai memperluas studinya sampai meliputi filsafat dan ilmu
sosial serta politik. Sekelompok pelajar muda Al-Azhar bergabung bersamanya,
termasuk pemimpin Mesir di kemudian hari, Sa’dZaghlul. Al-Afghani aktif
memberikan dorongan kepada murid-muridnya ini untuk menghadapi intervensi
Eropa di negeri mereka dan pentingnya melihat umat Islam sebagai umat yang satu
4. Muhammad Rasyid Ridha (1865 - 1935 M)
Muḥammad Rasyid Rida lahir di Qalamun, Lebanon dekat dengan Tripoli
(Suriyah), 27 Jumadil Ula 1282 H, atau 23 September 1865 M, nama lengkapnya
adalah Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha'uddin Al-
Qalmuni Al-Husaini. Ia dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga terhormat
dan taat beragama. Rasyid Ridha memulai pendidikan dengan membaca Al-Qur'an,
menulis dan berhitung di kampungnya, Qalamun, Suriyah.
Muhammad Rasyid Ridha masuk ke Madrasah ar-Rasyidiyah, yaitu sekolah
milik pemerintah di Tripoli untuk belajar ilmu bumi, ilmu berhitung, ilmu bahasa,
seperti nahwu dan saraf (ilmu tata bahasa Arab); dan ilmu-ilmu agama, seperti
akidah dan ibadah. Ketika berumur 18 tahun, Ridha kembali melanjutkan studinya
dan sekolah yang dipilihnya adalah Madrasah al-Wathaniyyah al-Islamiyyah yang
didirikan Syekh Husain al-Jisr
Syekh Husain al-Jisr, dikenal sebagai seorang yang sangat berjasa dalam
menumbuh kembangkan semangat ilmiah dan ide pembaruan dalam diri Rasyid
Ridha di kemudian hari. Di antara pikiran-pikiran gurunya yang sangat
mempengaruhi ide pembaruan Rasyid Ridha adalah, satu-satunya jalan yang harus
ditempuh umat Islam untuk mencapai kemajuan adalah memadukan pendidikan
agama dan pendidikan umum
5. Muhammad Iqbal (1877 – 1938 M)
Muhammad Iqbal terlahir di Sialkot, Punjab, India, 9 November 1877.
Leluhurnya termasuk dari kalangan kasta Brahmana dari Kashmir yang telah
memeluk agama Islam sekitar tiga abad sebelum Iqbal lahir.Muhammad Iqbal
terkenal sebagai seorang sastrawan, filsuf, sekaligus negarawan pada abad XX.
Dalam sastra Urdu, Muhammad Iqbal merupakan salah satu tokoh yang
penting. Karya-karnya banyak ditulis dalam bahasa Urdu dan Persia. Sarjana-sarjana
sastra Pakistan, India bahkan Indonesia banyak yang mengakui dan mengagumi
karya-karya Muhammad Iqbal.The Reconstuction of Religious Thought in Islam
(terbitan Lahore, 1951) dapat dikatakan sebagai karya pamuncaknya. Di sanalah,
percik-percik gagasannya memancar dan terus menginspirasi hingga sekarang.
Selama bertahun-tahun Muhammad Iqbal memberikan pengaruh yang sangat
besar pada perselisihan budaya, sosial, religius dan politik. Muhammad Iqbal meninggal di Lahore, 21 April 1938 pada umur 60 tahun.