Sambutan pada Pendirian Komite Persiapan Legalisasi Partai Rakyat Demokratik

SAMBUTAN PADA PENDIRIAN KOMITE PERSIAPAN LEGALISASI PARTAI RAKYAT DEMOKRATIK

Oleh: Pramoedya Ananta Toer

(Dibacakan di YLBHI pada 14 Juli 1998)

Salam demokratik!

Hormat dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pimpinan dan seluruh anggota PRD kerena ketegasan, kelugasan, dan keberanian demokratik menyelenggarakan acara ini. Mungkin peristiwa ini akan menjadi satu-satunya dalam sejarah Indonesia modern. Sudah sejak kelimat pertama saya gunakan kata demokratik dan modern karena dua kata tersebut menjadi cita-cita dan sekaligus tujuan para pejuang kita sudah sejak tahun belasan, baik di tanahair maupun di Eropa dalam rangka studi mau pun pembuangan (externiran). Jadi bila angkatan muda, di sini PRD, berjuang, berupaya menjadikannya kenyataan, itu bukan saja hak PRD untuk menentukan sendiri hidupnya sekarang dan hari depannya, juga karena melakukan missi sejarah para pejuang yang telah mendahului kita.

Memang, ada aksi ada reaksi. Kalian yang menggerakkan aksi adalah kaum aktivis. Mereka yang menentang dengan menghalalkan secala cara adalah kaum reaksioner. Jangan ragu menggunakan kata ini sekali pun mereka diperlengkapi segala alat dari seluruh penjuru dunia. Tanpa keberanian kalian akan diperlakukan sebagai ternak, yang hanya menjadi perahan, malah bisa jadi sampai digiring ke tempat pembantaian.

Para pendahulu mencitakan modernisme: lugas, jujur, bebas dari segala pretensi, bebas dari segala pajangan dan hiasan, bahkan juga bebas dari eufemisme alias peng-kromo-an kata-kata, yang sampai sekarang ini masih terus dibiakkan oleh OrBa dan begundalnya. Dan demokratik: setiap orang sederajat di hadapan hukum, menghargai hak-hak azasi, menghormati pikiran dan sikap sesama, mengakui bahwa setiap orang berhak memberikan saham pada kemajuan, prikemanusiaan nasionnya dan kalau mungkin pada ummat manusia di semua penjuru dunia. Dalam bernegara Bung Karno masih menambah tiga garis: Trisakti. Sakti ke satu: berdaulat di bidang politik. Sakti ke dua: mandiri di bidang ekonomi. Sakti ke tiga: berkepribadian di bidang budaya. Dan itu sepenuhnya benar.

Budiman Sujatmiko, pimpinan PRD dalam penjara, sepenuhnya tepat dan benar telah memberikan mandat untuk mendirikan Komite Persiapan Legalisasi PRD. Tapi kalau tujuannya hanya akan memperjuangkan pembebasan tapol PRD dan seluruh tapol lainnya, dan pencabutan SK pelarangan PRD, rasanya kurang tepat. OrBa belum juga membebaskan seluruh tapol dan napol karena tidak punya keberanian dan kekuatan untuk itu. OrBa dan jajaran begundalnya tangannya berlumuran darah pembantaian atas sebangsa sendiri. Mulutnya belepotan dengan krim kue nasional, karenanya mereka sangat takut melihat pada cermin sejarah. Para tapol an napol paling jelas memahami wajah, jantung dan hati OrBa beserta begundalnya, sampai-sampai pada kerak dan karatnya. PRD berhak mandiri sebagai partai politik. Dan saya bersedia menjadi anggota, kalau diterima.

PRD berhak mandiri sebagai partai politik. Yang melarang adalah kaum reaksi, kaum reaksioner, hanya kerena menganggap rakyat Indonesia hanya rakyat taklukan. Yang mereka butuhkan sekarang ini hanya satu: cermin untuk melihat dirinya sendiri. Di cermin mereka akan melihat bukan hanya tampang sendiri juga bahwa tanahair Indonesia bukan lah tanah tumpah darah dalam pendudukan agresor asing.

Membangun sebuah koalisi demokratik dengan komitmen untuk reformasi total? Setuju seratus persen. Itu lah justru yang diperlukan dalam vakum kepemimpinan dewasa ini.

Hidup PRD! Hidup Budiman Sujatmiko.

Dan awalnya, bukan akhirnya: Budiman Sujatmiko, calon pemimpin nasional, calon presiden Republik Indonesia di waktu dekat mendatang.

Kalian semua angkatan muda berada di jalan yang benar. Yang dungu akan tersingkir tersipu-sipu.***