Selamat datang di Ruang SKI MA ARIFAH
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu mengidentifikasi faktor penyebab kemunduran Islam .
2. Peserta didik mampu menghubungkan kemunduran umat Islam dengan penjajahan Barat
atas Dunia Islam.
3. Peserta didik mampu memberikan argument munculnya gerakan tajdid.
4. Peserta didik mampu menyusun hikmah dari munculnya gerakan tajdid.
Munculnya Gerakan Pembaruan Dalam Islam
Berada di bawah tekanan imperialisme Barat tidak sepenuhnya memberikan
dampak negatif kepada umat Islam. Banyak pelajaran berharga yang didapatkan oleh
umat Islam dari pengaruh dan tekanan peradaban Barat yang sedemikian maju, dari
sinilah muncul gerakan-gerakan yang berusaha untuk mewujudkan peradaban modern
dengan meninjau kembali ajaran-ajaran Islam dan memunculkan pembaruan-pembaruan
dalam sendi keagamaan. Selain itu, semangat umat Islam untuk mengobarkan
kebanggaan Islam yang pernah jaya mulai bangkit kembali.
Kebangkitan Islam adalah kristalisasi kesadaran keimanan dalam membangun
tatanan seluruh aspek kehidupan yang sesuai dengan prinsip Islam. Artinya, kewajiban
bagi umat Islam untuk mewujudkannya melalui gerakan-gerakan, baik di bidang politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. Upaya untuk memulihkan kembali kejayaan Islam dikenal
dengan Gerakan Pembaruan.
Di antara kelompok pembaru, mereka meniru pola dan sistem pendidikan yang diterapkan oleh bangsa Barat dalam mengembangkan sains dan teknologi. Gerakan ini
dipelopori oleh Sultan Mahmud II dari Turki Usmani, Sayyid Ahmad Khan dari India,
dan Muhammad Ali Pasya di Mesir
Kelompok modernis lainnya menggagas pembaruan yang berpola terhadap
penyebab kemunduran umat Islam, karena meninggalkan ajaran-ajaran Islam. Kelompok
ini mengajak umat Islam untuk kembali pada al-Qur’an dan Sunnah, dengan tidak
mengabaikan ijtihad. Ijtihad senantiasa diperlukan sebagai upaya penyesuaian ajaran
Islam dengan perkembangan zaman. Di antara tokoh gerakan ini adalah Jamaluddin al-
Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha.
Gagasan pembaruan yang berorientasi terhadap nasionalisme mendasar bahwa
umat Islam itu terdiri dari berbagai bangsa, yang hidup di daerah dan lingkungan budaya
yang berbeda-beda, sehingga memerlukan usaha pengembangan yang sesuai dengan
kondisi masing-masing.
Gerakan modernisasi lainnya adalah gagasan pembaruan yang berorientasi pada
nasionalisme. Hal ini berdasar pada kenyataan bahwa umat Islam terdiri dari berbagai
bangsa dengan kebudayaan yang beraneka ragam. Gerakan nasionalisme ini eksis di berbagai negara yang menghadapi permasalahan spesifik tentang kekuasaan Eropa, dan
peduli terhadap permasalahan dalam negeri mereka masing-masing, dan berupaya bebas
dari kolonialisme bangsa Eropa
Gagasan nasionalisme membantu mempermudah umat Islam untuk
memperjuangkan kemerdekaannya. Negara mayoritas muslim yang pertama kali
memerdekakan diri adalah Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada tahun
1946, Syiria, Jordania, dan Libanon. Pakistan, pada tanggal 15 Agustus 1947. Pada
tahun 1951, Libya berhasil memerdekakan diri. Adapun Mesir baru menganggap dirinya
benar-benar merdeka pada tanggal 23 Juli 1952 (setelah Raja Faruk digulingkan),
meskipun sebenarnya Mesir telah bebas dari Inggris sejak tahun 1922.
Sudan dan Maroko merdeka pada tahun 1956, Malaysia (termasuk Singapura)
merdeka dari Inggris pada tahun 1957, Irak baru merdeka pada tahun 1958, sedangkan
Aljazair pada tahun 1962, dan Brunei Darussalam baru merdeka pada tahun 1984.
Negara-negara Islam yang dulunya berafiliasi dengan Uni Soviet seperti Uzbekistan,
Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan, dan Azerbeijan, baru merasakan
kemerdekaan pada tahun 1992.